Sebuket bunga mawar putih di genggam oleh lelaki yang berpakaian serba hitam, di bawah gelapnya suasana karena cahaya matahari yang terhalang pohon-pohon besar tak membuat sedikitpun bulu kuduk lelaki itu merinding ketakutan.
Lelaki itu terus berjalan menuju gundakan tanah seseorang yang telah meninggalkannya bertahun-tahun yang lalu.
"Liodra,aku datang" Lelaki yang tidak lain Samuel itu meletakkan sebuket bunga mawar putih yang di belinya ke nisan seorang perempuan yang ia cintai dulu dan sampai saat ini belum ada seorang wanita yang menggantikan Liodra di hatinya.
"Maaf baru sempat berkunjung lagi" Ucapnya seolah gundakan tanah di depannya akan mendengar apa yang ia katakan.
Pandangannya refleks tertuju pada seorang gadis yang baru saja memasuki area makam dan gadis itu ialah Calya.
Samuel memperhatikan interaksi Calya yang sudah duduk di makam yang ia tidak tahu makam milik siapa.
Mata lelaki itu menyerngit saat melihat Calya yang tiba-tiba menangis, ia pun berniat menghampiri gadis tersebut.
"Liodra aku pamit yah, aku akan berkunjung lagi nanti" Pamitnya pada gundakan tanah yang di nisannya bertuliskan nama Liodra.
Samuel menghampiri Calya, ia duduk di samping gadis tersebut. Untuk beberapa detik Calya sempat kaget dengan kedatangan Samuel namun gadis itu cepat-cepat menetralkan kembali mimik wajahnya.
"Ngapain?" Tanya Calya, Nadanya tidak seperti biasanya yang ketus jika berhadapan dengan Samuel.
"Tumben gak marah-marah?" Bukannya menjawab pertanyaan Calya, Lelaki itu malah kembali bertanya.
Calya menghembuskan nafas pelan seraya menghapus air mata yang tertinggal di ujung matanya "Serba salah yah, lu seneng banget gitu kalo di kasarin?"
"Gak gitu juga, tapi tumben aja nenek lampir di depan gue ini nada bicaranya lembut" Jawab Samuel menjengkelkan "Emang seharusnya cowok ganteng kaya gue tuh gak boleh di kasarin si" Lanjutnya dengan kepedean yang mendarah daging.
Calya hanya menggelengkan kepala kecil dan kembali mengarahkan pandangannya pada gundakan tanah di depannya.
"Siapa?" Tanya Samuel.
Calya yang mengerti pertanyaan Samuel langsung menatapnya "Kakek" jawabnya.
"Kangen banget ya sama kakeknya?"
"Iya, kakek itu yang paling ngertiin gw lebih dari siapapun dan dua tahun yang lalu dia pergi ninggalin gw untuk selama-lamanya" Jawab Calya dengan pandangan kosong menatap kuburan sang Kakek "Dan hal yang paling gw sesali di dunia ini adalah, gw gak ada di samping kakek pada saat hari terakhirnya di dunia"
Samuel yang mengerti perasaan Calya hanya bisa mengusap pelan punggung gadis itu, ia mengerti bagaimana rasanya tidak bisa di samping orang yang tersayang pada saat hari terakhirnya, ia sangat mengerti.
"Ayo pulang bareng gw, udah gerimis nih, pasti bentar lagi hujan" Ajak Samuel saat menyadari tetesan air mulai membasahi tubuhnya.
Calya sempat diam, ia bingung harus menerima tawaran Samuel atau tidak.Ia kesini menggunakan ojek online jika pulangnya ia memesan ojek online lagi maka ia akan kehujanan, namun jika ia menerima tawaran Samuel bagiamana jika Dimas tau?, Pasti kekasihnya akan sangat marah kepadanya.
"Hus jangan ngelamun di kuburan" Lamunan Calya buyar saat Samuel menyipratkan jarinya ke kening Calya.
Benar saja hujan lebat turun membasahi bumi dan seisinya, tanpa persetujuan Calya Samuel menggenggam lengan gadis itu dan menariknya agar ikut bersamanya.
Sekarang Calya sudah di dalam mobil Samuel, ia hanya bisa berdoa agar Dimas tidak melihatnya berada di dalam mobil bersama Samuel.
Samuel melajukan mobilnya menjauh dari area pemakaman, di sepanjang jalan Calya hanya terdiam menatap jalanan yang basah terguyur derasnya hujan.
"Ngapain ke sini?" Tanya Calya saat Samuel memarkirkan mobilnya di area rumah makan padang.
"Makan dulu bentar, gw laper" Ujar Samuel tanpa dosa.
"Ish makan sendiri aja, anterin gw pulang dulu"
"Sebentar doang elah" Jawab Samuel mengambil payung yang tersedia di belakang kursi mobilnya, lelaki itu keluar mobil namun tidak dengan Calya yang masih setia duduk di dalam mobilnya
Samuel mengetuk pintu kaca mobil di samping tempat Calya duduk, gadis itu hanya membuka sedikit kaca mobil karena tak ingin terciprat air hujan "Apa?"
"Ayo turun, ngapain masih di dalem" Kata Samuel membuka pintu mobilnya, sontak hal tersebut membuat Calya mau tak mau turun dari mobil Samuel.
"Ihhhh yang bener pegang payungnya, gw basah nih" Kesal Calya.
"Iya maaf" Ucap Samuel melingkarkan satu tangannya ke pinggang ramping milik Calya dan menariknya mendekat.
Calya yang di perlakukan seperti itu melotot kaget sekaligus kesal, namun Samuel cepat-cepat menjelaskan maksudnya "Biar gak kebasahan" Jelas Samuel.
"Ck. Cepet jalan" Alangkah terkejutnya Calya saat ada sosok laki-laki yang memegang palstik berisikan beberapa bungkus nasi padang menatap datar ke arahnya dan Samuel yang masih dengan posisi tangan Samuel yang melingkar di pinggang Calya.
"Dimas" Ucap Calya lirih, Samuel yang mendengarnya langsung mengarahkan pandangannya ke tempat Dimas berdiri, diam-diam Samuel tersenyum miring menatap Dimas.
Dimas mengepalkan tangannya lalu berjalan ke arah Samuel dan langsung menonjoknya tanpa aba-aba.
Calya spontan berteriak histeris saat Samuel terhuyung ke belakang sehingga payung yang di pakainya juga ikut terlempar, ia sekarang kebasahan.
"Dimas cukup!" Kata Calya memegang lengan Dimas sebelum ia kembali melayangkan pukulan kepada Samuel.
"Kenapa kamu pergi sama dia?" Tanya Dimas dengan nada yang dingin, matanya memerah, urat-urat di lehernya menonjol keluar, Calya tidak pernah melihat Dimas semarah ini.
"A..aku bisa jelasin, tadi kita ketemu gak sengaja di pemakaman" Ucap Calya bergetar, ia sudah kedinginan, tubuhnya sudah basah kuyup karena kehujanan, di tambah melihat wajah Dimas yang marah ia jadi semakin gemetar karena ketakutan dan kedinginan.Lengkap sekali penderita Calya sekarang.
Samuel yang sudah berdiri kembali membuka suaranya "Ck, baru jadi pacar udah posesif banget"
"Tutup mulut Lo!" Saat Dimas hendak melayangkan pukulannya kembali teriakan Calya menghentikan tindakannya
"Cukup Dimas, aku mohon" Pinta Calya yang sudah menggigil kedinginan.
Gadis itu tidak perduli banyak yang memperhatikan mereka sekarang, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana Dimas tidak salah paham kepadanya.
Karena melihat Calya yang sudah menggigil Dimas merasa iba dengan kekasihnya dan menarik Calya menuju kedalam mobilnya.
"Jangan pernah deketin cewek gue!" Kata Dimas menatap tajam Samuel.
Sepertinya sangat mustahil untuk membuat Dimas dan Samuel menjadi akur.hal yang paling menyeramkan di dalam sifat manusia adalah, dendam.
To be continued....
______________________________________
Jangan lupa vote dan komen ya Readers-ku yang cantik² & ganteng².
Maaf kalo akhir² ini yaarii ngaret banget up cerita ini.
Sampai bertemu di update-an selanjutnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME LOOP (ON GOING)
Teen Fiction----------(On going)----------- Rasa trauma Dimas kepada seorang perempuan sering di artikan ia menjadi seperti sosok laki-laki yang anti jatuh cinta namun sejak kedatangan gadis aktif bernama Calya traumanya perlahan menghilang meski awalnya kehadi...