‼️ HAPPY READING ‼️
Madelyn tertawa lepas mendengar curhatan putri semata wayangnya yang sedang pusing memilih antara menikah dengan melanjutkan kuliahnya. "Sayang, Mami dukung apapun yang kamu mau. Tapi sekali kamu memulai, kamu harus selesaikan sampai akhir. Deal?" ujar Madelyn yang berarti memperingati Sarah apabila anaknya itu ingin melanjutkan kuliahnya terlebih dahulu dibandingkan menikah dengan Aaron.
Meski tinggal jauh dengan Sarah, tentu saja Madelyn masih memantau putrinya itu. Mustahil rasanya Sarah tiba-tiba berubah menjadi rajin ketika duduk di bangku kuliah nanti. Tapi meski begitu, ia tentu saja tidak boleh menjatuhkan semangat putrinya untuk melanjutkan pendidikannya bukan?
Sarah kembali menggulingkan tubuhnya ke sisi kiri ranjang. "Mami gak percaya aku mau belajar?" decak perempuan itu merengek kesal. Mengabaikan tatapan malas Christa yang tengah sibuk mengoleskan pewarna kental berwarna merah berani di seluruh kukunya.
"I trust you, sayang. I trust you. Tapi tempat belajar seseorang bukan cuma di bangku perkuliahan 'kan? kamu bisa belajar jadi istri yang baik untuk Aaron, belajar jadi ibu yang hebat juga." ucap Madelyn berhati-hati. Takut Sarah salah menangkap maksud ucapannya.
"Hmm.. okay, Mom." ucap Sarah lesu kemudian mematikan sambungan telpon keduanya.
"Jadi, gimana? lo mau nikah atau kuliah?" tanya Christa ingin tau.
"Gue—"
"Gue saranin nikah."
"Hah? bukannya kemarin lo yang paling gak setuju gue nikah? kata lo pikirin baik-baik, nikah gak gampang, nikah—"
"Gue udah berubah pikiran. Orang kaya lo cocoknya jadi trophy wife." potong Christa cepat dengan raut wajah yakinnya. Perempuan itu menatap wajah Sarah serius, entah apa yang terjadi tapi ia ingin Sarah menikah dengan Aaron. Selain alasan yang menyangkut dirinya sendiri, Christa pikir tidak ada salahnya menjadi seorang trophy wife. Toh dirinya juga sedang berada di posisi itu sekarang, dan semuanya terasa menyenangkan. Ya, setidaknya sejauh ini.
Sarah menghela nafas panjang, memilih untuk sibuk berkutat dengan segala pikirannya sendiri. Sebenarnya sah-sah saja jika Sarah ingin melanjutkan pendidikan dulu sebelum menikah, toh dirinya tetap bersama Aaron 'kan? tapi ucapan laki-laki itu kemarin seolah memberikannya pilihan antara menikah atau putus.
Seharusnya Sarah menanyakannya langsung pada Aaron kemarin, tapi karena raut tidak bersahabat laki-laki itu, Sarah memilih untuk mencium bibir Aaron dan memberikan lumatan sensual disana. Ia lebih memilih kata aman dibandingkan harus berurusan dengan emosi Aaron yang tidak mudah ditebak.
"Nikah aja, udah. Enak kok." ucap Christa tiba-tiba sambil memainkan ponselnya.
"Enak apanya?" tanya Sarah dengan dahi berkerut.
"Ya, enak. Kalo mau tau, nikah dulu."
"Gak mesti nikah gue udah ngerasain enaknya." balas Sarah tanpa berpikir panjang membuat Christa mendelik menatapnya, sedangkan perempuan itu hanya tertawa tidak jelas di atas ranjangnya. Ia sengaja mengundang Christa ke apartmentnya untuk membantu Sarah berpikir, tapi kehadiran sahabatnya itu ternyata tidak membantu sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous [COMPLETED]
Romance17+ Warning : mature content | DILARANG KERAS MELAKUKAN PLAGIARISME‼️ [ Cerita diprivate, silahkan follow untuk membaca semua chapter ] Hanya dengan menatap matanya, Sarah sudah paham bahwa Aaron Jefferson itu laki-laki berbahaya, tapi entah kenapa...