Aku terus saja berjalan di belakang Savon, melewati beberapa laki-laki berpakaian serba putih sesaat kami berdua memasuki sebuah ruangan. Mataku, sama sekali tak menghiraukan pandangan mereka ... Aku, hanya menjatuhkan tatapan ke depan, ke arah sebuah pintu besar berdaun dua di sana.
Kulewati pintu tadi, sesaat Savon sudah membukanya. Langkah kami kembali berlanjut, mendekati pintu lainnya yang ada di dalam lorong. "Siapa kalian?!" suara bentakan itu, membuat Savon yang hendak membuka pintu mengurungkan niatnya.
Aku menoleh, menoleh ke arah seruan tadi. Sosok laki-laki kekar di ujung sana itu berjalan mendekat, membuat kedua alisku mengernyit untuk berusaha mencari tahu siapa dia sebenarnya. "Kapten!" Savon yang menyeru di belakangku itu, menjawab semua pertanyaan di kepala.
Laki-laki tersebut berhenti tepat di depan kami. Aku sendiri masih terdiam, mengunci rapat bibir kala dia menjatuhkan lirikan padaku. "Siapa dia, Savon?" tanya laki-laki tersebut, kepada Savon yang membungkuk di depannya.
"Dia Sakura. Dia datang, untuk menemui Yang Mulia."
Laki-laki di hadapan kami itu hanya terdiam. Dia lagi-lagi melirik padaku, sebelum tangannya yang mengepal itu memukul kuat belakang kepala Savon hingga Savon jatuh ke depan ... Berlutut di depannya. "Apa kau sudah meminta izin pada Ratu?!" Amarah laki-laki tersebut, lengkap dengan wajahnya yang terlihat memerah.
"Dia sudah sangat berjasa pada Paloma. Dia hanya ingin bertemu Yang Mu-"
"Savon!" seruku memanggil namanya, disaat laki-laki itu menginjak kepalanya.
Balas kutatap laki-laki yang masih menatapku itu. Kutarik napas yang sangat dalam, sebelum kaki kananku terangkat ... Menerjang kaki laki-laki tadi, hingga kakinya menjauh dari kepala Savon. "Kau, tidak berhak untuk menginjak kepalanya. Memangnya siapa kau?!"
"Perhatikan kata-katamu!"
"Per--" Ucapanku terhenti, disaat kurasakan ada yang menggenggam pergelangan kakiku. Aku masihlah tertunduk, menatapi Savon yang mulai melepaskan genggaman tangannya ... Sebelum tubuhnya itu beranjak dan berdiri di samping.
"Sakura! Kau tidak boleh bersikap seperti itu," tuturnya dengan sedikit menggeleng kecil.
"Maafkan perbuatannya, Kapten. Ini kesalahanku karena tidak memperingatinya," sambung Savon sambil membungkukkan tubuh di depan laki-laki tadi.
Laki-laki itu kembali melirik padaku, "bawa dan kurung perempuan ini ke penjara bawah tanah!" perintah dari laki-laki tadi kepada beberapa Kesatria di belakangnya, dengan seketika membuat kedua mataku membelalak.
Satu dari kesatria-kesatria tadi berjalan mendekat. Dengan cepat, dia langsung menarik tanganku lalu mengunci ke belakang. "Kapten!" Savon meninggikan suaranya, kala dia sudah beranjak.
"Bawa dan kurung juga wakil kapten Savon ke penjara bawah tanah! Dia sudah mengajak seseorang tanpa izin memasuki Istana!" sambung laki-laki itu kembali memerintah beberapa kesatria yang tersisa.
Aku hanya berdiri diam disaat Savon mencoba untuk melawan balik Kesatria yang hendak menangkapnya, "Savon!" panggilku, sesaat dia berhasil merobohkan kesatria kedua.
"Dia membawaku ke sini karena aku yang mengancamnya. Jika kau ingin menangkap seseorang, tangkap saja aku!" ujarku kali ini kepada laki-laki di depanku itu.
"Dan kau! Aku tidak tahu ke mana Gil, tapi ... Jika aku bisa menyelamatkan kerajaan ini sebelumnya, maka aku juga bisa menghancurkan kerajaan ini kalau saja aku menginginkannya."
"Aku hanya ingin bertemu Raja Dante. Selepas bertemu dengannya, aku akan langsung pergi dari sini. Bukankah lebih baik untuk membiarkanku bertemu dengannya saja ... Atau, apa Kapten di depanku ini memang berniat untuk menghancurkan Paloma karena perbuatannya."
"Tutup perkataanmu! Aku hanya ingin melindungi Paloma dan juga Ratu!"
"Benarkah?" sahutku, ketika ancaman darinya memotong ucapanku, "tapi di mataku tidak terlihat seperti itu. Sebagai informasi untukmu, kalau saja aku tidak segera memberikan kabar kepada Sora ... Paloma akan berada dalam bahaya. Sebagai Kapten, kau pasti sudah tahu seberapa kuatnya Sora."
Laki-laki tersebut bergerak mendekat lalu berhenti tepat di hadapanku. "Bawa dan kurung dia!" tutur laki-laki itu, dengan lirikan penuh remeh sebelum dia berbalik pergi.
Tubuhku segera ditarik paksa ke belakang, sesaat perintah dari laki-laki tersebut terdengar. "Sakura!" pekik Savon tatkala aku semakin ditarik ke belakang menjauhi dirinya.
"Urus saja dirimu sendiri! Aku akan baik-baik saja," jawabku, disaat cengkeraman di kedua lenganku itu kian menguat.
____________.
Aku termenung, duduk dengan menyandarkan punggung ke tembok. Kuangkat salah satu tanganku, mengusap pergelangan tanganku yang lain. Walau terdapat sebuah obor di luar jeruji yang kutempati, tapi sinar yang ia hasilkan masih tidak cukup membuat mataku dapat melihat jelas keadaan sekitar. "Kalian ribut sekali!" gumamku, sambil menghela napas pelan.
Suara-suara di dalam kepalaku itu akhirnya mereda, setelah aku menyelesaikan gumaman. "Aku hanya dikurung. Mereka belum sepenuhnya melukaiku, jadi tenangkan diri kalian!" sambungku bergumam, seraya menoleh ke arah teralis kecil sebagai tempat masuknya udara ke dalam penjara.
"Hanya berikan aku perintah untuk menghancurkan tempat tersebut, My Lord!"
"Aku tahu kau pasti dengan mudah bisa melakukannya, Kou!" sahutku untuk perkataannya, "tapi bukan itu yang aku inginkan. Mereka sudah menghancurkan seluruh kerja kerasku ... Sungguh baik sekali aku, kalau saja aku menghancurkan tempat ini tanpa membuat mereka menderita terlebih dahulu."
"Lalu apa yang akan kau lakukan Sachi?"
Aku mendongak, menatap langit-langit ruangan dengan sebuah senyum yang terlukis, "Ratu tersebut, mengkhawatirkan sosokku akan datang untuk merebut Dante. Oleh karena itu, dia menghancurkan seluruh kerja kerasku agar seluruh kenanganku di sini benar-benar menghilang."
"Aku akan menunjukkan kepadanya ... Alasan, kenapa aku menolak mentah-mentah laki-laki yang sekarang menjadi suaminya itu. Dan untuk Dante, aku juga akan menunjukkan kepadanya, bagaimana tidak pantasnya dirinya itu untukku."
"Beri kabar pada Zeki untuk menyerang Paloma! Katakan kepadanya, bahwa aku diperlakukan tidak pantas di sini, dan katakan kepadanya bahwa aku sekarang sedang dikurung oleh mereka di penjara bawah tanah."
"Katakan juga kepada Zeki, mereka membuatku tak sadarkan diri. Kalian ingin membantuku tapi tidak bisa karena aku tidak dapat memanggil kalian saat ini. Buatlah cerita sedramatis mungkin Lux! Aku ingin, Zeki benar-benar menghancurkan tempat ini untuk mencariku."
"Apa menurutmu ini tidak terlalu berlebihan?"
Aku kembali tersenyum setelah menghela napas oleh sahutan Lux, "banyak sekali perempuan yang aku kenal dulu di Yayasan, tapi tak satu pun dari mereka yang berhasil aku temukan. Jika mereka memang ingin menghilangkan kerja kerasku, sekalian saja aku hilangkan Kerajaan ini karena Kerajaan Paloma bisa sebesar sekarang ... Semua itu, merupakan buah dari usahaku dan saudara-saudaraku."
"Dan juga Lux," sambungku setelah melanjutkan kata-kata yang sempat terhenti, "aku membutuhkan sebuah pengakuan. Pengakuan, yang membuat banyak orang diluar lingkunganku untuk mengenal siapa sebenarnya aku."
"Dengan penyerangan yang akan dilakukan Zeki, hal itu akan menarik sangat banyak perhatian dari kerajaan lain ... Semakin sering sosokku ini menarik perhatian, semakin mudah juga untuk kita menarik Kaisar keluar dari singgasananya."
"Lagi pula, perempuan mana yang tidak akan bahagia kalau dia diperjuangkan oleh seseorang yang ia sayangi. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sangat bagus ini, karena sekali aku menyelesaikannya ... Beberapa tujuanku sudah langsung tercapai," lanjutku lagi, dengan tersenyum saat wajah kembali terangkat.
![](https://img.wattpad.com/cover/283023683-288-k19686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Memento Mori (II)
FantasySambungan dari Our Queen : Memento Mori (I). Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning...