17+
Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️
[ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ]
Hanya dengan menatap matanya, Sarah sudah paham bahwa Aaron Jefferson itu laki-laki berbahaya, tapi entah kenapa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‼️ HAPPY READING ‼️
Pagi-pagi sekali Sarah sudah berada di apartment Aaron. Tidak, jangan berpikir perempuan itu sengaja bangun pagi sebelum Aaron berangkat ke kantor. Faktanya adalah Sarah tidak tidur semalaman hanya agar tidak terlambat datang ke apartment Aaron pagi ini. Ponselnya adalah sebagian nafas Sarah. Rasanya tidak nyaman jika ia tidak membawa ponselnya, meski benda pipih itu juga tidak terlalu penting sebenarnya.
"Lama banget bukain pintunya, kasi tau pin apartment lo aja boleh gak?" sembur Sarah dengan wajah kesalnya karena Aaron yang lama membukakan pintu untuknya. Laki-laki itu terkekeh kemudian mengirimkan pin apartmentnya pada ponsel Sarah tanpa membantah.
"Kamu gak tidur semalam?" tanya Aaron menatap Sarah yang sudah duduk manis di salah satu kursi meja bar di apartmentnya setelah mengambil susu kotak kemasan dari dalam kulkas. Mata perempuan itu terlihat memerah dengan wajahnya yang terlihat berantakan.
Sarah hanya mengangguk tanpa menjawab, sibuk menghabiskan isi susu kotak kemasan yang sengaja ia beli dan taruh di kulkas apartment Aaron. Sedangkan laki-laki itu tengah sibuk menggunakan mesin kopi miliknya.
"Kenapa?" tanya Aaron menatap Sarah dengan alis mengernyit tidak suka.
"Gak tau. Gak bisa tidur, perasaan gue gak enak dari semalem." jawab Sarah menghela nafas panjang dengan tidak semangat.
Tanpa mengatakan apa-apa Aaron meletakkan ponsel Sarah di hadapan perempuan itu, respon Sarah? tentu saja ia langsung mengambil ponsel miliknya cepat tanpa berpikir panjang.
"Kenapa lo matiin?" tanya Sarah menatap Aaron bingung setelah sadar ponselnya kembali dalam keadaan mati. Ia pikir tadi ponselnya mati karena kehabisan daya, tapi ternyata karena sengaja dimatikan.
Aaron mengidikkan bahunya acuh. "Saya gak mau kepo sama isinya." jawab laki-laki itu terdengar tidak peduli sama sekali dengan isi ponsel Sarah.
"Kenapa?" tanya Aaron memperhatikan wajah Sarah yang berubah sambil menatap ponselnya.
"Christa udah di Indo, terus kecelakaan. Gue mau kesana dulu." jawab Sarah buru-buru kemudian melangkah cepat meninggalkan apartment Aaron setelah menyambar kunci mobilnya di atas meja pantry.
Gerakan tangan Aaron yang tengah mengaduk kopinya tidak terhenti meski mendengar bantingan pintu apartmentnya karena ulah Sarah, laki-laki itu justru tersenyum kecil mendengar kepedulian Sarah pada temannya itu. Jika setelah ini Sarah masih mengira bukan dirinya penyebab masalah orang-orang di sekelilingnya, maka Aaron benar-benar sedang menjalin hubungan dengan seorang perempuan bodoh yang terlampau naif.
Berbeda dengan Aaron yang kembali dengan rutinitas paginya, Sarah justru tengah mengemudikan mobilnya drngan ugal-ugalan di jalan sambil berusaha mendial nomor Bella dan juga Christa bergantian. Perempuan itu sangat panik, sungguh. Apa lagi kabarnya Pablo tengah kritis sekarang. Ada begitu banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya saat ini. Bukannya Christa berada di Turkey?