38| Berulangkali

95 12 1
                                    

Jeslin Anggun Raliana

Hallo Lup. Heheh tumben banget disuruh nyapa kalian:") ada yg kangen gue gak sih?
Emm.... gue mau sedih tapi ga boleh sedih, soalnya gue pacar Jimin yak hahahha cringe banget.

Gue pernah berharap tapi gue malah kecewa:")

Kadang gue mikir ini, gue ya g terlalu berharap, atau gue yang gak boleh berharap?

Btw Lup.....

Gimana sih rasanya jadi kebanggaan mama ama papa? Kasih tw gue biar gue tau rasanya:")

Gue harap kita semua bisa jadi kebanggaan mama papa ya:")

Gue punya satu kata yang memuakkan: Semangat💜

_______
Kalian ada yang mau balas surat dari Jeslin?

Balas di sini----->

Ok don't to be long
Happy reading 💜

-HOPELESS-

Tuhan, dikecewakan berulangkali itu sangat menyakitkan.

:::

Hingga larut malam Jeslin betah mengurung diri dalam kamar. Ponselnya sengaja ia matikan, sekarang gadis itu tengah duduk di lantai menghadap kanca jendela kamar yang cukup besar.

Ia sengaja membuka jendela membiarkan angin malam menyapu pelan lekuk wajahnya. Ipad berwarna ungu pudar sudah berada dalam dekapan. Sudut bibir itu tersenyum tipis melihat video yang berhasil ia buat.

Hari ini biarin gue egois.

Pesan terakhir Skyland terngiang dalam benaknya. Jeslin menarik jug yang berisikan pink smoothie buatannya, menuangkan pada gelas, meneguk tandas pink smoothi di gelas itu. Beginilah cara Jeslin menghibur dirinya.

Ia tidak berani meminum alcohol, justru itu Jeslin menikmati pink smoothi agar pikirannya sedikit lebih membaik.

Gadis itu menatap nanar langit malam yang begitu gelap.

“Gelap kaya hidup gue,” getirnya terdengar perau. 

Di seberang sana ia melihat sebuah rumah yang cukup sederhana, tergambar jelas bayangan keluarga yang terlihat begitu dekat. Kecupan singkat sang ibu mendarat tepat di kening anak perempuan itu. Jeslin tersenyum kecut, anak itu mengingatkan dirinya pada Jeslin yang masih berumur dua belas tahun—satu fakta yang menyakitkan yang harus ia terima.

_______

DULU Jeslin tidak cukup mengerti, yang ia tahu hanya perasaan tidak aman setiap berada di dalam rumah besar ini, perasaan takut dan juga menyesakan, seperti tali yang perlahan menyekik lehernya. Sudut mata Jeslin mengeluarkan buliran bening.

Gadis itu menengadah memejamkan mata membiarkan angin menerpa halus kulit lembutnya. Mengepalkan jemari kuat ketika bayang-bayang masa lalu itu terputar tanpa bisa ia cegah. Jeslin benci mengingat hal itu, namun otaknya seolah menolak untuk berhenti.

“Duduk di sini,” Suara Rania terdengar galak kala itu.

Jeslin yang masih berumur dua belas tahun hanya menurut. Tubuh mungil gadis itu bergetar hebat, melihat ke dua orang tuanya.

Hopeless [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang