39. Jesika

150 32 11
                                    

Fajri merasa kecewa dan pergi begitu saja meninggalkan semua teman temannya. Meisya juga pergi meninggalkan lapangan dan berjalan menuju kelasnya untuk mengambil barangnya yang tertinggal.

"Kenapa bukan gua Nad? kenapa harus Zweitson?" ucap Fajri duduk menyendiri

Meisya melihat Fajri yang duduk termenung, dirinya memilih untuk tak peduli dengan Fajri. Namun ternyata langkah Meisya mendekati tubuh Fajri yang menangis menutupi wajahnya.

"Kayak cewek aja lo nangis. " ucap Meisya

"Mau apa lagi lo kesini? Bukannya katanya lo gak mau berurusan lagi sama gua." ucap Fajri

"Setelah hampir satu minggu gua menyadari jika gua sangatlah sulit untuk membenci lo. " ucap Meisya ikut duduk disamping Fajri

"Kenapa? "

"Entahlah, gua juga gak tau. Intinya gua sekarang sadar bahwa tidak semua hal bisa kita miliki. Ada kalanya kita harus belajar mengikhlaskan dan merelakan. " ucap Meisya

"Jadi maksud lo gua harus relain Nadya dengan Zweitson. " ucap Fajri

"Selama dia bahagia kenapa tidak? "

"Percayalah jika Nadya benar jodoh dan milikmu, mau sejauh apapun dia pergi pasti nantinya dia akan kembali kepadamu. " ucap Meisya mengusap pundak Fajri

"Merasa sakit dan sedih boleh kok, karena gua juga pernah ngerasain hal itu. Jadi puasin aja dulu ya nangisnya. Gua pulang duluan ya."

"Tunggu...."

"Kenapa lagi Ji? "

"Lo temenin gua ya."

"Kenapa harus gua? "

"Karena cuma lo yang bisa buat gua nyaman. " ucap Fajri

"Ya udah gua temenin lo dulu. Lanjut lagi nangisnya sana. " ucap Meisya

"Mana bisa lah, ada ada aja lo. " ucap Fajri

"Gua tau apa yang bisa bikin lo happy lagi. " ucap Meisya membuka ransel sekolahnya

"Tadaaaa, gua punya coklat buat lo. "

"Coklat? "

"Iya, biasanya kalau gua lagi sedih pasti makan coklat. Terus nanti happy deh. Nih lo makan. " ucap Meisya memberikan coklat kepada Fajri

Fajri mengambil coklat pemberian Meisya lalu membuka bungkusnya dan memakannya.

"Ternyata coklat enak juga ya. " ucap Fajri

"Iya dong pasti. "

"Pantesan lo suka banget sama coklat. Biasanya gua yang kasih coklat ke lo, sekarang kebalikannya ya. " ucap Fajri

"Gimana? Masih sedih gak? "

"Udah nggak kok, kan ada lo. " ucap Fajri menyandarkan kepalanya dipundak Meisya

"Maaf ya Sya karna gua pernah egois memaksa lo untuk menjadi orang lain. Gua harus bisa belajar mencintai orang apa adanya."

"Jangan diulang lagi ya. "

"Maaf juga karena gua gak bisa anggap lo lebih dari sahabat. Gua hanya takut jika nanti kita pacaran dan putus, hubungan kita malah jadi renggang. Gua gak mau semua itu terjadi. " ucap Fajri

"Gua paham kok, ya gua nya aja yang salah bisa bisanya suka sama sahabat sendiri. " ucap Meisya

"Lo gak salah kok, yang namanya perasaan kan memang harus diungkapkan. " ucap Fajri

"Ya setidaknya gua jadi lebih lega. Benar ya kata lo, perasaan harus diungkapkan. " ucap Meisya

Fajri terdiam mengingat perkataannya. Apakah dirinya harus jujur dan mengungkapkan perasaannya kepada Meisya?

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang