32

147 17 13
                                    

hallooo guyyysss😅 lama nggak up! Nungguin kan?

Smoga nungguin yaa😬 haha yaudah tnpa basa-basi! Happy reading yaaa🗿




"Selina Sayang, sebenarnya kamu ada masalah apa?"

Dahi Selina agak berkerut setelah mendengar perkataan ayahnya, "Nggak ada kok, aku baik-baik aja."

Ayah Selina menghela nafas, "Beneran? Nggak bohong? Mungkin kamu lagi banyak pikiran apa gitu? Kamu bisa ngomong sama ayah, siapa tahu ayah bisa bantu." Ucapnya seraya mengelus rambut putrinya.

Selina tersenyum bingung, "Nggak ada ayaaah."

Ayah Selina menghela nafas membuat Selina lebih merasa bingung, "Emang kenapa sih, yah?"

"Hm?"

"Ayah kenapa tanya gitu tiba-tiba?"

"Itu, soalnya ayah liat kamu semakin hari semakin murung. Jadi, ayah agak khawatir kalo kamu ada masalah yang mengganggu."

"Nggak ada kok, beneran." Selina kembali tersenyum pada ayahnya, "Selina minta maaf udah buat ayah khawatir."

Ayah Selina mengacak-acak rambut putrinya dengan gemas, "Sudah sewajarnya kalau ayah khawatir pada princess-nya."

Keduanya terkikik untuk beberapa saat setelah itu kembali fokus pada kegiatannya masing-masing. Selina tengah bermain dengan HP-nya sedangkan ayahnya fokus pada kendali mobil yang mereka tumpangi.

Ayah Selina melirik anaknya dengan tatapan sulit diartikan, sudah ia duga bahwa Selina tidak mengingat apa yang terjadi padanya semalam. Ayah Selina hanya tersenyum pahit disepanjang perjalanan ketika memikirkannya.

Selina mengira bahwa ia ketiduran sehingga ayahnya harus membangunkannya untuk makan malam.

"Yaudah, Selina pamit sekolah dulu yah?" Pamit Selina ketika mobil mereka sudah berada didepan gerbang sekolah.

"Iya, nggak usah rajin-rajin belajarnya, dibawa santai aja, sayang." Ujar ayah Selina yang membuat Selina terkekeh.

"Baik bos!" Sahut Selina hormat.

Ayah Selina geleng-geleng kepala melihat aksi anaknya yang berlari seperti anak TK ketika menuju sekolah.

Selina yang berlari lompat-lompat kemudian melirik belakangnya, mobil ayahnya sudah pergi sehingga dirinya memilih untuk berjalan dengan santai. Selina masih sedikit heran dengan ayahnya yang terlihat terlalu khawatir padanya. Padahal kan Selina udah gede, bisa jaga diri.

"Ah." Selina mendadak mengingat sesuatu, ia mengangkat tangan kirinya, menatap lengan berhandyplas-nya dengan lekat, "Satu goresan bertambah."

Ia menghela nafas lalu kembali melanjutkan langkahnya, "Piring, pintu, meja, dan kali ini gara-gara vas bunga. Besok-besok apa lagi, Selina?"

Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali, "Ada aja kecerobohan."

Bruk! "Aw!"

Selina terjatuh duduk dilantai koridor setelah ia menabrak sesuatu. Ia meringis agak kesakitan dan mendongak ingin tahu apa yang sebenarnya ia tabrak? Setelah itu ia melebarkan matanya, "Eh? Cogan?"

Mendengar lirihan Selina, seseorang yang menabraknya malah terkekeh, "Sorry, gue bantu berdiri." Ucapnya seraya menawarkan tangan.

"Ah! Iya, makasih." Ujar Selina sembari menggenggam tangan cogan didepannya.

NAYRAVISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang