It's Okay! Karya fiksi penggemar pertama dari Nanawooda. Update setiap hari Sabtu. Bercerita tentang seorang laki-laki yang berasal dari Kanada yang pindah ke Korea Selatan sebagai pelajar bernama Mark Lee. Ia sangat menyayangi ibunya, tapi sayang p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❛❛Gimana kalo gue bakal kehilangan senyum lo?❜❜ ❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀
Mark mengatakan kami akan pergi ke tempat yang dulu pernah kami kunjungi. Dan sampai saat ini, aku masih menebak dan memikirkannya. Apakah tempat itu menyenangkan atau sebaliknya? Apa yang akan kami lakukan disana? Masih banyak lagi hal yang aku pikirkan di dalam perjalanan ini.
Mark masih menyebalkan, dia membuatku menjadi orang stress yang banyak pikiran hanya karena sedang menebak tempat yang akan kami kunjungi hari ini. Bisakah dia memberi tahu saja tempat itu? Huft!
"Why are the long face? Are you mad?" Suara bariton itu membuyarkan lamunanku.
"Kagak." Jawabku singkat.
"Really? Wanna buy something?"
"Nggak ih! Jalan aja, masih lama nggak?"
"Masih lama, sih. Are you bored?"
"Sedikit."
Dia terkekeh, "Lo udah nebak kita mau kemana?" Tanyanya.
Aku diam saja.
"Tempat yang lo suka. Banyak anak kecil disana. Terus, tempat yang gue datengin kalo lagi kangen ibu."
Aku menoleh kearah pantulan dirinya di kaca spion. Sepertinya aku kenal tempat itu.
"Pantai?" Ujarku ragu-ragu.
Ia mengangguk menanggapi perkataanku. Tentu aku yang melihatnya menjadi tersenyum cerah dan bahagia.
Detik kemudian aku mengeratkan pelukanku, menyandarkan kepalaku di punggungnya yang besar. Mataku terpejam erat sembari masih mengulas senyum. Aku sangat berterimakasih padanya, entahlah sepertinya dia akan bosan jika aku terus bilang hal yang sama.
"Mark." Panggil ku.
"Hm?"
"Gak jadi heheh."
"Dih? Tadi cemberut sekarang cengengesan. Gak jelas lo!"
Aku hanya menanggapinya dengan tawa. Setelahnya tidak ada lagi percakapan dari kami, hingga akhirnya sampai pada tujuan kami yaitu pantai.
Motor ninja berwarna kuning itu Mark parkir kan di depan panti asuhan. Saat aku ingin melepas helm yang menghiasi kepalaku, aku punya masalah karena tidak bisa melepaskannya. Akhirnya, Mark membantuku.
"Lo beneran ke panti gak bawa apa-apa?" Tanyaku ketika ia sedang mencoba melepaskan pengait helm yang aku pakai.
"Kagak. Gue bawa lo."
"Dih, bukan itu! Maksudnya barang, lo gak bawa makanan atau apa gitu buat mereka?"
Alih-alih menjawab, ia malah nyelonong pergi setelah menggantung helm di spion motor. Aku kesal dan segera menghampirinya.