37. Confusion

19 1 0
                                    

❛❛Walaupun sudah tahu reaksi mu, aku tetap ingin muncul dan memelukmu❜❜❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❛❛Walaupun sudah tahu reaksi mu, aku tetap ingin muncul dan memelukmu❜❜
❀•°•════ஓ๑♡๑ஓ════•°•❀

Mata Mark terbuka perlahan sebab suara tembakan yang menggangu tidur pulasnya. Ruangan redup dan hangat itu membuat Mark mengingat-ingat. Benar, dirinya sedang berada di kamar Haechan.

"Eh, lo bangun? Suaranya ganggu lo, ya? Maaf."

Ia menatap kearah sumber suara. Sosok laki-laki yang mengenakan kaos putih polos dan kolor berwarna merah yang bersinar karena terkena paparan sinar dari komputer besar di depannya itu menatap Mark dan menunggu jawaban darinya.

Ternyata, suara tembakan itu berasal dari suara game yang Haechan mainkan. Awalnya, dia sangat kaget dan berpikir negatif. Tapi sekarang, ia bersikap biasa saja dan menganggap sikap ia tadi adalah hal bodoh.

"Mau minum, atau makan?" Tawar laki-laki berkulit Tan didepannya.

Mark bergerak untuk mengambil ponselnya. Entah sudah berapa lama Mark mengabaikan benda pipih itu hingga ia membukanya dan banyak sekali notif dari pacarnya. Katanya perempuan itu rindu dan tidak bisa tidur. Hanya dua gelembung pesan, tapi puluhan telepon tak terjawab menghiasi layar taskbar.

Sungguh lucu.

"Pantesan lo sering terlambat. Toh, jam dua pagi masih aja di depan komputer." Dengus Mark.

"Terserah gue, lah. Yang penting gue naik kelas." Celetuknya asal.

Mark hanya menggeleng dengan tanggapan santai dari Haechan.

"Lo gak mau makan, atau minum?" Tanya Haechan yang membuat Mark mengernyit.

"Tumben banget, lo. Kesurupan bapak lo, ya? Biasanya kalo gue luka, lo malah nambah lukanya lagi. Sekarang kagak, nih?"

"Cih, ngapain bawa-bawa masa lalu, sih? Udahlah, istirahat aja sono. Kalo lo apa-apa tinggal bilang, gue bakal bawain."

Mark tertawa sarkas, "Kadang, abis nangis suka ada aja hal yang bahagia, ya?"

"Gue gak mau apa-apa. Makasih banget udah khawatir sama gue. Ini pertama kalinya, maybe." Jawabnya sembari tertawa di akhir kalimatnya.

Terlihat, tangan Haechan tidak lagi memegang mouse atau keyboard. Layar komputer pun lama-lama mati. Ia menghampiri Mark yang berada di ranjang dan mulai bertanya.

"Lo abis ngapain emang sampe lo kek gini?"

Mark tidak nampak apapun, karena gelap. Ia hanya bisa merasakan gerak-gerik Haechan yang terduduk di sebelahnya. Membuat ia sedikit risih dan ketakutan.

"Rambut gue.."

"Rambut? Oh iya, rambut lo berubah. Emang ada masalah sama itu?" Tanyanya.

"Jangan tanya lagi, gue mau tidur."

It's Okay! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang