“Bagaimana keadaannya?” suara Dante kembali terdengar setelah cukup lama menghening.
“Dia baik-baik saja, Yang Mulia. Dia akan sadarkan diri tidak lama lagi,” sahut suara laki-laki lainnya.
Suara ketukan pintu masuk ke telinga diikuti panggilan Yang Mulia mengiringi ketukan tersebut. “Masuklah!” perintah singkat dari Dante, mengubah ketukan tadi menjadi deritan.
“Kau boleh pergi sekarang Tabib!” Lagi-lagi Dante mengeluarkan perintahnya, yang segera dibalas dengan suara laki-laki lainnya.
Mataku masih terpejam, sama sekali tak kugerakkan dikala kasur yang menjadi tempatku dibaringkan itu sedikit bergerak … seperti dinaiki oleh seseorang. “Bagaimana, Gil? Apa kau sudah mengetahui apa yang terjadi?” Dante bersua lagi untuk kesekian kalinya.
“Dari laporan yang aku dapatkan … Ratu yang melakukannya, Yang Mulia.”
“Ratu?”
“Benar, Ratu,” sahut Gil menimpali ucapan Dante, “aku juga mendengar, bahwasanya Ratu membebaskan beberapa penjahat dan melepaskan mereka ke ruang tahanan yang mengurung Nona Sakura.”
“Beberapa pelayan sempat melihat Savon yang mengantar Nona Sakura ke Istana, tapi … Semenjak Nona Sakura dikurung, Savon juga ikut menghilang, tidak tahu di mana keberadaannya.”
Helaan napas yang aku tidak tahu berasal dari siapa itu, tiba-tiba mencuat terdengar, “seharusnya kita memperlakukannya dengan baik, mengingat semua kerja kerasnya untuk Paloma. Padahal aku sudah menceritakan kepadanya, betapa berjasanya mereka untuk Paloma … Tapi kenapa?”
“Yang Mulia!”
“Aku telah dua kali gagal menjaga Paloma. Semua kerja keras mereka … Aku tidak bisa menjaga semua itu. Aku benar-benar tidak berguna.”
“Jangan berbicara seperti itu, Yang Mulia!”
“Pergilah, Gil! Sampaikan kepada Ratu, bahwa aku tidak bisa menemaninya malam ini!”
“Baik, Yang Mulia.”
______________.
Aku terasa enggan membuka mata. Rasa kantuk yang menerpa … Sungguh membuatku semakin sulit untuk melakukannya. Namun, sebuah dengkuran membuatku dengan terpaksa untuk melakukannya. “Dante?” gumamku, sesaat menangkap sesosok lelaki yang terlelap tepat di sampingku.
Dengan sigap … Aku segera beranjak duduk lalu menyingkirkan lengan yang memeluk pinggangku. Apa yang kulakukan saat itu, membuat laki-laki tersebut segera tersadar dari tidurnya dan berbalik menatapku. “Nona Sakura? Kau-” Tangan kananku yang terangkat ke arahnya, membuatnya seketika berhenti kala ingin mendekatiku.
“Dante? Apa itu kau?” tanyaku yang segera dibalas dengan anggukan kepalanya.
Dia berubah sekali sejak terakhir kali kami bertemu! Tubuhnya yang dulu kecil pun kini terlihat gagah.
Mataku yang sebelumnya melirik ke sudut kiri, kini kembali mengarah kepadanya, “apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tidur di ranjang yang sama denganku?” tanyaku lagi sambil memutar bola mata, mengawasi ruangan yang ada kami berdua di dalamnya.
“Aku menemukanmu di penjara. Nona Sakura, apa yang terjadi kepadamu?”
Aku segera bergerak mundur, turun dari ranjang lalu menjauhinya sesaat dia bergerak maju hendak mendekatiku, “kau bertanya apa yang terjadi kepadaku? Kenapa tidak kau tanyakan kepada istrimu sendiri?!” bentakku, hingga membuatnya seketika berhenti dan tertunduk diam.
“Aku jauh-jauh datang ke Paloma karena ingin bertemu denganmu, tapi apa yang justru aku dapatkan di sini! Aku mendapatkan penghinaan, setelah apa yang aku lakukan selama ini untuk Paloma.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Memento Mori (II)
FantasiaSambungan dari Our Queen : Memento Mori (I). Diharapkan, untuk membaca judul tersebut terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psychology. Warning...