Chapter DCCCXXVI

1.1K 362 41
                                    

"Jangan coba-coba untuk menyembuhkan lukaku Kou!"

"My Lord!"

"Kou!" balasku berseru, ketika sihir miliknya masih kurasakan perlahan demi perlahan menyelimuti tubuhku, "jangan menghancurkan kerja kerasku! Aku sudah memperhitungkan semuanya secara baik-baik ... Percayalah padaku, dan perhatikan saja semuanya!" pintaku sambil melirik ke ujung jari tangan kiriku yang menyentuh lantai penjara.

Aku menghela napas lemah, sesaat sihir Kou yang menyelimuti badanku itu mulai berangsur-angsur menghilang. "Dia pasti datang! Aku memerlukannya untuk melihat keadaanku yang seperti ini ... Jangan membuat pengorbanan yang kulakukan ini sia-sia," gumamku pelan, yang kadang kala berhenti oleh tegukan ludah.

Kupejamkan mata, dengan sesekali menggigit kuat bibir disaat rasa sakit bercampur perih tak kunjung untuk menghilang. Berselang ... Mataku kembali terbuka oleh suara riuh yang tiba-tiba muncul. Suara riuh tadi, bercampur dengan suara dentingan dan deritan besi ... Membuatku sudah bisa menebak, siapa yang mendekat.

"Kalian, bisa melakukan apa pun kepadanya! Buat dia tidak mampu mengangkat wajahnya lagi ... Maka Ratu, akan memberikan kebebasan kepada kalian semua," tutur suara seorang perempuan yang aku tidak tahu seperti apa rupanya.

Suara tadi, bercampur dengan suara terbahak-bahak dari beberapa laki-laki yang menyahutinya. Jantungku ... Kian berdegup kencang, disaat suara langkah berserta tawa tadi semakin bergerak mendekat. Aku seketika tertegun, oleh sebuah usapan yang menyentuh bokongku. "Apa perintah ini benar? Lihatlah tubuhnya! Walau dipenuhi luka, tapi tetap," suara salah seorang laki-laki berhenti, bersambung dengan tawa yang lagi-lagi terdengar.

Bola mataku bergerak, melirik ke sudut mata ... Mencoba untuk menangkap sebuah bayangan yang berjongkok di samping. Tawa menggelegar kembali masuk ke telingaku, sesaat sebuah tangan membelai ... Menyingkap sisa rambut yang menutupi wajahku, "dia cantik sekali! Tidak ada yang boleh menyentuhnya sebelum aku!" seru suara laki-laki itu lagi dengan tawa yang kembali mengikuti.

Tubuhku dibalik paksa oleh sebuah tangan yang memegang pundak. Ketika itu juga, mataku bisa melihat semua laki-laki yang mengelilingiku. Badanku saat ini sama sekali tidak bisa digerakkan ... Cambukan yang aku terima sebelumnya, benar-benar membuatku tidak memiliki tenaga lagi untuk bergerak.

Kupejamkan mata ... Aku sungguh-sungguh tak kuasa, untuk melihat mereka semua yang menatapi setiap jengkal tubuhku itu. "Sachi! Kumohon berhentilah! Jangan mengorbankan dirimu lebih dari ini!" bentak suara Lux penuh gemetar, tatkala mulai kurasakan sebuah tangan kasar menyentuh perutku.

Sentuhan itu mulai bergerak turun, menggerayangi paha kananku. Namun, beberapa saat kemudian ... Sentuhan yang kurasakan tadi tiba-tiba berakhir, digantikan oleh teriakan penuh sakit di sekitarku. Mataku masih tertutup, sama seperti sebelumnya ... Aku mengeluarkan senyum kecil, sambil terus berbaring tak bergerak di atas sihir milik Ryuzaki yang kurasakan.

Aku membuka mata ... Melirik ke arah beberapa akar berduri yang tumbuh menghancurkan lantai lalu membelit semua laki-laki di ruangan. Lirikanku bergerak ke sebelah kiri dikala sihir milik Ryuzaki kembali kurasakan muncul. Kupejamkan lagi mataku untuk kesekian kalinya, sesaat mataku itu menangkap sesosok bayangan yang berdiri dari gerbang akar yang mulai terbentuk.

"Sachi! Di ma-"

Suara laki-laki yang begitu kukenal itu tiba-tiba berhenti kudengar, tergantikan dengan bunyi langkah kaki yang berlari mendekat. Aku masih terus memejamkan mata, ketika kurasakan tubuhku terangkat dengan disusul oleh sebuah pelukan erat yang menyertai, "Sachi! Sadarlah! Sachi, kumohon! Kumohon!" tutur suara laki-laki tadi dengan nada gemetar.

"Zeki!"

"Ryuzaki ... Aku sudah coba membangunkannya. Aku-"

"Dia masih hidup! Kakakku masih hidup!" bentak suara Ryuzaki, memotong ucapan Zeki, "kehidupan sekarang berbeda dengan kehidupan yang lalu! Dia masih hidup!" sambung suara Ryuzaki yang lagi-lagi terdengar.

Our Queen : Memento Mori (II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang