56|Pesan Terakhir

93 7 0
                                    

Samuel terjebak dalam ruangan galap tanpa adanya penerangan sedikitpun.Lelaki itu berusaha mencerna apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Terus berjalan dengan langkah yang gontai namun sampai detik inipun tidak ada cahaya disekitarnya.Samuel mulai frustasi karena ia masih belum mengetahui dimana keberadaannya.

Sampai ada seseorang yang memancarkan cahaya sangat terang hingga meremangkan pengelihatannya.

"Samuel" panggil orang itu dengan nada yang sangat lembut.

"Liodra?" jawab Samuel mulai menajamkan pengelihatannya kembali "itu kamu?" tanya Samuel kembali memastikan.

Liodra tersenyum menghampiri Samuel yang kini tengah menatapnya "Kamu seharusnya tidak melakukan itu"

Samuel mulai menggenggam tangan Liodra seolah tidak ingin kehilangan gadis itu lagi "A-aku hanya ingin bertemu denganmu"

"Jangan El.belum saatnya"

Lelaki itu menunduk seolah sedih mendengar ucapan Liodra yang tidak ingin cepat-cepat bertemu dengannya

"Maaf.maaf karena aku ga becus jagain kamu" sesal Samuel yang tak sadar semakin mempererat genggamannya.

"Jangan terus menyalahkan diri sendiri El.Ini semua murni kesalahan dan kebodohan aku bukan salah kamu ataupun Dimas"

Samuel menggelengkan kepalanya seolah mengucapkan apa yang Liodra katakan itu tidak benar.

"Aku menyesal telah mengambil keputusan itu dan sekarang aku hanya bisa terjebak di dimensi lain.Aku belum bisa menuju alam yang seharusnya El" kata Liodra dengan raut wajah yang sendu.

"Apa maksudnya?" tanya Samuel bingung dengan perkataan Liodra.

Liodra menggelengkan kepala pelan "Kamu harus bertahan ya.Perlu kamu ketahui bahwa aku juga sayang kamu, aku gak suka kalau kamu terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas kepergian aku"

Liodra melepas genggaman Samuel kemudian ia memegang pipi lelaki tersebut dengan kedua tangannya "Jangan musuhan lagi sama Dimas.Kalian harus akur" ucapnya kemudia sosok Liodra seolah menghilang dari pandangan Samuel.

"Liodra"

"Kamu kemana Li?"

"Tolong jangan tinggalin aku" pinta Samuel namun setelah itu hanya ada cahaya yang sangat terang sampai membuat Samuel kehilangan penglihatannya.

"Selamat Pak, Bu karena pasien atas nama Samuel sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan terbangun dari komanya" ucap sang dokter keluar dari ruangan Samuel karena mendapat laporan dari kedua orangtuanya bahwa lelaki itu tadi mulai menggerakkan tangannya.

"Alhamdulillah terima kasih dok" ucap Indra kemudian beralih memeluk istrinya yang menangis bahagia karena mendengar kabar bahwa sang putra semata wayangnya akan tersadar dari komanya

***

"Begitu syulittt lupakan Dimas, apalagi Dimas baiqqq. Begitu syusyahh cari gantinyaa cukup di kenang sajaa"

Buagh

"Anj" lemparan kotak pensil sukses mendarat di jidat lebar Mutiara.Pelakunya sahabatnya sendiri, yaitu Calya.

Calya sangat pusing ketika terus menerus mendengar suara Mutiara yang tak henti-hentinya menyanyikan lagu itu sedari awal Calya masuk kedalam kelas.

"Mampus rasain.lagian lo berisik banget tau ga" sarkas Calya yang melihat Mutiara merintih kesakitan mengusap-usap jidatnya.

"Lagian salah siapa lo ngelamun terus dari tadi.pasti lagi gamonin si Dimas ni"

"Gamon-gamon pala lo tuh kek Salmon" jawab Calya memutar bola matanya malas.

Mutiara hanya bisa mendumel tanpa sura takut-takut jika ia buka suara akan di amuk lagi oleh Calya.

Dering hp Calya menghentikan perdebatan mereka.

"Halo om"

Ucap Calya pada sang penelfon yang ternyata adalah Indra.

"Samuel sudah sadar?"

"Baik om, pulang sekolah Calya ke sana"

Mutiara yang mendengar nama Samuel di sebut langsung mengerutkan keningnya.

"Lo ada hubungan apa si sebenarnya sama si Samuel?" tanya Mutiara setelah panggilan telpon Calya berakhir.

"Kepo amat" jawab Calya sengaja karena ingin membuat Mutiara penasaran.

"Monyet" umpatnya tak tertahan

"Astaghfirullah ukhtie anda tidak boleh ngomong kasar nanti tuhan marah"

Perdebatan mereka di akhiri karena suara bel jam perjalanan pertama sudah mulai terdengar seantero SMA Trisatya.

***

"Flashdisk?" gumam Dimas menemukan sebuah flashdisk di dalam tumpukan dokumen-dokumen yang sudah berdebu karena sudah lama terbengkalai.

Dimas kembali berjalan menuju mobilnya kemudian ia mengambil sebuah notebook yang dibawanya untuk menancapkan flashdisk yang tadi ia temui untuk mengatahui apa isi dari flashdisk tersebut.

"Sial file tidak terbaca" umpatnya masih terus berusaha mengotak-ngatik flashdisk tersebut.

Matanya kembali terfokus saat flashdisk tersebut akhirnya mulai bekerja meski memerlukan waktu bermenit-menit lamanya.mungkin karena sudah lama sekali tidak terpakai jadinya flashdisk itu sempat eror.

Kini Dimas beralih membuka situs vidio yang tersimpan karena ia tidak menemukan kejanggalan pada isi dari dokumen yang lain.

Dimas menemukan satu rekaman yang ia rasa adalah rekaman yang sedang ia cari.

Di bukanya vidio tersebut memperlihatkan sebuah ruangan dengan kualitas vidio yang remang-remang karena kualitas CCTV dulu tidak secanggih sekarang.

"Om Robert? jadi selama ini pelakunya om Robert bukan papah Calya?"

Dimas yang melihat kejadian 7 tahun yang lalu meneteskan air mata melihat dengan jelas sang ayah di bunuh oleh sahabat ayahnya sendiri.
 
I

a kembali kesal karena melihat flashdisk yang tertancap di notebook nya kini kembali tidak berfungsi serta cahaya merahnya pun kian meredup.

"Vidionya belum sempat gw ekspor"

TIME LOOP (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang