It's Okay! Karya fiksi penggemar pertama dari Nanawooda. Update setiap hari Sabtu. Bercerita tentang seorang laki-laki yang berasal dari Kanada yang pindah ke Korea Selatan sebagai pelajar bernama Mark Lee. Ia sangat menyayangi ibunya, tapi sayang p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❛❛Jika ketulusan itu adalah barang, maka tidak ada yang sanggup membelinya bahkan miliarder sekalipun kecuali oleh kepercayaan. ❜❜ ❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀
"Lo beneran gak apa-apa?"
Sembari mengambil langkah, Yuna mendengar suara Haechan yang bertanya padanya. Yuna mengangguk pelan untuk menanggapinya.
"Kalo gue lupain Mark, itu lebih baik 'kan? Mark sama Saeri coupleyang cocok." Jelas Yuna yang membuat lelaki di sampingnya itu mendecih samar.
"Kalo lo nanya balik, gue bakal jawab gue keberatan karena itu." Ujar Haechan.
Yuna menoleh pada sosok yang lebih tinggi di sampingnya, lalu dia berkata. "Jangan-jangan... lo masih suka sama Saeri?"
Haechan mengangguk sekali.
"Gak bisa gue lupain senyuman dia, muka cantiknya. Gimana pun caranya, gue gak bisa gak cinta sama dia." Haechan mengatakan kalimat itu dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Sangat cerah dan hangat layaknya matahari.
"Yang lain juga banyak kali yang senyumnya bikin candu. Kenapa harus Saeri?"
"Itu cinta, Yun. Gimana sih?!" Bentak Haechan. "Yang cinta itu yang gak mandang fisik doang. Bener gak gue?" Tanyanya.
"Ah, gak tau. Serah lo aja." Yuna mengangkat bahunya.
Sesudah beberapa detik berlalu, Yuna menjilat bibirnya sampai basah oleh ludahnya kemudian membuka suaranya kembali.
"Alasan gue jauhin Saeri bukan kerena Mark aja, tapi ibunya."
"Emang kenapa ibunya?"
"Jangan pura-pura lupa! Lo sendiri yang ngasih tau dimana rumah Saeri waktu kita bikin roti di rumah lo. Gue tau rumah itu sebelumnya dan pemilik aslinya." Dia menjeda kalimatnya hanya untuk menghela napas.
"Sejak itu gue ngerasa kalo gue gak pantes jadi temen Saeri. Karena ternyata dia jauh lebih tinggi dari gue."
---♥---
Tiga orang di ruangan dengan nuansa monokrom, dua orang sedang fokus menatap layar televisi dan juga tangan yang sedang mengutak-atik joystick. Sedangkan satu orang sisanya sedang sibuk bermain di ponselnya sendiri, yah sesekali menengok ke arah dua orang yang lebih tua darinya itu.
Mark kalah melawan Jeno di dalam permainan itu. Hal itu membuatnya mendecak kesal dan membanting benda yang ia pegang. Sedangkan Jeno yang melihatnya hanya tersenyum penuh kemenangan.