‼️ HAPPY READING ‼️
Di dalam sebuah ruangan gelap dengan musik mendominasi yang memekak telinga, ada Sarah dan kedua temannya yang tengah sibuk menghabiskan minuman masing-masing.
"Kayanya gue bentar lagi kena liver." celetuk Sarah tiba-tiba.
"Ya, makanya udahan galaunya! Lo mati gara-gara liver, si Aaron masih bisa nyari cewek lain." balas Christa tanpa berpikir panjang.
Sarah menatap sahabatnya itu tidak suka. Ucapan Christa memang tidak salah, tapi tidak juga benar karena bukan respon begitu yang ia harapkan. "Jangan sembarangan." ucapnya tidak terima.
"Lo putus gara-gara apa sih? lo 'kan udah cinta mati sama dia." ucap Bella menatap Sarah serius, lagi-lagi masih merasa penasaran dengan alasan putusnya Sarah dan Aaron. Kandasnya hubungan keduanya seperti hal mustahil bagi Bella.
Dan ya, untuk sekedar informasi, hubungan Sarah dan Aaron sudah benar-benar berakhir sejak satu bulan yang lalu. Tidak tau tepatnya kapan, tapi Sarah baru memberitahu kedua teman-temannya satu bulan yang lalu. Lalu setelahnya? Sarah rutin mengajak Bella dan juga Christy yang sedang hamil untuk pergi ke bar menemani perempuan itu minum. Tidak sampai mabuk memang, tapi tetap saja itu cukup melelahkan.
"Gak ada, kita udah gak cocok aja." balas Sarah yang lagi-lagi tidak membuat Bella dan Christa puas. Jujur saja, Sarah sendiri masih ragu membicarakan sifat asli Aaron kepada kedua temannya. Sarah tidak mau siapapun lagi terlibat dalam hubungannya yang menakutkan itu.
"Lagian gue bisa dapetin yang lebih dari dia." lanjut Sarah tanpa ragu kemudian kembali meneguk habis minuman beralkohol miliknya.
Bella dan Christy saling bertukar pandang mendengar ucapan perempuan itu barusan, yang benar saja? kalaupun itu benar, seharusnya Sarah tidak perlu galau sejak satu bulan yang lalu hanya karena putus dari Aaron. Toh perempuan itu bisa mendapatkan yang lebih 'kan, katanya?
"Nanti gue kenalin sama temen-temennya Pablo, lo gak usah takut gak punya cowok." ujar Christa berusaha berada di pihak Sarah. Meski tau yang tengah dilakukan temannya itu adalah denial. Sarah jelas masih berharap hubungannya dan Aaron membaik sampai sekarang.
Sarah menoleh cepat. "Gak usah." tolak perempuan itu mentah-mentah. Ia tidak mau sahabatnya atau siapapun itu terkena imbas hanya karena dirinya. Meski Sarah tidak tau apakah Aaron masih peduli padanya saat ini atau tidak.
"Puas-puasin aja galaunya, Sar. Nanti juga dateng yang lebih baik." ucap Bella yang dibalas anggukan setuju Christa.
"Gak ada yang lebih baik dari cowok gue, ya walaupun dia juga bukan orang baik sih." balas Sarah dengan raut wajah lelahnya yang sangat ketara. Bahkan perempuan itu dengan percaya diri masih menyebut Aaron sebagai kekasihnya. Dasar tidak tau diri.
"Lo mau kemana abis ini?" tanya Christa menatap Sarah yang menatap sekeliling bar dengan pandangan bosan. Besar kemungkinan Sarah akan melanjutkan acara minumnya ke club malam hingga benar-benar tumbang dan melupakan masalahnya dengan Aaron untuk malam ini.
Sarah mengangkat bahunya acuh, tangannya terulur mengambil rokok milik Bella kemudian membakar ujungnya dengan pematik. "Pulang, mungkin." jawabnya ragu. Perempuan itu menghembuskan asap rokoknya sejauh mungkin dari Christa, meski sebenarnya sia-sia. Perempuan itu memang sudah tidak waras karena merokok di hadapan seorang ibu hamil. Sahabatnya pula.
"Lo perlu minum kayanya, minta temenin Bella." ujar Christa yang dibalas anggukan setuju Bella. Sarah itu suka tidak waras kalau sudah menyangkut Aaron, memang begitu sejak zaman mereka sekolah bukan? apa lagi jika nanti sahabatnya itu benar-benar mabuk. Bisa gila Bella mengatasi kekacauan setelahnya nanti.
Sarah menggeleng pelan. "Gue mau balik aja, Pumpkin nungguin. Supir lo masih nungguin 'kan?" tanya Sarah menatap Christa yang mengangguk merespon pertanyaannya. Sejak perutnya mulai membesar karena usia kehamilannya yang bertambah, Pablo memang mewajibkan Christa pergi kemana-mana menggunakan supir. Sekalipun pergi ke bar untuk menemani temannya itu.
"Lo sober?" tanya Bella memastikan. Perempuan itu menatap wajah Sarah serius. Terlihat masih sadar memang, namun tatapan sayu itu membuatnya sedikit ragu.
"Aman." balas Sarah kemudian beranjak dari duduknya diikuti Christa dan juga Bella yang melakukan hal yang sama.
Setelah memastikan Christa telah berada di dalam mobilnya dengan aman, keduanya berjalan menuju ke arah parkiran. Kemudian saling membunyikan klakson masing-masing tanda perpisahan.
Jalanan Jakarta memang tidak pernah sepi, bahkan masih benar-benar padat meski tidak sampai menimbulkan kemacetan parah. Sarah menghela nafas panjang setelah memeriksa ponselnya yang tidak menampilkan satu notifikasi apapun dari Aaron, kemudian membuangnya asal.
Seharusnya, meskipun Sarah telah memblokir nomor ponselnya, Aaron masih tetap bisa menghubungi Sarah. Bukannya laki-laki itu bisa melakukan apapun demi Sarah? tapi sepertinya saat ini semuanya sudah benar-benar berubah.
Sialan, memikirkannya saja membuat Sarah kembali merasa menjadi perempuan menyedihkan.
Berbeda dengan Sarah yang tengah menginjak pedal gas mobilnya kencang sebagai bentuk luapan emosinya, Bella justru sudah usai membersihkan dirinya karena jarak apartment perempuan itu dengan bar yang dipilih Sarah cukup dekat.
Perempuan itu berdecak mendengar suara bell apartmentnya yang sejak tadi berbunyi. Dalam hati mengumpat pelan, otaknya menebak bahwa Sarahlah yang datang ke apartmentnya dan berniat kembali mengajaknya untuk pergi ke club malam. Namun setelah membuka pintu apartmentnya, Bella justru tergagap sendiri.
"Aa— Aaron?" ucap perempuan itu tidak bisa menyembunyikan raut wajah terkejutnya.
Bagaimana tidak terkejut kalau malam-malam begini ada mantan kekasih Sarah itu di depan apartmentnya!? dari mana Aaron tau letak apartmentnya? dan untuk apa laki-laki itu datang malam-malam begini?
"Can I come in?" tanya Aaron menatap lurus perempuan dengan rambut basah dan juga pakaian tidur di hadapannya.
Bella diam beberapa detik, namun tak urung mengangguk pelan dan menggeser tubuhnya untuk memberikan Aaron ruang untuk masuk ke dalam apartmentnya.
Joel :
Selamat malam, Tuan Aaron.
Nona Sarah baru saja menabrak ujung jalan
di tikungan apartmentnya.
Saya pastikan tidak ada luka.Masih dengan wajahnya yang tanpa ekspresi, Aaron memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana dan melangkah masuk ke dalam apartment Bella.
- - -
absen dulu yang senang mereka akhirnya putus?🙋♀️🙋♀️🙋♀️🙋♀️
absen di sebelah sini yang mau mereka balikan?🧏♀️🧏♀️🧏♀️🧏♀️
banyak yang tanya soal jadwal update, sebenarnya gak ada jadwal karena aku gak selalu ada waktu untuk lanjut menulis. tapi kalau update, sudah pasti weekend ya!
see you!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] Hanya dengan menatap matanya, Sarah sudah paham bahwa Aaron Jefferson itu laki-laki berbahaya, tapi entah kenapa...