Actually i need someone to hold me..
.
.
.
Renjun dengan wajah berseri-seri menatap dirinya di depan cermin. Hari ini ia akan bermain bersama 2 sahabatnya dan diantar oleh sang Ayah. "Leggo~~" gumamnya.
"Ayah..." panggilnya
Hening.
Apa Ayahnya masih tidur? Tapi ini sudah jam 9 pagi. "Ayah! Ayoo Haechan sudah menunggu" tak ada balasan.
Kamar orang tuanya sudah kosong. Ayahnya pergi? Bukan kah ayahnya... "Ayah ayo.." lirihnya."Ayah ayo! Haechan dan Jaemin sudah menunggu kita Ayah!!" pekiknya dipenjuru rumah dengan wajah merah menahan sesak yang tak diketahui karena apa. Menghela nafas kecewa, ayahnya mengingkari ucapannya. Itu hanya selang beberapa jam dari semalam. Kejam sekali.
"Ayah ayo hidupkan mobil.." gumamnya melangkah meninggalkan rumah.
___
"Kenapa lama sih!?"
Renjun terkekeh kaku, "Maaf Haechan, aku harus melakukan sesuatu tadi"
Haechan diam menatap tajam objek manis didepannya ini. Yang ditatap hanya gugup, apa ada yang salah? Pikirnya. Jaemin yang melihat hal itu hanya tersenyum tipis.
"Sudahlah Haechan. Ayo pergi!!"
Haechan tersenyum manis, "AYOO NJUNNIEE LOTTE WORLD KAMI DATANG!!!"
mereka berangkat dengan bus tentunya. Siwon maupun Jongin tak memberi izin untuk membawa mobil.
_____"Yeobo kenapa kau sangat gelisah eoh?" Tanya Jia bingung melihat raut wajah suaminya itu.
Chanyeol menghela nafas, "Aku lupa, harus mengantar Renjun hari ini"
Jia mendengar itu merasa bosan, anak itu mulu pikirnya. "Yuan sedang pemeriksaan imun, dan kau masih memikirkannya?"
Yang ditanya menggeleng. Lalu keduanya diam, Chanyeol fokus pada pikirannya begitu juga dengan Jia yang memerhatikan Anaknya di ruangan dokter.
'Maafkan Baba nak...'
____
Jaemin menatap lamat Renjun yang terdiam berdiri didepan biang lala besar itu. "Ada apa ren?". Renjun tersentak lalu menatap Jaemin disertai senyuman manisnya.
"Aku ingin naik itu, tapi tidak sekarang" Jaemin mengerut kening bingung, "Kenapa tidak sekarang aja?"
Renjun menggeleng pelan, "Aku mau ajak Ayah saja naik itu" anak itu kembali menatap Bianglala besar.
Jaemin semakin heran dan penasaran dengan kehidupan si mungil ini. Meski wajah manis itu selalu tertawa dan tersenyum, Jaemin dapat melihat kesedihan dimatanya, betapa rapuhnya anak ini. Mata yang berbinar hanya karena ice cream itu, adalah bukti bahwa topeng kebahagiaan itu benar adanya.
"Jaem...."
Jaemin tau si mungil ini menyimpan banyak luka. Jaemin tau Renjun adalah sosok yang membutuhkan seseorang untuk selalu disisinya.
Jaemin tau, Renjun membutuhkan pelukan...."NA!!" teriakan itu mengambil sepenuhnya lamunan Jaemin.
"A-ada apa?" 2 sahabatnya itu mendengus malas. "Kau melamun ditempat seramai ini?" kesal Haechan, oknum yang diomelin hanya terkekeh kaku.
"Ayo arumanis menunggu!!" pekik Renjun mengangkat kedua tangannya ke udara.
Haechan dan Jaemin saling menatap, "Manis sekali" gumam Jaemin diangguki setuju oleh Haechan.
"HEY!! AYOO IHH" rengek Renjun yang sudah berjalan beberapa meter didepan mereka.
Biarkan mereka bertiga bersenang senang sebelum waktunya untuk ya~
_____
"Kau suka udara lama Lee?"
Remaja itu mengangguk pelan sembari menatap jalanan melalui jendela mobil. "Sama saja"
Si penanya tertawa ringan fokus menyetir, "Bagaimana dengan mereka ? Kau merindukan nya?"
"Iya, aku merindukan mereka berdua"
"Mereka memiliki teman baru dari Cina. Aku tidak yakin, sepertinya dari kalangan keluarga Huang"
Ucapan itu mampu menarik atensi remaja itu untuk menatap saudaranya itu, "Huang Chanyeol?" beonya menatap kosong didepannya.
"Hahahah santai saja, dia anak yg polos..."
Remaja Lee itu hanya diam, sibuk memikirkan sahabatnya bersama sahabat baru.
____
Pintu putih itu perlahan dibuka. Ia melihat sekeliling kamar, sedikit menyayat hati melihat boneka lusuh diantara bantal di kasur. Masuk perlahan, mengedarkan pandangannya menelusuri kamar sederhana yang selalu rapi.
Bisa dihitung, ia sudah 8-10 tahun tidak memerhatikan lebih jelas isi kamar putra nya ini. Mulai dari kamar mandi hingga meja nakas disamping tempat tidur. Sampai ia melihat foto di meja belajar Renjun.
deg.
Rasa bersalah menggerogoti hatinya, harusnya ia mengantar putranya hari ini. Ia tahu bahwa anaknya akan ke Lotte World bersama 2 temannya. Dengan yakin ia mengatakan akan mengantarkan si mungil, dan dengan santainya dia melupakan janji itu.
Jahat sekali kau Tuan Huang. Sudah berapa banyak, waktu yang kau lewatkan tanpa Putra mu itu huh? Bahkan janji kecil pun kau tak bisa tepati.
Dia memerhatikan foto itu, menatap intens gambar sang istri disana. "Maafkan aku...aku mengabaikannya, aku menyakitinya. Maaf.." lirihnya mengelus foto yang menunjukkan senyum 2 permata nya.
"Ayah..?"
Suara itu mengagetkan Chanyeol dan menatap pintu. Disana berdiri Putra yang sejak tadi membuatnya merasa bersalah, dengan wajah merah. Sepertinya kelelahan bermain.
"Ren? Sudah pulang?" tanyanya dibalas anggukan dari sang anak yang tak beranjak dari tempatnya.
"Ren...tadi ayah-"
Renjun menggeleng, "Ayah pasti sibuk. Tak apa, lagian tadi dijemput Jaemin kok hehe" sahut Renjun dengan senyuman.
Semakin diselimuti rasa bersalah, Chanyeol mendekati Renjun berencana memeluknya namun....
"Aku akan mandi, Ayah tadi dicari bunda" Renjun langsung pergi masuk ke kamar mandi.
'Kita semakin jauh nak...'
_____
"Ku rasa dia merindukan moment bersama Tuan Huang" celetuk Jaemin memecah keheningan di mobil. Haechan hanya menghela nafas, "Ku rasa begitu. Matanya menyiratkan kesedihan dan menjelaskan kalau dia rapuh Jaem. NA~AKU TAK MAU KESAYANGAN KU SEDIH—hey! BERHATI-HATILAH MENYETIR😭"
Jaemin dengan sigap memijak rem lalu menatap tajam Haechan, "Dia milik ku Lee Haechan." desisnya dingin.
Haechan terpaku, "B-baiklah Jaem. Santai saja ish. Posesif sekali" cibirnya. Jaemin langsung tersenyum lebar, "Ah~ dia sangat imut Haechan-aa" gumamnya kembali menjalankan mobil.
"Ku rasa kau akan gila Na"
"Kalau karena si imut kenapa tidak HAHAHAH"
"beneran gila kan"
Tbc
Stay wait for next up!
Don't forget to Vote, coment, and share❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Omnia Paratus| RENJUN✔️
Fiksi Penggemar➪END ; blm revisi Kisah Huang Renjun yang Siap Untuk Apapun Yang Terjadi dalam merindukan Sang Mama ketika dirinya ditinggal lagi. Diangkat dan dijatuhkan di kondisi berbeda beda, membuat dirinya menyimpan sesuatu yang tidak dapat ia jelaskan dalam...