BAGIAN 77 : SEMUANYA MASIH SAMA

90 10 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Status bukanlah penghalang kita untuk tidak bersikap akrab seperti dulu"

77. Semuanya masih sama

-<otw end>

Hari ini suasana pesantren terlihat cerah seperti biasah. Berbagai senyuman diwajah setiap orang adalah pemandangan yang menyejukkan hati. Kesibukkan bagi santriwati adalah hal biasah, terutama pada bagian dapur yang selalu di jadwal untuk masak di ndalem. Tidak ada hal yang menarik disana , kecuali satu gadis dengan hijab berwarna biru.

Bagaimana dirinya bisa lupa? Bukankah ini jadwalnya?

Dengan gamis biasah tapi terlihat elegant. Kakinya mulai melangkah pelan-pelan menuju dapur, hari ini suaminya sedang keluar entah mau kemana. Jadi dirinya bisa bebas tanpa keposesifan dari sang suami. Tak lupa juga, tangannya yang terdapat selang infus itu juga telah dicopot kemarin. Gus anan mendatangkan dokter ke rumah untuk memeriksa keadaannya dan katanya dia sudah mulai sembuh. Tapi seperti biasah, karna dirinya yang maksa untuk melepaskan selang infus itu, Gus anan mau tak mau mengiyakannya.

Kakinya sudah menginjak lantai dapur yang dingin, seolah kaos kaki yang dipakainya tidak bisa menolongnya dari hawa dingin ini. Kedua matanya menjelajah setiap orang yang berada di dapur. Ini sama sekali bukan harapannya, saat dirinya sampai didapur perbincangan yang semula agak ramai sekarang jadi sepi. Apa karna ada dirinya? Menghembuskan nafasnya pelan, dan seulas senyuman terbit di bibirnya. Sosok yang dia cari ketemu, dia sedang mengurus kue. Sama seperti dulu, dan tidak ada satu orangpun di sampingnya.. kenapa?

Kedua bibir atas dan bawahnya mulai bergerak. Suara halus itu lewat di ruangan yang sepi ini dengan jelas.

"Putri"

Putri yang semula fokus pada adonan kuenya langsung terhenti. Dia tidak salah dengar, suara itu adalah suara yang sangat dikenalinya. Hatinya berdegup kencang, sudah lama sekali dia menantikan momen ini dan Allah mengabulkannya. Wajahnya menoleh kebelakang dan melihat satu sosok yang berdiri tak jauh darinya. Wajahnya sama seperti dulu bahkan sekarang dia nampak lebih cantik meski wajahnya sedikit pucat.

"Sini". Lanjutnya dengan lambaian tangan ke arah putri.

Semua santri yang melihat hal itu memandang putri bingung , berfikir² apakah putri punya masalah sampai dipanggil Ning nya?

Putri mengedarkan kepalanya ke arah santri lain, melihat raiza agak senggang. Gadis itu memanggilnya dan menyuruhnya untuk menggantikan nya membuat kue. Setelah beres , barulah putri datang memenuhi panggilan Shafa.

Shafa berjalan mendahului putri dan putri di belakangnya berjalan sambil menundukkan wajahnya seperti biasah. Shafa duduk di sofa sedangkan putri masih berdiri, gadis itu mengernyitkan dahinya bingung melihat putri yang masih berdiri dan bersikap layaknya dipanggil umi.

"Kenapa sih berdiri Mulu? Sini duduk sama aku"

Putri tidak menjawab pertanyaan Shafa malah dia terkesan gugup didepannya. Shafa yang melihat gelagat aneh pada temannya itu langsung peka, dia pasti mencoba menjaga tingkahnya didepannya.

Tangan Shafa terulur dan menarik putri untuk duduk disampingnya. Dengan senyuman di wajahnya Shafa memegang tangan putri hangat.

CINTA YG PULANG (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang