It's Okay! Karya fiksi penggemar pertama dari Nanawooda. Update setiap hari Sabtu. Bercerita tentang seorang laki-laki yang berasal dari Kanada yang pindah ke Korea Selatan sebagai pelajar bernama Mark Lee. Ia sangat menyayangi ibunya, tapi sayang p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❛❛Semoga, hidup lo bakal indah kayak mimpi lo itu❜❜ ❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀
"L-lucas?!"
Sekali lagi, aku menganggap bahwa nasibku memang gila. Aku tidak bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Setiap hari selalu ada kejutan yang membuatku semakin gila.
Mark, dia sempat menoleh padaku sebelum ia pergi dan menghampiri paman Byun yang berdiri di belakang sofa.
Lalu aku berjalan pelan menghampiri bunda, berniat menanyakan apa yang terjadi disini. Kenapa semuanya memakai baju yang rapi? Apa kami akan berkunjung ke pernikahan?
"Bunda, ini apa?" Tanyaku, pelan.
Wanita yang tengah berdiri itu tersenyum padaku. Dia memberi jeda sebelum menjawab, dan itu membuatku jengah.
"Bunda mau nikah!" Serunya sembari menggenggam kedua tangan.
Tolong, jangan lagi...
"Bunda bakal nikah sama pria di samping kamu." Lanjut sang bunda sembari menunjuk kearah tuan Zitao dengan dagunya.
Aku menoleh kearah yang ditunjuk, tuan Zitao. Dia memberikan senyum simpul padaku.
"Ayah kamu udah dateng, tuh. Bonus kakak kamu yang ganteng juga. Kamu pasti kaget kalo dia saudara kandung kamu." Gelak bundaku yang sama sekali tak ada lucunya bagiku.
Aku menggeleng-geleng tak ingin percaya, "Aku udah larang bunda buat nikah lagi. Lucas bukan saudaraku! Ayah aku udah mati!"
"Bunda egois, bunda selalu ngelarang aku tapi bunda gak mau dilarang!"
Tepat setelah mengatakan itu, aku berbalik badan dan berlari. Aku kabur dari rumah, lagi dan lagi. Setiap gerakan ku, aku mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata. Aku tidak ingin menangisi hal ini.
"SAERI!" Aku mendengar Mark berteriak.
"Biar aku yang ngejar dia." Lanjut laki-laki itu.
Sekarang, jarak Mark denganku bagai jari manis dan jari telunjuk. Semakin dekat, dan aku semakin lelah untuk berlari. Juga, aku tidak tahu harus bersembunyi dimana.
Tidak ada tempat aman di dunia ini. Huft, kenyataan yang menyebalkan.
"Saeri, please stop!"
Mark berhasil menangkap ku. Dia selalu berhasil. Dia membalikkan badanku dan itu membuatku kesal. Aku memukuli dadanya sekuat tenaga tak peduli dia akan kesakitan. Toh, dia diam saja saat dipukuli.
"Lo gak ngerti! Lo gak paham gimana rasanya itu. Tinggalin gue!" Bentak ku tanpa menghentikan pukulanku.
"Gue paham, Ri. Gue sama kagetnya kayak lo. Pukul gue sekiranya itu bikin lo tenang."