1| Bertahan

958 57 64
                                    

Edisi Repost

6723

Mari kembali masuk ke dalam cerita tanpa tahu cara untuk melupakan.

Absen buat kalian yang udah pernah baca cerita ini, semoga masih betah dengan cerita ini ya🌻🤗

::::

-Terluka lalu lupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Terluka lalu lupakan. Sulit tapi aku sanggup-

::::::

Brak...

Gadis itu meringis nyeri merasakan punggungnya di lempar kasar tepat ke arah pilar. Jemarinya terkepal kuat hingga urat tangannya terlihat jelas, tanpa ragu sebelah jemarinya, melempar kuat ponsel hingga mengenai tulang selangka Jeslin-gadis yang tadi mendorongnya.

Hanna menyeringai, ringisan tertahan terdengar jelas di telinga, ia bisa merasakan bagaimana susahnya Jeslin menahan rasa sakit di tulang selangkanya.

"Impas," cebiknya.

Gadis itu bahkan tidak peduli dengan benda pipih yang kini sudah terbelah menjadi tiga. Baru saja ingin melangkah namun lengannya ditarik kuat.

"Lo ada masalah apa sama gue?" suara lantang Jeslin terdengar menggelegar di sepanjang koridor. Deru napasnya naik turun dengan mata yang mulai memerah, selaput bening bahkan terlihat begitu kentara. Muak melihat senyum penuh kemenangan milik Hanna.

"Lo sengaja ngelempar jawaban ke bangku gue biar gue dikeluarin dari lomba?!"

"Iya."

Jeslin tersenyum kecut, mengusap buliran bening yang kurang ajarnya jatuh tanpa bisa ia tahan, jemarinya terkepal kuat menahan semua emosi yang memaksa untuk keluar.

"Salah gue apa Han?!"

"Banyak. Kalau gue jabarin mulut gue bisa berbusa," kekeh Hanna terlihat begitu puas.

"Dimana pun posisi lo, gue akan selalu ada di atas lo," desis Hanna pelan, ia menyeringai lagi. Mata Hanna memicing melihat kerumuman di ujung koridor.

Sampai akhirnya ia menarik tangan Jeslin mengarahkan pada pipinya sendiri, lebih mengejutkan Hanna menjatuhkan diri seolah Jeslin tengah menamparnya.

Hanna menunduk sesaat, ketika ia bisa mendengar dengan jelas derap langkah kaki yang saling beradu dengan lantai semakin mendekat. Sudut bibir Hanna menyeringai-kesempatan lagi.

"Bukan salah gue, kalau lo dikeluarin," lirih Hanna dengan derai air mata yang berhasil ia ciptakan.

Jeslin diam, menatap dengan alis tertaut, ia berbalik melihat kerumunan orang yang menatap dirinya penuh selidik.

"Gu-"

"Lo apain Hanna?" bentakan itu berhasil membuat Jeslin bungkam. Ia diam merasakan jemari tebal dengan leluasa mendorong pundak kanannya.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang