1

26.1K 1.4K 63
                                    

"Angi, kamu kapan pulang?"

"Tahun depan Ma," jawab seorang wanita yang sedang berjalan di bawah hujan deras sambil menggunakan payung.

"Kamu enggak bawa mobil, kaya suara hujan deras banget?"

"Nanti Angi telpon Mama lagi ya."

Cepat cepat perempuan bernama Pelangi Cinta Bimantara yang biasa di panggil Angi itu menutup telepon Mamanya karena ia melihat seorang pria yang tergeletak di depan ruko. Cepat-cepat Pelangi menghampiri pria itu. Ketika ia sudah ada di dekat pria itu, ia bisa melihat darah yang sudah bercampur air hujan. Laki laki yang sudah tergeletak pingsan tak berdaya ini sungguh sudah sangat pucat, cepat cepat Angi menelpon ambulance, tidak sampai 15 menit kemudian, laki laki itu sudah berada di dalam ambulance bersamanya.

"Bist du sein Bruder?*" (*Anda saudaranya?)

"Nein. Ich habe ihn am Straßenrand liegend gefunden," kata Angi sambil terus melihat sang tenaga medis memberikan pertolongan semampunya kepada pria itu.
(*Bukan. Saya menemukan dia sudah tergeletak di pinggir jalan)

Angi hanya berdoa semoga saja pria itu masih bisa tertolong karena darah yang keluar dari tubuhnya begitu banyak.
Hingga tidak lama setelahnya Angi sampai di sebuah UGD rumah sakit di Jerman. Sang pria tersebut ternyata tidak membawa identitas apalagi handphone. Mau tidak mau, Angi lah yang harus menjamin semua biaya pria itu. Angi bersyukur bahwa saldo di rekeningnya masih mencukupi untuk DP rumah sakit tersebut.

Beberapa saat kemudian, Angi di panggil oleh seorang dokter yang menjelaskan bahwa laki laki itu sudah kehilangan banyak darah dan saat ini kondisinya sedang kritis. Sungguh Angi heran bagaimana di negara ini masih ada korban penusukan seperti ini.

Menuruti saran dokter tersebut Angi menunggu sang pria tak beridentitas tersebut di luar ruang ICU. Jika malam ini ia bisa melewati semua ini, berarti mamang dia di beri kehidupan kedua oleh Tuhan. Walau Angi tidak mengenal pria itu, tapi tetap saja jiwa kemanusiaannya tidak bisa ia abaikan, ia tetap menunggu pria itu di selingi ibadah sepertiga malamnya di rumah sakit ini.
Bahkan Angi menunggu pria itu dengan duduk di kursi tunggu depan ruangan ICU.

Pacar bukan, keluarga juga bukan. Kok gue segininya banget.

keluh Angi dalam hati dan pelan pelan ia menutup matanya karena ia sudah tidak bisa menahan kantuk. Malam ini, ia tidur dengan duduk di kursi tunggu, menunggu seorang pria tak dikenal yang sedang berjuang antara hidup dan mati di dalam ruang ICU.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda para pria yang menggunakan setelan resmi hitam sibuk mencari bos mereka yang terakhir mereka lihat berada di kasino miliknya. Namun ia pergi keluar tanpa membawa handphone dan dompetnya. Sungguh sesuatu di luar kebiasaan bos mereka.

Johannes Hamann, Sorang pria berusia 37 tahun yang merupakan seorang pengusaha rumah bordil sekaligus kasino kelas atas di negara ini. Hidupnya ia abdikan untuk menimbun harta, karena ia sejak lahir sudah di buang orang tuanya di panti asuhan, hingga akhirnya setelah ia selesai menempuh pendidikannya, ia mulai bekerja apapun untuk menghidupi dirinya. Siapa sangka setelah lebih dari 15 tahun ia berjuang, akhirnya ia memiliki kemewahan dunia. Usaha kasino yang cukup terkenal di tambah rumah bordil yang melayani para pria kalangan atas.

Johannes yang biasa di panggil Joe adalah pria yang tidak mempercayai cinta apalagi ketulusan. Itu pula lah yang membuatnya tidak menikah hingga saat ini. Bahkan ia memilih tidak memiliki hubungan apapun dengan para wanita. Jika ia menginginkan sentuhannya, cukup ia datang ke rumah bordilnya.

Biasanya ia akan "mengetes" terlebih dahulu para wanita yang akan ia pekerjakan dengan "test Drive" di atas ranjang. Bila ia merasa puas dengan "pekerjaan" wanita itu, maka ia akan mengangkatnya sebagai karyawanya. Gaji yang akan para wanita itu terima pun sangat layak bahkan bonus yang besar bila ia bisa melewati target yang di tetapkan.

Ich Liebe Dich (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang