17+
Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️
[ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ]
Hanya dengan menatap matanya, Sarah sudah paham bahwa Aaron Jefferson itu laki-laki berbahaya, tapi entah kenapa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‼️ HAPPY READING ‼️
"Ambil Hp kamu dan kamu bisa langsung pulang." ujar Aaron masuk ke dalam apartmentnya bersama Sarah di belakangnya.
Sarah menatap Aaron terkejut mendengar ucapan kasar laki-laki itu. "What the fuck, Aa?" ucap perempuan itu tak percaya.
"Are you mad at me?" tanya Sarah memaksa Aaron menatapnya.
"Tapi kenapa? kenapa lo harus marah sama gue?" tanya Sarah lagi karena Aaron hanya menatapnya diam.
"Aaron!" bentak Sarah ketika laki-laki itu justru melangkah menjauh dibandingkan menjelaskan alasan laki-laki itu tiba-tiba marah padanya. Bahkan niatan Sarah untuk menambah koleksi tas mahalnya gagal karena Aaron yang mendadak menjemputnya, plus kini sudah mendadak marah tanpa alasan.
"Lo marah karna gue ke mall tanpa izin dari lo?"
"Jawab!"
"Aakhh!" pekik Sarah ketika Aaron mencengkram kuat lengannya dengan pandangan tajamnya yang terlihat mematikan. Sarah takut, jujur saja. Ia bingung harus melakukan apa ketika Aaron sudah menatapnya seperti ini, ditambah lagi cengkramannya yang cukup menyakitkan.
"Kalo lo gak bilang, gue gak akan pernah tau kenapa lo tiba-tiba marah, Aaron." ujar Sarah menghela nafas dengan pandangan lelahnya.
Aaron menatap kedua manik Sarah lama kemudian melepaskan tangan perempuan itu dan berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun. Emosinya yang meledak-ledak benar-benar yang sulit ditebak.
Pandangan Sarah mengikuti punggung tegap Aaron yang menaiki anak tangga menuju kamar lelaki itu berada, kemudian ia memutuskan untuk menyusul Aaron ketika punggungnya tidak lagi terlihat. Tubuh Sarah menyender di kusen pintu, bersidekap menatap Aaron yang kini tengah membuka satu demi satu kancing kemejanya kemudian melemparnya asal. Damn, he's so fucking hot.
"Hottest." ucap Sarah membuat Aaron menoleh dengan satu alis terangkat dan tubuh bagian atas yang terpampang polos.
"Saya capek dan gak mau berdebat, Sarah. Kamu bisa bawa mobil saya untuk pulang atau pesan taxi online." ujar Aaron menghela nafas kemudian masuk ke dalam bilik kamar mandi. Untuk sekedar mencuci wajahnya agar lebih segar.
Sarah terkekeh pelan, kemana menghilangnya luapan emosi Aaron yang tadi? "Itu artinya gue harus ngerawat lo, Aaron. Lo terlalu banyak ngabisin waktu buat kerja, kerja, kerja." balas Sarah tak mau kalah.
"See? lo mau kerja lagi sekarang." lanjut Sarah ketika Aaron meraih tablet di atas meja dan membawanya ke ranjang.
"Ini pekerjaan saya." ucap Aaron malas.
"Tapi lo harus istirahat, gue juga mau ngerawat lo hari ini." ucap Sarah mengusap rambut tebal Aaron dengan jemarinya perlahan. Sebuah kecupan singkat mendarat didahi Aaron.