20

155 12 3
                                    

"Di dalem tanah."
_____

"....." Avis memandangi Nayra yang juga menatapnya dengan senyuman. Si cewe sok kuat ini!! Avis kesal dengan Nayra yang malah tersenyum di situasi yang seharusnya orang menangis, kemudian ia merentangkan kedua tangannya, "Sini."

"Apa?"

"Sini..." Melihat Nayra yang tak bergeming, Avis pun tak punya pilihan lain selain menarik paksa lengan Nayra dan segera mendekapnya dengan segenap rasa.

Nayra melebarnya matanya, "Ih apaan sih! Lepasin deh!"

Bukannya menuruti kemauan Nayra, Avis justru semakin mengeratkan dekapan seraya mengelus punggungnya, sehingga ia bisa merasakan bahwa Nayra terkesiap akibat tindakannya. "Nanti gue nangis gimana?" Tanya Nayra dengan polosnya.

"Kalo Lo pengin nangis, nangis aja..."

"Can I?" Tanyanya lirih.

Avis mengelus rambut panjang Nayra, "You can Nayra, don't stop your tears from falling, just let it be. Teriak juga boleh."

Nayra mencubit kecil perut Avis, "Nggak gitu lebay."

"Serius, kalo mau pukul gue sepuasnya juga boleh asal Lo lega. Nggak perlu ditahan sendiri, gue ada disini, walaupun gue nggak terlalu paham dengan apa yang Lo rasain sekarang, setidaknya izinin gue ada agar bisa menyiapkan sandaran buat Lo." Ucapnya lembut menatap netra Nayra dengan lurus.

"..." Nayra memeluk Avis dengan sekuat tenaga sepadan dengan betapa hebatnya rasa sesak di dada yang sudah lama terpendam, "..... Kenapa gue terlahir sih, Vis?"

"...."

"Pertanyaan itu selalu muncul dan nggak pernah terjawab."

"Pernah, waktu dulu gue benci dan menyalahkan Tuhan. Gue ngerasa selalu menderita, lahir dari orang tua brengsek, nenek gue diambil, doa setiap hari tapi nggak ada yang terkabul, apa sih?? kesel gue sama Dia... Sampe-sampe gue dulu ogah berdoa lagi, ya buat apa? Gue doa tiap hari sampe nangis tapi nggak pernah tuh dikabulin 1 pun, yang ada malah yang sebaliknya terkabul. Apa salah gue sampe ngalamin itu semua?"

"Tapi seiring waktu gue mulai sadar, ya gimana lagi, takdir gue mungkin emang begini.... Ya udaaahh nggak papa kok." Ujarnya tabah.

"Lagian, benci kok sama Tuhan? Gila kan gue?"

Disaat bersamaan dengan tangis Nayra yang semakin deras, Avis semakin mendekapnya dengan berulang kali mengucapkan semuanya akan baik-baik saja, Nayra.

*
*

"Huhu.. Avis mah gitu!! Gue jadi nangis, kan?!" Rengek Nayra seraya memukuli dada Avis.

Avis menangkup kedua pipi Nayra lalu tersenyum dengan begitu hangat, "Nangis bukan kejahatan Nayraaa."

"Hidup juga perlu dibumbui dengan air mata biar makin sedep nggak hambar, asin-asin dikit lah mantep ditambah yang nangis itu orangnya manis beh! wkwkw, sorry gue malah nge-gaje." Avis menggaruk tengkuknya sambil tertawa konyol.

"Ekhem! tapi gue lebih suka jika air mata yang keluar dari mata Lo itu adalah air mata kebahagian bukannya kesedihan. But whatever it is, it's okay for you to cry." Ucap Avis seraya merapihkan rambut Nayra.

Nayra tertawa kecil, sekali lagi ia menangis dalam dekapan Avis."Ya tapikan, gue nggak mau nangis didepan Lo! Gue jelek."

"Heh? Siapa yang ngomong gitu? Lo nggak jelek Nay, Lo cantik."

"Hmph!!"

"Tapi, fakta emang Lo agak jelek sih."

Pletak! "Ish! Avis mah gitu!" Keluhnya sambil menyeka air matanya.

NAYRAVISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang