Kegiatan berbagai untuk merayakan ulang tahun SMA Trisatya berjalan lancar, kelompok Dimas sudah menyelesaikan tugasnya dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, Adzan magrib akan segera berkumandang.
Kelompok Dimas memutuskan untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim, yaitu sholat di salah satu mushola yang ada di desa tersebut, mereka akan sholat magrib berjamaah.
Beberapa anggota non muslim termasuk Janu dan Mutiara menunggu di luar mushola, toleransi mereka begitu kuat dan tidak membeda-bedakan agama dalam pertemanan.
"Ada yang mau Adzan?" Tanya salah satu warga penduduk desa kepada Dimas dan teman-teman laki-laki yang lainnya.
"Noh Yuda Adzan gih" Ali mendorong Yuda.
Yuda malah membalas dorongan Ali "Lu aja sono cepet"
"Anto Lo deh maju cepet"
"Dih lagi serak, Radims Lo aja gih"
Dimas yang sedari tadi diam memutuskan untuk dia saja yang Adzan "Saya saja pak" Kata Dimas pada warga tadi.
"Iya silahkan"
"Ck ganteng doang, di suru Adzan dorong-dorongan" Kata Radims
"Udah diem lu juga sama" Jawab Yuda dan setelah itu semuanya hening karena Dimas akan mengumandangkan Adzan.
Calya sungguh bangga sekaligus penasaran bagaimana suara Dimas ketika Adzan nanti, dan pada saat Dimas memulai Adzan ia sempat terharu karena suara Dimas begitu merdu hingga membuat bulu kuduknya serta bulu kuduk penghuni mushola maupun yang mendengarnya ikut merinding.
"Subhanallah" Ucap Calya pelan.
Setelah selesai membaca doa setelah Adzan, Dimas ingin kembali ke tempatnya namun seorang warga yang menyuruhnya Adzan tadi menyuruhnya untuk menjadi imam juga, Dimas menerima permintaan warga tersebut untuk menjadi imam.
"Semua tolong shaf nya di rapatkan" Himbau Dimas dan semua jamaah merapatkan shafnya.
Setelah selesai menunaikan ibadah Sholat Magrib, kelompok Dimas memutuskan untuk langsung ke sekolah karena mereka harus segera melaporkan kegiatan hari ini sekaligus ada informasi mengenai kegiatan camping besok.
Semua murid sudah berkumpul di lapangan, mereka sedang menunggu kepsek yang masih di ruangannya.
"Tadi suaranya bagus banget deh, aku sampe terharu" Puji Calya untuk Dimas yang kebetulan berbasis di sampingnya.Tidak kebetulan si, sebenernya mereka sengaja, mereka kan kaya cicak, nepel terus.
Dimas hanya membalasnya dengan senyuman tak lupa kebiasaannya, yaitu mengusap pelan pucuk rambut Calya.
"Udah cocok jadi imam aku nanti" Kata Calya lagi disertai cengiran.
"Mikirnya kejauhan" Jawab Dimas menyentil jidat Calya.
"Emang kamu gak mau jadi imam aku?"
"Engga"
"Ywdh"
Calya diam dan mengalihkan pandangannya ke depan enggan untuk menatap Dimas.
"Dih, kalo ngambek makin jelek ya" Kata Dimas kemudian meniup kuping Calya.
Calya menutup kupingnya dengan tangan dan memilih tidak menanggapi perkataan Dimas.
Banyak wanita yang patah hati dan cemburu melihat interaksi mereka berdua termasuk orang di belakang Calya yang sudah menatap datar sedari tadi interaksi romantis antara Dimas dan Calya.
Tak lama kepsek datang dan seluruh murid yang tadinya bising menjadi hening.
"Yuqi catatan laporan ada di lo kan?" Tanya Calya menghadap kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME LOOP (ON GOING)
Teen Fiction----------(On going)----------- Rasa trauma Dimas kepada seorang perempuan sering di artikan ia menjadi seperti sosok laki-laki yang anti jatuh cinta namun sejak kedatangan gadis aktif bernama Calya traumanya perlahan menghilang meski awalnya kehadi...