bab 3

104 6 0
                                    

buat temen temen semua jangan lupa vote sama komennya ya, makin banyak komen sama vote makin semangat buat aku update ceritanya.

makasih orang - orang baik :)

***

Melihat Aretha yang sudah memasuki rumahnya dengan selamat, Arthur menyunggingkan senyum lalu melajukan motor hitam kesayangannya menjauhi rumah Aretha.

"PULANG SAMA SIAPA KAMU? DASAR CEWEK MURAHAN! SUDAH PEMBAWA SIAL, MAUMALU – MALUIN KELUARGA JUGA HAH?!" Bentak Abraham.

Aretha hanya diam mematung didepan pintu, lalu kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"DASAR TIDAK PUNYA ETIKA! PAPA LAGI BICARA SAMA LO ARETHA!!" Bentak Kenzie.

Aretha tetap melanjutkan langkahnya dengan setengah berlari.

 "Tuhan, sampai kapan papa sama bang Kenzie bakalan benci sama Retha, sampai kapan Tuhan? Retha capek, Retha capek menghadapi perlakuan mereka." Isak Aretha setelah memasuki kamarnya.

***

"ARETHAA! KELUAR LO!!" Teriak Kenzi sembari menendang pintu kamar Aretha.

Kenzie melihat Aretha yang tertidur lalu menendang kaki Aretha sampai dia terbangun.

"Abang? A..ada apa?" Tanya Aretha pelan.

"Dasar pemalas! Pulang sekolah harusnya lo bantuin bi Ijah bersihin rumah, bukan malah enak - enakan tidur!! Lo pikir lo siapa di rumah ini hah? Lo cuma numpang! Dan lo, ANAK PEMBAWA SIAL!" Bentak Kenzie membuat air mata Aretha lolos begitu saja.

Setelah itu Kenzie pergi meninggalkan kamar Aretha dengan menendang kamar Aretha, Aretha hanya bisa bersabar menghadapi tingkah kakak sulungnya.

Selepas kepergian Kenzie, Aretha merasa kepalanya sangat pusing, bahkan rasa pusing dikepalanya sudah tak dapat dia tahan.

 Entah masalah apa yang akan didapatannya jika ia tertidur dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah akan ia tanggung nanti, saat ini Aretha hanya butuh mengistirahatkan badannya.

Akhirnya Aretha memilih untuk beristirahat dan memeriksakan keadaannya besok.

***

 Aretha sebenarnya ragu untuk memeriksakan keadannya, bukan karena Aretha tidak ada biaya untuk membayarnya, Aretha memiliki cukup uang ditabungannya jika hanya untuk pergi memeriksakan diri ke dokter, namun Aretha hanya menganggap sakit kepalanya adalah gejala masuk angin biasa.

Aretha terpaksa memeriksakan dirinya ke dokter karena sakit kepalanya sungguh sangat menyiksanya, biasanya dia sering merasa sakit kepala biasa namun setelah itu akan hilang dengan sendirinya.

***

Hari ini Aretha memeriksakan dirinya ke rumah sakit, Aretha pergi ke rumah sakit diam – diam tanpa sepengetahuan Abraham maupun Kenzie.

Setelah melakukan pemeriksaan serangkaian pemeriksaan kemudian Aretha diminta untuk menuju ruangan khusus penyakit kronis.

Sejujurnya Aretha sangat takut mengapa dia berada di ruangan ini,bukannya Aretha hanya sakit kepala biasa karena gejala masuk angin ataupun kecapean, Aretha kemudian duduk dihadapan dokter Ayu.

 "Aretha apa kamu kesini dengan orang tuamu?" Tanya dokter Ayu.

 "Tidak dokter saya sendiri, papa saya sedang berada diluar kota jadi beliau tidak bisa menemani saya dok," Jawab Aretha tak lupa menampilkan senyum manisnya.

"Ibu kamu sendiri, apakah beliau ada?" Tanya dokter Ayu kepada Aretha.

"Mama saya sudah meninggal ketika melahirkan saya dok," Ucap Aretha sendu.

"Maaf Aretha saya tidak bermaksud menyinggung kamu, sekali lagi saya minta maaf." Ucap dokter Ayu yang merasa bersalah akan ucapannya.

"Tidak apa - apa dok, saya paham." Ucap Aretha tanpa memudarkan senyum manisnya.

"Saya rasa saya akan membicarakan masalah ini kepada ayah kamu Aretha." Ucap dokter Ayu.

Aretha sangat takut untuk mengetahui kenyatannya, "Kenapa harus ngomong sama papa? Bukannya cuma sakit kepala biasa, nanti juga sembuh sendiri kan," batin Aretha.

 "Apa penyakit saya sangat serius dokter, sehingga anda tidak dapat memberitahukan langsung kepada saya?" Tanya Aretha khawatir setelah melihat raut wajah dokter Ayu.

"Dokter bisa bilang ke saya tentang penyakit saya dokter, nanti setelah papa saya pulang dari luar kota, saya akan langsung membicarakan penyakit saya dengan beliau dok." Ucap Aretha meyakinkan dokter Ayu.

 "Baiklah Aretha, namun sebelunya saya ingin bertanya, apa kamu sering merasa pusing?" Tanya dokter Ayu.

"Saya sering merasa pusing dokter, tapi saya merasa pusing biasa dokter, namun akhir akhir ini saya merasa sulit untuk mengendalikan rasa pusing saya dokter, bahkan rasanya semakin menyakitkan hingga kepala saya ingin pecah dok." Jawab Aretha jujur.

Bohong jika Aretha tidak takut mendengar ucapan dokter Ayu, bahkan dari ucapannya saja sudah dapat ditebak jika Aretha bukan hanya sakit ringan.

"Saya harap kamu bisa menerimanya Aretha, kamu terkena tumor otak stadium akhir. Bahkan ukuran tumor kamu sudah cukup besar" Ucap dokter Ayu.

***

hai gais, cukup segitu dulu ya, maklum masih amatir banget,

sejujurnya aku udah nulis cerita ini sejak lama, cuma mau mempublishnya masih takut, tapi setelah memantapkan mental aku akhirnya bisa nge publish cerita ini.

makasih buat semuanya, jangan lupa vote dan komentarnya.

ARETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang