7. Penguntit

164 28 1
                                    

"Makasih ya lo udah mau repot repot antar gua. " ucap Nadya

"Santai aja. Sekarang gua tenang karna lo pulang dengan aman. " ucap Fajri

"Terus lo pulang naik apa? " tanya Nadya

"Kebetulan supir gua udah jemput. " jawab Fajri

"Oh begitu, padahal gua mau nawarin lo mampir dulu. " ucap Nadya

"Next time deh, ya udah gua pulang ya. " ucap Fajri

"Hati hati ya. "

"Dahhhh. "

Nadya melambaikan tangannya lalu masuk kedalam kamar kostnya. Dia tersenyum mengingat Fajri yang bersikap romantis kepadanya.

"Fajri tuh romantis banget ya, beda banget sama Zweitson. Padahal satu genk tapi sikapnya berbeda 180 derajat. "

Fajri masuk kedalam mobilnya, dirinya bernafas lega karna telah mengantarkan Nadya.

"Udah den ngantar pacarnya? "

"Bapak ini, dia bukan pacar saya kok pak. " ucap Fajri

"Saya pikir pacarnya den, habisnya sampai dianterin pulang begitu. "

"Tadi cuma nganterin biasa aja kok, ya udah yuk pak kita pulang. " ucap Fajri

"Baik den. "

Fajri mengantarkan Nadya pulang bukan tanpa sebab. Di sekolah Fajri melihat Nadya selalu diikuti oleh seseorang, dia takut jika Nadya pulang sendiri akan diganggu oleh orang yang mengikutinya.

"Siapa kira kira yang ikutin Nadya ya, gua harus cari tahu. " ucap Fajri

Nadya yang sedang membaca buku mendengar pintu kamarnya terketuk. Nadya berpikir itu adalah bu Susan yang mengajak Nadya untuk makan.

Nadya membuka pintu kamarnya namun tak menemukan satu orang pun.

"Kok gak ada siapa siapa." ucap Nadya berbalik masuk kedalam kamarnya kembali

Saat Nadya berbalik tiba tiba ada yang membekap mulutnya dan mendorongnya masuk kedalam kamarnya.

Nadya berusaha melepaskan tangan yang membekap mulutnya. Dia dengan sengaja menggigit tangan yang membekap mulutnya lalu berteriak minta tolong.

"Tolong..... Tolong..... "

"Jangan teriak! Atau lo gua bunuh. "

"Gila ya lo, siapa sih lo. " ucap Nadya

"Lo gak perlu tahu! "

"Tolong...... "

"Gua bilang jangan teriak. "

"Awwww...."

Lengan Nadya terbaret pisau yang dibawa oleh penjahat tersebut. Darah mulai mengalir keluar dari lengan Nadya.

"Aaaaaa darahh.... "

"Jadi udah siap untuk mati? "

"Jangan mendekat. Gua bilang jangan mendekat. " teriak Nadya

"Maaf sekali tapi mungkin ini hari terakhir lo didunia."

"Eh ngapain lo."

"Fiki? "

"Siapa lo? Gak usah ikut campur ya lo."

"Waduh mana bawa pisau lagi. " ucap Fiki

"Lo mau sok jadi pahlawan buat dia. "

"Eh bang gua kasih tahu ya, yang namanya manusia mah memang mesti saling tolong menolong. "

"Lo mau berantem sama gua."

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang