17+
Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️
[ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ]
Hanya dengan menatap matanya, Sarah sudah paham bahwa Aaron Jefferson itu laki-laki berbahaya, tapi entah kenapa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‼️ HAPPY READING ‼️
Sarah sudah berada di dalam apartment Aaron sejak 30 menit yang lalu, menatap Aaron yang tengah sibuk mengangkat beban di ruangan gym apartmentnya— atau Sarah harus menyebutnya penthouse? entahlah. Tapi yang jelas, Aaron nampak luar biasa menggoda jika tengah berolahraga seperti sekarang ini. Ya walaupun laki-laki itu tidak memperdulikan keberadaan Sarah sejak tadi.
Karena merasa bosan, Sarah memutuskan untuk meninggalkan ruang gym dan memilih berjalan-jalan di apartment Aaron. Jika tidak salah, di dalam apartment laki-laki itu terdapat 3 ruangan. Satu kamar utama, ruang gym, dan juga ruang kerja Aaron. Namun Sarah mengernyit ketika melihat satu pintu lagi yang baru ia temui hari ini. Kemana saja Sarah selama ini?
Dengan tingkat keingin tahuannya yang meroket tinggi, Sarah berusaha membuka pintu ruangan itu. Kemudian berdecak ketika pintu itu tidak bisa terbuka, atau kata lainnya terkunci.
"Lebay amat pake dikunci segala." gumamnya kesal namun memilih mengabaikan ruangan tidak jelas itu dan beralih menuju kamar utama Aaron.
Baru membuka pintunya saja Sarah sudah dapat mencium wangi khas Aaron yang biasa ia hirup dari tubuh laki-laki itu. Sarah tidak bisa mendeskripsikannya, tapi yang pasti wangi itu mampu membuat Sarah tergila-gila sampai saat ini. Benar-benar memabukkan.
Pandangan Sarah berpencar memperhatikan kamar utama di apartment Aaron, kedua alis perempuan itu menyatu memperhatikan sebuah koper yang berada di sudut ruangan. Yang setelah ia coba angkat ternyata terasa cukup berat, plus bagian bawah koper itu yang terlihat basah entah karena apa. Sayang sekali karena Sarah tidak bisa menebak cairan apa itu karena koper terletak di atas sebuah karpet tebal berwarna biru gelap.
"Sarah!"
Uluran tangan Sarah yang semula akan menyentuh bagian bawah koper Aaron terhenti ketika seseorang memanggil namanya, Dorian. Sejak kapan ada laki-laki itu di apartment Aaron?
"Apa?" tanya Sarah yang kini sudah berdiri di hadapan Dorian.
"Keluar dari kamar Aaron. Dasar gak sopan." ucap Dorian membuat Sarah mendelik mendengarnya, Dorian yang justru tidak sopan pada dirinya! Namun makian Sarah harus tertahan di ujung lidahnya ketika ponsel miliknya bergetar dan menampilkan sebuah pesan dari Darren— salah satu mantan kekasihnya, yang meminta untuk bertemu sekarang.
Tanpa memperdulikan tatapan menghakimi Dorian, Sarah melangkah meninggalkan apartment Aaron begitu saja. Diam-diam Dorian menghela nafas lega sekaligus mengumpati Aaron yang menurutnya sangat ceroboh hari ini.
Kurang dari 1 jam, Sarah dan laki-laki bernama Darren itu sudah berada disebuah cafe, menikmati makanan masing-masing. Ralat, hanya Sarah yang menikmati makanannya. Sedangkan Darren hanya menatap Sarah sejak tadi sambil beberapa kali menghisap nikotin miliknya.
"Okay, lo mau bahas apa?" tanya Sarah usai mengusap bibirnya dengan tissue. Menatap Darren tanpa ekspresi seolah ia benar-benar tidak tau alasan dibalik pertemuan mendadak mereka pagi ini. Tentu saja Darren yang mempertanyakan soal hubungan mereka yang diputuskan begitu saja oleh Sarah semalam. Atas perintah Aaron.