24. Oh, Sunday!

26 2 0
                                    

❛❛Mungkin hanya aku seseorang yang membenci hari Minggu❜❜ ❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❛❛Mungkin hanya aku seseorang yang membenci hari Minggu❜❜
❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀

Pria berambut panjang yang sedang duduk termenung bersama buku di pegangnya. Dia sendirian dirumahnya. Temannya itu sedang bekerja, padahal hari ini hari Minggu. Pria itu harus bekerja demi hidupnya, tentu.

Hyunjin menatap tiap sudut ruangan yang berada di hadapannya. Dia sedang di dapur. Tempat kesukaannya sejak dulu, karena tempat ini dia bisa makan bersama keluarganya, mengobrol ringan sampai dengan bercanda. Sayangnya, itu dulu. Kini dia hanya menatap kursi-kursi kosong yang ada dihadapannya.

Kosong, sama seperti hidupnya saat ini.

Hyunjin ingin menceritakan bagaimana dia bisa mengoleksi beragam pisau. Bahkan yang dari luar negeri pun ia beli hasil dari tabungannya.

Dahulu, saat itu Hyunjin sedang masuk usia sekitar 8 tahun-an.  Dia merecoki mamanya yang sedang membuat kue. Sedangkan si bungsu Yeji, dia masih tertidur siang. Hyunjin melihat ke meja makan, banyak alat-alat yang dimasukkan ke dalam wadah yang seperti gelas. Ada pengaduk, pisau, garpu dan juga sendok. Hal pertama yang membuat Hyunjin terpikat adalah sebuah pisau selai roti.

"Ma, ini apa?" Tanya Hyunjin kecil dengan polosnya.

"Itu pisau buat oles selai atau krim, sayang. Nanti kalo kue nya udah jadi kamu yang oles, ya?" Jawab sang ibu.

Hyunjin mengangguk senang. Dia tersenyum sumringah sampai matanya ikut tersenyum.

Oh bukan hanya memori itu yang membuat Hyunjin penasaran dan akhirnya mengoleksi pisau. Saat dia sedang darmawisata waktu kelulusan sekolah dasar, mereka mengunjungi desa tradisional yang letaknya di dekat kota Seoul.

Dia melihat banyak orang yang menggunakan pakaian ksatria dan memegang pedang panjang. Hyunjin baru melihat kembali orang seperti itu di dalam drama saat usianya 13 tahun. Jadi, sampai sekarang pun ia menyukai drama tentang zaman dinasti dahulu. Atau bergenre aksi juga, sih.

Orang tuanya mengetahui bahwa dia sering membeli pisau-pisau di toko online maupun pasar. Keluarganya pun tahu, dimana letak pisau-pisau yang Hyunjin pajang.

Memang, ayahnya itu bersikeras untuk membuang benda tajam itu. Karena sangat tidak lazim anak berusia dibawah 17 tahun mengoleksi barang seperti itu. Bisa-bisa Hyunjin melakukan hal berbahaya.

Tapi itu ditepis dengan tegas oleh Hyunjin. Bahwa dia membelikan benda tajam itu bukan untuk menyakiti siapapun, melainkan untuk hobinya sendiri.

Entah sejak kapan Hyunjin bergerak, dia sudah berada di tempat itu. Ada ruangan lagi di dalam kamarnya. Pintunya seperti pintu lemari, jadi beberapa orang yang masuk ke kamar akan mengira itu adalah lemari biasa. Padahal, itu ruang untuk Hyunjin menaruh koleksinya. Termasuk buku-buku juga.

Hyunjin melangkah kecil, dan tak sengaja melihat pisau cantik berwarna pink. Dan itu mengingatkannya pada sang saudari. Lantas dia tersenyum.

"Hai, Aejin!" Sapanya.

It's Okay! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang