17+
Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️
[ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ]
Hanya dengan menatap matanya, Sarah sudah paham bahwa Aaron Jefferson itu laki-laki berbahaya, tapi entah kenapa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‼️HAPPY READING‼️
Sarah menghabiskan waktunya bersama Madelyn sejak tadi pagi hingga hari menjelang siang sekarang ini, melihat koleksi pakaian-pakaian yang didesign oleh Madelyn dan juga mengunjungi beberapa butik maminya itu. Sarah hanya melihat-lihat, tidak berniat mengambil alih semua pekerjaan Madelyn mengingat jika dirinya menikah dengan Aaron maka Sarah tidak perlu bekerja untuk bergaya glamour. Bercanda. Tapi Sarah serius.
Dan soal Aaron, Sarah baru akan menemuinya siang ini untuk makan siang bersama tanpa Madelyn karena maminya itu harus bertemu dengan clientnya yang akan memesan gaun.
"Bye, mami!" ucap Sarah melambaikan tangannya kemudian masuk ke dalam mobil salah satu orang suruhan Aaron.
"Lho? gue kira Dorian yang jemput. Lo siapa?" tanya Sarah sedikit terkejut menatap orang yang menjemputnya hari ini bukanlah Dorian. Aaron memang tidak mengatakan soal siapa yang menjemputnya, ke-sok-tauan Sarah yang menebaknya.
"Saya Joel. Dorian sedang membantu Tuan Aaron menyelesaikan beberapa pekerjaan, Nona Sarah." ucap laki-laki itu tersenyum tipis ke arah Sarah lewat kaca spion.
Sarah diam beberapa detik, pikiran buruk mulai bercabang di kepalanya. "Tapi beneran orangnya Aaron 'kan?" tanya gadis itu sekali lagi, memastikan. Ia tidak ingin kejadian dalam film— penculikan oleh musuh pasangannya yang seorang biliuner, terjadi pada dirinya. Bisa saja 'kan?
Joel terkekeh pelan kemudian mengangguk kecil. "Saya bahkan berada di pesawat yang sama dengan anda dari Indonesia menuju Chicago." ujar Joel sedikit merasa lucu dengan pertanyaan Sarah, memangnya ada yang berani bermain-main dengan atasannya itu?
"Okay, kalo gitu sekarang lo ngebut aja karna gue udah laper banget." ucap Sarah yang langsung membuat Joel menurut dan menaikkan kecepatan laju mobilnya namun masih dalam tahap aman.
Kurang dari 15 menit menghabiskan waktu di perjalanan, kini Sarah sudah melangkah memasuki restaurant dengan Joel yang mengekor di belakangnya. Memastikan Sarah sampai di hadapan Aaron dengan selamat tanpa kurang sedikitpun.
Cup.
"Kangen." ucap Sarah menatap Aaron sambil tersenyum lebar, tidak ragu mengecup rahang tegas cowok itu di depan anak buahnya yang sedang memperhatikan keduanya.
Dorian langsung mendengus mendengar dan melihat Sarah yang menurutnya berlebihan. Kangen? yang benar saja! Mereka baru berpisah tadi pagi. Sarah saja yang berlebihan.
"Dia ikut makan siang bareng kita? di meja yang sama?" tanya Sarah menunjuk Dorian lewat tatapan matanya, menatap Aaron dengan wajah bertanya.
"Kenapa? dia 'kan bawahan kamu." ucap Sarah polos melampaui batas sopan seseorang ketika Aaron mengangguk pelan. Dorian mendelik terkejut mendengar ucapan Sarah yang terdengar kurang ajar di telinganya.
"Sarah," ucap Aaron menatap Sarah memperingati.
Sarah tertawa pelan. "Bercanda. Gue tau kok lo gak bisa Bahasa Inggris." ujar Sarah menepuk bahu Dorian santai seolah keduanya adalah teman dekat sebelum menjentikkan jarinya memanggil pelayan untuk mendekat ke arah meja VIP mereka dan mulai menyebutkan pesanannya tanpa jeda.
10 menit menunggu bagi Sarah sangat lama karena tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain menatap interior restaurant, menatap Aaron yang sibuk dengan tab di tangannya, atau sesekali mengecek notifikasi pada ponselnya.
Sarah menumpukan dagu pada tangannya, menatap Aaron intens. "You look so busy." ucap gadis itu tiba-tiba membuat Aaron langsung menatapnya.
"Saya kesini memang untuk bekerja, Sarah." jawab laki-laki itu sebelum kembali menunduk memperhatikan tab di tangannya yang entah menampilkan apa itu Sarah tidak mengerti. Yang jelas dari tempatnya duduk Sarah bisa melihat layar tablet itu menampilkan sebuah gedung, mobil, dan juga sebuah foto keluarga besar seseorang.
"Gue sedikit nyesel ikut kesini." gumam Sarah cukup keras— sengaja agar Aaron mendengar keluhannya.
"Kamu ketemu mami kamu dari kemarin, dan kamu bilang nyesel ikut?" tanya Aaron menatap Sarah dengan dahi berkerut dan raut wajahnya yang mulai tidak bersahabat.
"Ekhm, saya izin ke toilet." ucap Dorian buru-buru bangkit dari duduknya meninggalkan Aaron dan Sarah yang bisa ia pastikan akan beradu argumen sebentar lagi. Lebih baik ia mencari meja lain dan makan siang dengan tenang dibandingkan harus terlibat perseteruan pasangan itu.
Sarah mengidikkan bahunya acuh. "Sedikit." ucapnya santai.
"Kenapa?"
"Kenapa? lo serius nanya itu? you have no time for me, 1 haripun gak ada kecuali kemarin karena kita di mansion mami. Itupun lo juga masih ngurus kerjaan."ujar Sarah menatap Aaron tak kalah tajam.
"Like what I said before, I'm here for work. We're not on holiday." balas Aaron menggeram rendah di tempatnya. Merasa bahwa ucapan Sarah justru semakin memusingkan dirinya selain segala pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini.
"That's why I regret my decision to come here— with you." ucap Sarah tanpa takut.
Aaron mengetatkan rahangnya, merasa bahwa Sarah memang senang memancing keributan dengannya tidak peduli mereka sedang berada dimana atau sedang melakukan apa. Sarah akan selalu menyebalkan dengan kata-katanya itu.
"What you want?" tanya Aaron akhirnya.
Sarah tersenyum senang, kalimat itu yang sejak tadi ia tunggu. Tubuhnya bergerak lebih dekat dengan Aaron, menatap laki-laki itu dengan tatapan paling memelas yang ia bisa. "Can you spare your time for me? maybe just one day?" ucap Sarah lembut.
"When?"
"Today?" tanya Sarah meminta kesepakatan Aaron.
"Sarah, but I should—"
"Okay gak usah." potong Sarah cepat dengan wajah tanpa ekspresinya, tau bahwa jawaban Aaron tentu adalah sebuah penolakan untuk ide quality time mereka.
Sarah jelaskan disini, ia sadar seratus persen bahwa kedatangan Aaron ke Chicago jelas untuk sebuah pekerjaan dan bukan untuk liburan. Tapi bisakah laki-laki itu meluangkan waktunya— yang bahkan hanya 1 hari untuk menghabiskan waktu bersama Sarah?
Aaron menghela nafas pelan, meraih tangan Sarah di atas meja kemudian mengusapnya pelan. "Fine. Dorian akan saya suruh reschedule semua kerjaan saya dan kita bisa quality time seharian penuh. Gimana? kamu senang?" ucap laki-laki itu membuat Sarah langsung menatapnya tertarik.
"No phone and no I-Pad, deal?"
"Aaron, please?" rengek Sarah ketika Aaron langsung diam mendengar ucapannya. Sarah tau dirinya terkesan tidak tau diri dengan melarang Aaron menggunakan benda-benda yang digunakan laki-laki itu untuk bekerja, tapi ini hanya satu hari. Sarah janji tidak akan menuntut hal yang sama terlalu sering.
"Deal." ucap Aaron mengecup singkat puncak kepala Sarah.
"Excuse me Madam and Sir, this is your order. Where I should put this?"
Suara seolah pelayan yang mengantar pesanan mengintrupsi obrolan keduanya.
"Just put it here." sahut Sarah menunjuk meja di depannya lewat tatapan mata.
Perempuan itu kembali menatap Aaron dengan senyum tipisnya. "I love you." bisik Sarah kemudian terkikik geli karena merasa malu usai mengatakan hal itu pada Aaron.
Sedangkan di meja lain ada Dorian yang memutar bola matanya malas melihat Sarah yang kini sudah kembali menempel dengan Aaron, bahkan beberapa kali mencomot makanan cowok itu. Tadinya ia kira akan ada perang dunia ketiga karena Sarah si perempuan menyebalkan itu.
- - -
fyi, part selanjutnya udah siap publish kalau votes dan commentsnya rame, aku akan publish 3 hari lagiiiii atau 2 hari lagi? atau mau besok ajah? pokoknya kalau vomments di part ini udah rame ya!