part: TIGA PULUH SATU.

56 10 0
                                    

Hay aku kembali lagi dengan cerita  haluan yang ada di kepala ku semoga kalian suka ya....

Happy reading guys jangan lupa vote dan spam komentar ya guysss......

Pagi ini lumayan cerah, mentari seakan sedang bahagia dan kicauan burung seakan senang entah kabar gembira apa yang akan tersampaikan nantinya. Kedua sejoli yang masih berada di sofa lumayan sempit itu tidak ingin membuka mata. Rasanya ingin berada di alam mimpi.

Bi Sumi cukup terkejut melihat keduanya tapi tidak tega jika dia membangunkan mereka, lelah yang mereka rasakan membuat Bi Sumi mengurungkan niat untuk menyuruh Alfian untuk pergi saja ke dalam kamarnya tapi, setelah di pikir-pikir posisi tidur mereka juga layak jadi tidak perlu capek-capek.

Wanita yang kira-kira berumur 50an itu segera menuju dapur menyiapkan sarapan hari Minggu penuh dengan cerah ini. Tidak ingin membuat Alfian yang sudah ia anggap seperti anak sendiri kelaparan lebih baik dia menyiapkan sesuatu yang spesial.

Membuka matanya, Ria melihat jika disampingnya ada Alfian yang sedang tertidur menghadap dirinya. Cukup sempit tapi jika melihat Alfian sempit itu juga tidak terasa. Beginilah, paras tampan cowok itu tidak pernah memudar apalagi sedang tidur begini aman dan damai.

Ria menggeser tubuh Alfian untuk memberi ruang agar dia bangus segera bersih-bersih dan kembali kerumah.  Gadis itu beranjak menuju dapur dia lumayan kaget saat melihat ada Sumi yang sedang memasak.

"Eh, Ria udah bangun? Gimana nyenyak nggak? Udah kayak suami istri aja kalian." Goda, Sumi. Ria menggaruk  tengkuknya yang tidak gatal dia malu sekaligus salting bruntal.

"Eh bi, bisa aja. Oh iya kapan pulang Bi?"

"Pas kalian mau berangkat ke desa Cemara."

"Owh, Ria ke kamar mandi dulu ya Bik, soalnya mau cepat-cepat pulang takutnya ada yang nyar__."

"Eh lupa, udah tinggal sendiri." Tawa Ria dengan miris. Saking kepikirannya  dia berpikir kalau keluarganya masih berada disini.

"Yang sabar ya, Nak Ria, harus semangat pantang menyerah!"

Gadis itu mengangguk lalu berkata " terima kasih ya Bi."

Setelah itu percakapan pun tidak ada lagi karena Ria ke kamar mandi dan Sumi melanjutkan masaknya. Ada rasa sesak dalam dada Ria  berjauh dengan keluarga ternyata tidak semudah dan sesenang yang ia pikirkan. Dia gadis yang malang harus mencari kebahagiaan dan menghidupi diri sendiri dikala semua anak berjalan dengan keluarga. Sangat miris.

Alfian terbangun dari tidurnya dan duduk disofa memijat pelipisnya,Mual yang  sudah naik ke kerongkongan langsung membuat cowok itu pergi ke kamar mandi miliknya di dalam kamarnya dia tidak pernah masuk kedalam kamar mandi yang biasa di pakai Sumi ataupun orang lain.

Selesai memuntahkan isi perutnya Alfian menyenderkan tubuhnya di dinding kamar mandi. Cowok itu terus memijat pelipisnya pusing, sepertinya ia tidak enak badan karena cuaca dingin semalam.

"Fiyan, lo nggak papa?" Teriak, Ria. Dia sudah berada dibalik pintu kamar mandi cowok itu.

"Sans, gue baik-baik aja."

"Kalau gitu, cepat keluar gue mau balik juga takut rumah gue di bawa sama orang."

Alfian membuka pintu kamar mandi dan menatap Ria kemudian merangkul gadis itu. Ria berusaha bersikap biasa saja walau di dalam sana jantungnya sudah berdisko langka sekali Alfian bersikap manis seperti ini.

AlFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang