17+
Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️
[ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ]
Hanya dengan menatap matanya, Sarah sudah paham bahwa Aaron Jefferson itu laki-laki berbahaya, tapi entah kenapa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
‼️ HAPPY READING ‼️
"Ya, Sarah?"
Sarah tersenyum ketika suara Aaron menyapa indra pendengarannya, dan kini layar ponselnya juga sudah menampilkan wajah Aaron dengan background ruangan laki-laki itu yang terlihat berbeda dengan background ruang kerja di apartmentnya.
"Lagi di kantor ya? lo mau makan siang apa?" tanya Sarah meletakkan ponselnya di atas oven yang ada di dapur apartmentnya. Tangannya bergerak mencepol tinggi rambutnya, hari ini ia akan bertempur di dapur untuk membuatkan bekal makan siang dengan Aaron. Apron berwarna merah muda yang kemarin baru ia beli membuatnya lebih semangat memasak meski tidak pernah melakukan ini sebelumnya.
Aaron memfokuskan pandangannya pada layar ponsel. "Kamu mau masakin saya?" tanya laki-laki itu mengerutkan keningnya. Sarah terlihat lucu dengan apron miliknya.
"Iya. Lo mau makan apa? gue anterin ke kantor lo nanti, kita makan siang bareng." ujar Sarah tersenyum lebar. Tidak sabar menjadi calon istri yang sempurna untuk Aaron.
"Apapun yang kamu buat, saya pasti makan." ucap Aaron santai. Sedangkan Sarah nyaris pingsan karena ucapan manis Aaron barusan meski wajah lelaki itu masih datar-datar saja menatapnya.
"Oke, lo jangan kemana-mana nanti." balas Sarah kemudian mematikan sambungan video call mereka. Tangannya kini beralih mencari resep menu makan siang yang mudah untuk ia masak siang ini. Tadi Aaron mengatakan apapun 'kan?
Hampir 30 menit Sarah habiskan untuk mencari resep menu makan siang untuk Aaron. Tidak ada yang menarik, sekalinya ada pasti terlalu rumit untuk pemula sepertinya. Pandangan Sarah mengedar ke seluruh dapur apartmentnya, tersenyum bangga ketika matanya menangkap sebuah bungkus mie spaghetti mentah.
Tanpa membuang waktu Sarah mengambil semua wajan untuk ia gunakan merebus spaghetti. Tolong jangan protes soal wajan yang ia gunakan untuk merebus, Sarah tidak memiliki satupun panci di apartmentnya. Usai menyalakan kompor induksinya dengan susah payah, Sarah memasukkan seluruh isi kemasan ke dalam wajan yang sudah ia isi penuh air. Kemudian melangkah meninggalkan dapur menuju dimana kamarnya berada, akan lebih cepat selesai jika ia bisa menyelesaikan dua pekerjaan sekaligus.
Jadi Sarah memutuskan untuk meninggalkan rebusan spaghettinya selagi perempuan itu membersihkan tubuhnya.
Berbeda dengan Sarah yang kini tengah sibuk bernyanyi di bawah shower, Aaron justru tengah memacu dirinya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat sebelum jam makan siang agar waktunya dengan Sarah tidak terganggu karena pekerjaan nantinya.
"Ini beberapa berkas yang perlu ditanda tangani, Mr. Jefferson." ujar Dorian meletakkan tiga buah map di atas meja kerja Aaron yang dibalas anggukan mengerti yang kemudian membuat Dorian pamit undur dirti.
"Dorian," panggil Aaron membuat langkah laki-laki itu berhenti dan menoleh.
"Saya mau rapat direksi dimulai 20 menit lagi. Suruh untuk datang tepat waktu atau gak usah datang ke kantor lagi." lanjut Aaron membuat Dorian mengangguk cepat dan melaksanakan perintah atasannya itu.