Malam ini Calya sedang berkumpul di ruang keluarga bersama kedua orang tuanya serta adik laki-lakinya.
"MANA REMOT NYA? GANTI ELAH UPIN IPIN BELUM ABIS" ujar Bara yang sedang berkelahi merebutkan remot tv dengan Calya.
"LIAT NOH UDAH JAM DELAPAN UDAH ABIS KALI" balas Calya tak mau kalah.
"ENGGAK! KATANYA MALAM INI ADA JAM TAMBAHAN" teriak Bara menjenggut ujung rambut Calya agar mau memberikan remot tv kepadanya.
"STOP!" teriak Intan dan Agus serempak. Agus Bhalendra ialah ayah dari Calya dan Bara.
"Sini remotnya!" pinta Intan merebut remot tv dari tangan Calya.
"Mah elah dari pagi kan mamah udah nonton tv gantian aku" pinta Calya namun Intan tak menghiraukannya, ia malah asyik dengan sinetron kesukaannya.
"Dahlah" ucap Bara kesal karena tidak bisa menonton kartun dua anak kembar asal Malaysia itu.
"Dahlah ga asik" lanjut Calya pergi ke arah dapur untuk mengambil cemilan.
"MAH INI GAK ADA CEMILAN APA?" teriak Calya dari arah dapur.
"GADA KAMU BELI GIH DI SUPERMARKET SEKALIAN BELANJA BULANAN" balas Intan berteriak juga membuat Agus yang di samping Intan menutup kupingnya yang berdengung akibat teriakan melengking istri dan anak perempuannya.
"Duit?" pinta Calya saat menghampiri Intan.
"Pah. Kasih!" kata Intan. Agus hanya melongo dan menunjuk dirinya sendiri.
"Iyalah papah kan tulang punggung keluarga harus menafkahi Istri dan anak-anaknya. kalo papah gak mau ngasih uang gpp nanti mamah nikah lagi sama Kim Jong-un!"
"Kim Jong-un?" tanya Calya.
"Iyah itu anggota EXO yang nama panggilannya Kai"
"Kim Jong-in mah! Kim Jong-un mah presiden Korea Utara" jawab Calya gregetan dengan ibunya yang salah menyebutkan nama Idol k-pop asal Korea Selatan.
"Oh iya itu dia maksudnya. Udahlah cepet keburu malem nanti" ujar Intan mengibaskan tangannya ke udara.
Agus hanya pasrah lalu ia memberikan kartu ATM-nya kepada Calya daripada ia harus di banding-bandingkan lagi oleh sang Istri dengan idol k-pop yang katanya mau di jadikan calon suami. padahal tak mungkin idol tersebut menyukai istrinya. fikir Agus.
Calya menendang-nendang batu krikil sepanjang jalan menuju supermarket. ia belum di perbolehkan mengendarai motor oleh sang ayah karena usianya belum genap 17 tahun.
"Yaelah kirain gw mau di anter gitu eh malah di suru jalan. mentang-mentang supermarket gak jauh dari rumah" dumel Calya.
Calya memasuki supermarket dan mulai mengambil barang keperluannya. saat ia menuju rak khusus bumbu² dapur ia melihat seorang cowok yang tak asing di matanya, yaitu Dimas.
Sepertinya Dimas sedang kebingungan dengan bumbu² dapur. Calya dengan jiwa isengnya menghampiri Dimas.
"Permisi mas ada yang bisa saya bantu?" tanya Calya di belakang Dimas.
"Mba kaldu ayam di ma...elo?" tanya Dimas terhenti saat menyadari bahwa ia sedang dikerjai oleh Calya.
"Heheh pis" ucap Calya mengacungkan dua jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan.
Dimas merotasikan bola matanya malas lalu kembali mencari bumbu² dapur perintah dari ibunya.
"Lo nyari kaldu ayam?" tanya Calya namun tidak di respon oleh Dimas.
Calya mengambil kaldu ayam lalu memberikannya kepada Dimas "Nih, apa lagi?"
Karena Dimas hanya menaikan satu alisnya alhasil Calya mengambil kertas daftar apa saja yang akan dibeli Dimas lalu mencarinya dan memasukan kedalam keranjang yang di pegang Dimas.
Dimas hanya memperhatikan cewek di depannya itu.
"Nih cewek unik juga" ujar Dimas dalam hati lalu cepat² ia menggelengkan kepalanya.
"Kenapa lo?" tanya Calya bingung melihat Dimas yang geleng-geleng kepala sendiri padahal disini tidak ada lagu trio macan.
"Nih udah selesai" lanjut Calya mengembalikan lagi kertas daftar belanjaan kepada Dimas.
"Thanks" ucap Dimas singkat lalu pergi meninggalkan Calya.
"Biasalah" ujar Calya lalu mengambil snack untuk menggantikan kripik kentang milik Bara. kalau tidak di ganti bisa-bisa Calya terus di teror oleh adik laki-lakinya itu.
Calya membayar semua belanjaannya lalu ia keluar dari supermarket dengan sedikit tertatih. belanjaan yang dibawanya lumayan banyak, belum lagi Calya hanya berjalan kaki. bisa-bisa kakinya pegal-pegal.
Ternyata Dimas belum pulang. ia sedang memainkan hpnya di atas motor. Saat Calya hendak melewatinya tiba-tiba perkataan Dimas membuatnya kaget sekaligus senang.
"Naik!" kata Dimas menunjuk jok motor belakangnya menggunakan dagu.
"Hah?" tanya Calya pura-pura bingung padahal ia hanya kaget.
"Lama gw tinggal"
"Iya iya mau" jawab Calya cepat lalu menaiki motor Dimas.
"Tuh cat ijo berenti yah bang" ujar Calya membuat Dimas menghembuskan nafas kasar.
"Makasih yah lo udah anter gw pulang" ucap Calya yang sudah turun dari motor Dimas.
"Gausah geer. Gw anter sebagai tanda terima kasih, gw gasuka punya utang budi jadi lo gak usah ungkit ini lagi." untuk yang pertama kalinya Dimas berbicara lebih dari 3 kata kepada seorang wanita kecuali ibunya meskipun bukan kata-kata manis yang terucap.
Dimas langsung melajukan kendaraannya meninggalkan Calya yang masih mematung di tempat.
"Tuh cowok jarang ngomong tapi sekalinya ngomong jleb ya ke hati. Untung ganteng" kata Calya lalu masuk kedalam rumahnya sambil senyum-senyum sendiri.
"WOY NI KEPIRIK KENTANG LU" teriak Calya di balik pintu kamar Bara.
Karena tidak ada respon Calya memutuskan untuk langsung masuk saja. ia kebingungan melihat adiknya yang sedang melihat hp sambil menangis.
"Lu kenapa? ada masalah sama gebetan? atau temen?kalo lo mau cerita gw siap dengerin ko" kata Calya mendekat ke arah adiknya.
"Ini sedih banget anjir, si Ipin kain merahnya ilang padahal peninggalan dari almarhumah emaknya" ujar Bara mengelapkan ingusnya ke baju Calya.
"SYALAN LU JOROK BANGET SETAN" damprat Calya menjengguti rambut Bara membuat sang empu merintih kesakitan.
"Adah copot² pala gue"
_______________________________
Bara bucinnya Upin Ipin guys wkwk.
Segini dulu ya. jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya biar yaarii cepet up-nya.
Bye sampai ketemu di part selanjutnya;
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME LOOP (ON GOING)
Roman pour Adolescents----------(On going)----------- Rasa trauma Dimas kepada seorang perempuan sering di artikan ia menjadi seperti sosok laki-laki yang anti jatuh cinta namun sejak kedatangan gadis aktif bernama Calya traumanya perlahan menghilang meski awalnya kehadi...