.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
6 years later
Langkah Mayleen berhenti ditengah 2 makam, ia menatap 2 makam itu dengan senyuman tipisnya. Perlahan, kakinya melangkah mendekati makam disebelah kirinya, ia berjongkok disamping makam itu sembari mengelus nisannya.
Meilin Khianna Qian
01-01-1995
01-01-2000
"Jie, Mayleen datang, kabar Mayleen baik, pasti jiejie sama mama bahagia yah disana"Mayleen tersenyum tipis, tidak Menghiraukan air matanya yang sudah menetes membasahi pipinya. Walaupun ia tidak mempunyai kenangan khusus Meilin saat masih berada di dunia, ia merasa sangat merindukan sosok sang kakak.
"Maaf yah Mayleen udah 2 tahun ini gak kesini, Mayleen akhir akhir ini lagi sibuk"
Mayleen mengambil segenggam bunga tabur dari keranjangnya, lalu menaburkan bunga itu keatas makam sang jiejie.
"Mayleen kangen jiejie"
Ia mengecup nisan Meilin, lalu mengusap air matanya yang telah membasahi pipi hingga dagunya menggunakan tangannya.
"Mayleen kunjungin mama dulu yah"
Mayleen berbalik, kini ia menghampiri makam disebelah kanan sang jiejie, makam Victoria.
Ia tersenyum, belum apa apa tapi air matanya sudah turun deras. Kenangannya dengan sang mama begitu banyak, rasanya jadi makin sesak.
"Ma, Mama pasti seneng banget liat Mayleen dari atas sana"
Ia terkekeh, lalu mengusap air matanya.
"Tau gak ma, Mayleen sekarang udah punya keluarga, 2 tahun lalu, Mayleen baru nikah sama seseorang"
"Mama pasti kaget kalo denger, karena mama kenal banget sama orang ini"
Mayleen tersenyum lebar, walau air matanya tetap menetes deras.
"Ko Edwin, Mayleen akhirnya nikah sama Ko Edwin, mama tau gak? 21 laki laki yang pernah mama asuh, langsung nangis pas tau akhirnya Mayleen nikah sama ko Edwin"
Mayleen tertawa pelan kala mengingat memori itu, sembari tangannya yang mengusap air matanya.
Tawanya kini kembali terganti pada senyuman tipis, ia menatap makam sang mama dengan tatapan lembut.
"Koko yang nganter aku ke altar aja akhirnya nangis"
Ia kembali terkekeh kala mengingat Karvian memeluknya dengan erat sebelum Edwin mengambil alih tangannya menaiki altar, tanda setelah itu Karvian sudah menyerahkan adik bungsunya pada Edwin.
"Mama mau tau kenapa aku kesini?"
Mayleen menunduk, menatap perutnya yang masih rata sembari mengusap perutnya.
"Sebenernya ko Edwin udah larang aku kesini, tapi aku mau ngenalin cucu kedua mama, baru 2 minggu cucu mama ada di perut aku"
Mayleen tersenyum tipis, ia mengambil segenggam bunga didalam keranjangnya lalu menaburkannya diatas makam Victoria.
"Semoga mama bahagia disana"
Mayleen bangkit dari posisi jongkoknya, lalu berjalan meninggalkan ke 2 makam itu. Ia tidak bisa lama lama, karena Edwin katanya takut anaknya diambil oleh arwah disana. Ada ada saja.
"Gimana, sayang?"
Mayleen menoleh, mendapati Edwin tengah berdiri disamping mobil dengan putranya yang tampak sudah tertidur pulas di gendongan sang ayah.
"Udah, aku juga udah kasih tau kehamilan kedua aku ke mama"
Edwin mengangguk, ia menjulurkan tanganya kearah pucuk kepala istrinya dan mengelus rambut sang istri dengan lembut.
"Ayo, Malv kayaknya udah gak sabar mau ke disney"
Mayleen terkekeh, ia mengelus pipi putra pertamanya.
"Sini biar aku yang gendong"
Edwin mengangguk, ia menyerahkan putranya dengan hati hati pada Mayleen.
Lalu ia membukakan pintu mobil untuk istrinya, "silahkan masuk, nyonya Dirandra"
Mayleen tertawa pelan dan melangkah masuk kedalam mobil, setelahnya Edwin langsung menutup pintu mobilnya.
Ya setidaknya sekarang, si bungsu Qian sudah mendapatkan kebahagiaannya. Melupakan luka lamanya, dan memilih memulai hidup baru dengan suaminya sekarang.
. . . . . . .
Aku ngerasa janggal kalo gak buat prequel hehehe. Gimana gimana? Udah pada prediksi gak Mayleen akhirnya bakal sama Edwin? Aku sih emang udah ship mereka sejak awal yah hohoho.
Okayy, book komplek semesta berhenti sampe sinii. Gak ada S3 loh, ini udah mentok banget.
Soo, babayy!! Sampai jumpa lagi di book aku yang lainn!!
KAMU SEDANG MEMBACA
◇Komplek Semesta◇ || NCT ☑
Random[Bias|| ot 23 Pt 2] [Lokal ver] Sebenarnya fakta apa yang disembunyikan mereka dari Mayleen? [Bahasa Non-baku, dan mengandung kata kata kasar]