BAGIAN 79 : KEMBALI AKUR

90 12 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Sungguh, kesalahan terbesar saya adalah membiarkan seorang ratu menjatuhkan mahkotanya sendiri demi permintaan maaf dari saya"

-gusanan-

79. Kembali Akur

-

Tepatnya semenjak acara jalan-jalan kemarin, Gus anan mendiami istrinya. Hatinya terlalu luka untuk permintaan istrinya yang diluar nalar. Kalo istrinya menghampirinya di ruang tamu bersama Abi , umi serta Ian, maka Gus anan pura-pura ngangkat telpon lalu pergi dengan alasan tersebut. Kalo Gus anan ditaman sedang memberi makan ikannya, terus istrinya datang menghampiri dan ikut memberi makan, dia juga beralasan ada telpon dari temannya. Intinya dia terus menghindar dari istrinya satu hari penuh tanpa ingin dicurigai oleh orangtuanya. Tapi berhubung Gus anan tidak pintar cari alasan dan juga umi serta abinya sangat peka. Kali ini laki-laki itu melakukan hal yang serupa bahkan disaat mereka tengah makan malam bersama.

Gus anan pura-pura mengambil ponsel di saku kokonya lalu mengeceknya. Setelah memandang sesaat, matanya terangkat dan memandang orangtuanya lalu berkata. "Umi, Abang mau ngangkat telpon dulu". Gus anan menggeser kursi ke belakang dan berdiri. Tapi, saat hendak melewati kursinya umi Alisa, lengan laki-laki itu dipegang. Semua orang terdiam termasuk Shafa yang sudah menundukkan kepalanya disamping kursi Ian. Acara makan tiba-tiba terhenti atas perlakuan umi yang seperti itu.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini?"

Gus anan memandang lengannya yang dipegang oleh uminya, kedua matanya menatap orang yang duduk dikursi. Wajah uminya menyiratkan kesedihan yang dibungkus rapi oleh wajahnya yang teduh.

Gus anan kembali duduk di kursinya, akan sangat tidak sopan kalo orangtuanya bicara sedangkan dia masih dalam keadaan berdiri. Laki-laki itu menggeser kursinya lebih dekat pada uminya. Menatap wajah orang yang tengah khawatir itu dengan senyumannya.

"Mau sampai kapan gimana umi? Abang mau angkat telpon doang habis itu makan lagi kesini"

Umi Alisa mengangkat tangan kanannya, telapaknya yang tidak lagi halus mengusap pipi anaknya dengan lembut. "Mau sampai kapan kalian marahan terus begini?"

Deg

Gus anan terdiam, bibirnya kelu untuk beberapa menit tidak menjawab kalimat yang ditujukan padanya. Wajahnya menunduk tapi pikirannya berkelana, mencari alasan yang lebih bisa diterima pikiran oleh uminya.

Umi Alisa mengangkat wajah anaknya yang menunduk, pandangannya beralih menatap menantunya yang menundukkan kepalanya sambil sesekali tertangkap matanya sedang mengusap air matanya dari sudut.

"Kamu jangan lari lagi kali ini, kalo ada masalah selesaikan baik-baik. Jangan kabur hanya untuk menghindari masalah, kamu itu anak umi dan umi tau setiap hal yang terjadi pada anak umi sendiri. Dan sekarang yang umi lihat kamu rela melakukan kebohongan yang sama hanya untuk menghindari istrimu, kamu tidak pernah sesibuk ini bang. Meski kamu sibuk, kamu tidak selalu mengandalkan ponsel itu. Bahkan umi bisa tebak, di ponsel kamu tidak ada kontak orang luar yang kamu bicarakan"

Abi hasan yang menyimak obrolan itu tentu paham gelagat anaknya. "Kamu bukan anak kecil lagi bang, kalo ada masalah selesaikan. Kamu tega lihat istrimu diam-diam nangis karna perlakuanmu?". Imbuhhya pada kalimat umi Alisa.

CINTA YG PULANG (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang