BAGIAN 26 : CERITA TENTANG HARI INI [ 2 ]

77 9 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Hidup memang akan terus berjalan. Tinggal kamu aja yang ingin mengikuti arus atau mengubah arus itu sesuai keinginanmu."

26 . Cerita tentang hari ini


Mungkin sebagian orang menganggap bahwa hukuman adalah konsekuensi yang harus dijalani saat mereka berbuat sesuatu yang dilarang. Namun , hukuman itu sendiri juga bisa memberi pelajaran bagi si pelaku agar jera sama perbuatannya sendiri.

Kira-kira seperti inilah yang dilakukan ian terhadap 10 santri didepannya ini. Memberi hukuman yang pantas agar mereka tidak mengulangi kedepannya lagi. Ian berjalan didepan mereka yang terjejer dengan wajah yang sangat dingin , aura itu seolah sedang menguliti kulit mereka satu persatu dan yang bisa mereka lakukan hanya menundukkan kepalanya.

"Tegakkan kepala kalian!". Teriak ian tegas dan membuat beberapa santri putra/putri disana yang melihatnya terkejut bukan main.

Mereka semua menegakkan kepalanya dan diam membisu. "Kenapa kalian merokok di lingkungan ponpes? Apa kalian tidak bisa membaca tata tertib disini?". Sindirnya dengan tongkat kayu yang ia bawa entah darimana dia dapatkan.

Salah seorang dari mereka mengangkat tangannya . "Kita ngaku salah kak ian". Jujurnya dan di angguki oleh yang lainnya.

"Sekarang saya tanya , kalo udah tau salah kenapa dilakuin ka?"

Santri tadi menurunkan tangannya kembali dan menjawabnya dengan lirih. "Kita hanya mencobanya kak"

"Mencoba katamu kafka? Saya bukan anak kecil yang gk bisa bedain mana mencoba , mana yang emang sengaja melakukannya". Sindirnya telak dan berhasil membuat kafka terdiam.

Disela marahnya ian , ada sebuah mobil yang memasuki area ponpes . Disana keluar , pasha dan marsha yang membawa banyak belanjaan dan umi yang juga turun setelahnya.

Mereka berdua yang melihat santri di takzir pun langsung berjalan mendekatinya. "Apa yang mereka lakukan ian? Sampai membuat kamu marah?"

Ianpun menundukkan badannya sedikit dan menjawab perkataan umi dengan jelas. "Mereka telah merokok di taman belakang ponpes putra umi"

Terkejut? Tentu saja, umi alisa memandang santrinya dengan wajah yang kecewa. Saat santrinya berhasil melanggar peraturan , itu artinya umi alisa gagal mendidik mereka sebagai seorang ibu.

"Umi , kecewa sama kalian". Ucapnya sendu lalu pergi dari hadapan mereka semua dengan tatapan sedihnya.

Melihat kepergian umi alisa membuat ian kembali meradang , ian menatap mereka dengan tajam. "Jery , cukur rambut mereka hingga botak. Itu adalah hukuman yang pantas untuk mereka"

Ucapan ian berhasil membuat ke 10 santri itu melototkan matanya kaget. Dicukur? Yang benar saja! Memanjangkannya aja susah payah gini.

Dengan cepat jery menganggukkan kepalanya dan pergi ke kantor untuk mengambil alat pencukur itu.

Saat kafka hendak protes , ian sudah lebih dulu menyanggah. "Kekecewaan umi tidak sebanding dengan hukuman kalian saat ini". Dan ucapan ian berhasil membuat kafka menurunkan niatnya.

Pasha dan marsha yang melihat itu hanya menatap mereka dengan wajah dinginnya. Menurutnya hukuman seperti itu sebanding dengan aturan yang mereka langgar . Tatapan pasha dan marsha menjadi lebih terkejut saat mendengar kalimat ian setelahnya.

"Kalo gus anan yang menghukum , sudah dipastikan kalian disuruh berdiri ditengah air comberan 24 jam. Kalian harusnya senang karna gus anan tidak disini , tapi jangan terlalu senang hingga melakukan berbagai pelanggaran"

CINTA YG PULANG (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang