It's Okay! Karya fiksi penggemar pertama dari Nanawooda. Update setiap hari Sabtu. Bercerita tentang seorang laki-laki yang berasal dari Kanada yang pindah ke Korea Selatan sebagai pelajar bernama Mark Lee. Ia sangat menyayangi ibunya, tapi sayang p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❛❛ Seseorang yang takut dengan orang.❜❜ ❀
•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀
"Gue takut sama lo. Tatapan lo, sentuhan lo, ancaman lo. Gue takut, Mark." Kemudian, aku menatapnya lebih dalam. "Waktu lo baca diary gue, gue berpikir kalo gue harus deket sama lo. Karena gak ada yang bisa gue percaya, gue takut lo lakuin sesuatu yang gak terduga."
Kami saling menatap sekarang. Benar, ini pertama kalinya aku menatap seseorang dengan waktu selama ini. Sedangkan Mark, yang menatapku sembari membisu kini mulutnya terbuka menanyakan sesuatu.
"Lo takut gue bocorin diary lo?" Aku mengangguk. "Kalo emang gue kayak gitu, udah kemarin-kemarin gue lakuin kali. Lagian lo make sajak, jadi gue gak tau itu beneran apa cuma karangan lo doang."
"Ya, lo udah bilang kalo itu beneran. Tapi apa yang harus gue bilang ke umum? Lo anaknya Kim Saeron?"
Aku langsung membelalakkan mata mendengar kalimat terakhirnya. Dengan reflek aku menutup mulutnya dengan roti di tanganku. Aish, reflek yang menyebalkan.
"Jangan keras-keras!" Bisikku sembari menempatkan jari telunjuk di depan bibir.
Dia mengunyah sobekkan roti milikku sembari tersenyum. Dia pikir ini lucu? Beruntung hanya ada kasur yang menemani kami di dalam toko, dan jaraknya pun cukup jauh. Pasti tidak kedengaran, 'kan?
"Maaf, tapi disini sepi loh." Ujar Mark Lee.
"Tetep aja! Kalo kek gini lagi gue pukul!" Ancamku.
Aku mendecih kemudian memutar bola mataku dengan malas. Lagi-lagi dia meracau aneh.
"Jangan ngomong aneh!"
"Oke. Pokoknya lo percaya gue, ya? Apapun omongan jahat tentang gue, jangan dipercaya. Gue emang jahat, tapi di cerita orang lain, bukan lo. Jangan peduli sama pandangan mereka. Ngerti?"
"Saeri bisa tanya apapun tentang kehidupan gue, nanti gue cerita. Pelan-pelan aja gue juga punya trauma sama yang namanya temen." Dia tersenyum kemudian menegakkan susu pisangnya.