Chapter DCCCXXVII

1.4K 360 47
                                    

Aku berbalik, setelah selesai mengenakan pakaian yang Ryuzaki bawakan, “kau bisa pulang Ryu, kalau kau menginginkannya,” ucapku sambil menatap ke arahnya yang berdiri membelakangi.

“Apa kau sudah selesai mengenakan pakaian?”

Aku melangkah mendekati dinding, lalu duduk di sana dengan punggung bersandar, “aku sudah melakukannya. Kau bisa berbalik!” ucapku lagi, dengan tangan menepuk-nepuk leherku sendiri yang tengah dirundungi rasa lelah.

Ryuzaki berbalik seperti perkataanku. Dia menatapku beberapa saat dari tempatnya berdiri, sebelum akhirnya dia mendekat lalu duduk di sampingku, “apa semua ini bagian dari rencanamu?” tanyanya, tanpa sedikit saja menoleh.

“Apa maksudmu?” Aku balas bertanya, dengan mata yang kupalingkan pada dinding di hadapan kami berdua.

“Semua hewanmu terutama Kou bisa keluar untuk menyelamatkanmu, tanpa kau memanggilnya setelah kau menikah, bukan? Lagi pula, saat kau disiksa … Aku beberapa kali mendengarmu memanggil nama Kou.”

“Aku ingin menolongmu segera, tapi saat aku menyadari semua itu … Kuurungkan niatku tersebut,” sambungnya sambil mengeluarkan tawa kecil yang mengiringi ucapannya.

“Aku memang sengaja melakukannya,” sahutku, sembari tak memalingkan wajah dari dinding yang sebelumnya kupandangi, “aku ingin, jumlah orang-orang yang nantinya mengenal sosokku kian bertambah … karena itulah, aku sampai melakukan semua hal ini,” sambungku, diikuti dengan helaan napas yang terlepas.

“Dia benar-benar kacau saat meminta pertolonganku.” Ryuzaki kembali bersuara, tapi kali ini sama sekali tak kusahut … Aku hanya diam, tanpa bersuara mendengarnya.

“Terlebih dengan apa yang menimpamu barusan. Semuanya terlihat hampir sama … Dengan kejadian yang merenggut nyawamu di beberapa kehidupan sebelumnya.”

Kugigit kuat bibir, sesaat mendengar perkataan terakhir yang Ryuzaki ucapkan, “aku mengetahui semua hal itu. Kalian sendiri yang menceritakannya,” jawabku dengan terdiam beberapa saat, “alasan kenapa aku sama sekali tidak melawan sebelumnya … Aku ingin memancing amarahnya. Aku ingin memperlihatkan kepadanya, inilah yang akan terjadi padaku kalau saja kami berdua tidak menguatkan posisi masing-masing di mata banyak orang.”

“Kabar mengenai apa yang terjadi padaku ini, pasti dengan cepat terdengar oleh keluarga dan teman-temanku. Sudah saatnya kita berhenti melakukan semua ini secara sembunyi-sembunyi … Aku ingin, menaikkan kabar tentang pemberontakan kita ke permukaan.”

“Sudah saatnya Kaisar sekarang tahu, bahwasanya banyak sekali orang-orang yang ingin menghancurkannya,” sambungku sambil menoleh padanya yang duduk di samping, “aku memiliki sebuah permintaan, apa kau bisa mewujudkannya, Ryu?” Aku kembali bertanya tanpa sedikit pun bergeming.

“Permintaan? Permintaan apa itu?”

Ryuzaki mengernyitkan keningnya, tatkala senyum kecil kuperlihatkan kepadanya, “jadilah pemimpin Bangsa Elf, jika kau tidak ingin aku memaksa mereka termasuk dirimu, memanggilku dengan sebutan My Lord!” seruku, hingga membuat kedua matanya seketika membelalak.

“Jika kelak kau sudah berhasil mencapainya … Aku ingin, kau membuat semua tanaman di muka bumi ini berhenti tumbuh dengan memerintah mereka untuk melakukannya.”

“Akan ada banyak makhluk hidup yang mati kalau saja kami melakukannya. Apa kau sudah tidak bisa berpikir jernih?” balas Ryuzaki terhadap ucapanku sebelumnya.

“Mereka semua juga akan mati kalau kegelapan akhirnya muncul, bukan? Maksudku, hujan yang dihasilkan mematikan seluruh tanaman di dunia ini, bukan? Jadi apa bedanya kalau Bangsa Elf yang melakukannya sebelum itu terjadi?” Bibirku lagi-lagi tersenyum, kala menatap Ryuzaki yang terlihat tegang dengan meneguk ludahnya sendiri.

“Kalau kau tidak mampu melaksanakan permintaanku ini, Ryu. Maka aku yang akan langsung bertindak dengan melakukan kontrak paksa terhadap Bangsa Elf!”

“Aku tidak peduli jikalau Kakek mendengar pembicaraan kita ini, tapi aku pasti akan melakukannya … Cepat atau lambat!”

“Apa alasanmu ingin melakukan semua ini?” Ryuzaki lagi-lagi bertanya padaku.

“Kalian memang keluargaku, tapi bangsa Elf yang lain berbeda. Belum tentu mereka akan mendengar perintah Kakek saat aku ingin meminta pertolongan, tapi jika mereka berada di bawah kekuasaanku … Mereka tidak bisa berkutik. Saat mereka mengkhianatiku, mereka akan langsung mati dan musnah.”

“Namun kau setengah manusia sama sepertiku, Ryu. Jika kau memimpin mereka, aku mungkin akan sedikit meregangkan cengkeramanku pada mereka. Aku ingin menjadikan Dunia ini sebagai medan perang yang bagus untuk Kou. Aku ingin Dunia ini mendukung Kou untuk meningkatkan kekuataannya saat melawan Naga milik Kaisar. Dan tentu saja, semua itu tidak akan bisa aku lakukan tanpa bantuan kalian semua.”

“Kau berubah jauh sekali, Sachi.”

“Aku tidak berubah. Aku hanya melangkah maju, kalian saja yang sampai sekarang masih berjalan di tempat,” tuturku sambil menunduk menatap ujung jari-jemari saat mendengar sahutannya, “aku sekarang hanya sudah memahami, kenapa Kaisar sangat sulit dikalahkan.”

“Dia tidak mempercayai siapa pun, dia bahkan membuat rencana dengan melemparkan semua pangeran dan putri ke hutan terlarang hanya karena dia takut kalau salah satu di antara kami akan ada yang mengancam kekuasaannya.”

“Sedangkan aku? Banyak diantara mereka yang dulu kukenal dan kubantu dengan sepenuh hati … Justru berakhir mengkhianatiku. Mereka mengucapkan terima kasih saat mereka memerlukan pertolongan, lalu berpaling dikala apa yang mereka butuhkan sudah didapatkan.”

“Aku tumbuh besar di sini selepas kami diserang. Aku membangun banyak hal di sini dengan sangat hati-hati. Aku masih mengingat jelas, bagaimana mereka menangis disaat aku hendak pergi meninggalkan tempat ini … Tapi sekarang! Aku tidak bisa bertemu dengan salah satu di antara mereka. Para perempuan yang dulu aku pinta untuk hidup di Yayasan, kini sudah menghilang tanpa seorang pun bisa memberitahukanku apa yang sebenarnya terjadi.”

“Jika aku ingin menang melawan Kaisar, maka satu-satunya cara hanyalah membuang semua sifat naifku. Entah pasangan, entah keluarga, entah teman ataupun musuh … Aku akan memanfaatkan semuanya agar mencapai tujuanku itu.”

Aku menghentikan ucapan sejenak. Kutarik napas yang lumayan panjang, sebelum wajahku menoleh pada Ryuzaki yang masih mematung, “aku mengatakan semua hal ini hanya kepadamu, karena selain Zeki, kaulah yang membawaku ke Dunia ini.”

“Aku membutuhkan dukunganmu, Ryu! Atau kau bisa membunuhku sekarang, agar semua keegoisanku tadi tidaklah terwujud.”

Lama, cukup lama kami saling bertatap tanpa mengucapkan sepatah kata pun, “akan aku lakukan!” serunya singkat tanpa berpaling, “aku akan menaklukan Bangsa Elf untuk mendukungmu. Setelah aku berhasil melakukannya … Akan kubuat Dunia Manusia kehilangan seluruh tanaman. Aku tidak tahu rencanamu selanjutnya, tapi semua itu akan tetap kulakukan karena aku mempercayaimu.”

“Aku justru bahagia karena kau sudah memutuskan untuk tidak lagi terlalu mengkhawatirkan perasaan orang-orang di sekitarmu. Dan mungkin Zeki pun, akan mengatakan hal yang sama.”

“Bukankah aku dulu sudah pernah berusaha memperingatimu! Jangan terlalu meletakkan kepercayaan sepenuhnya pada seseorang, walau kau sudah berpikir bahwa kau sudah sangat mengenalnya. Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama! Karena aku pun, menginginkan keluarga kecilku mempunyai hidup yang layak,” sambung Ryuzaki dengan selintas senyum yang ia berikan padaku.

Our Queen : Memento Mori (II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang