Angi memilih untuk tetap dalam posisi tiduran di ranjang sambil mendengarkan ocehan sang Mama dan sesekali adalah ocehan sang Papa. Angi memutar kedua bola matanya ketika mendengar sang Papa mengabsen segala keburukan Joe menurut versinya.
"Angi, Papa nggak mau ya, kamu punya pasangan pemilik casino apalagi dia juga memiliki rumah bordil."
"Pa, Joe bukan pasangan apalagi pacar. Nggak perlu Papa sampai sebegitu stressnya."
"Kalo dia bukan pacar atau pasangan, kenapa kamu rela menyelamatkan dia dan mempertaruhkan nyawa kamu untuk dia? Kamu bukan kucing yang punya nyawa banyak."
Angi tidak tau harus menjawab apa, apa yang dia lakukan untuk menyelamatkan Joe adalah sebuah reflek dari dalam dirinya.
"Aku bakalan kaya gitu juga, Pa, walau bukan Joe yang ada dalam situasi tersebut."
"Ngi, Papa nggak mau kamu kenapa-kenapa. Cuma kamu anak Mama sama Papa. Harapan kami satu-satunya."
"Pa, jangan terlalu banyak berharap sama aku."
"Kenapa?"
"Sejujurnya aku nggak tau apakah aku ini bisa di harapkan atau tidak. Aku tidak ada keinginan menikah, bahkan kemarin aku ingin kembali ke sisi Raja selamanya dan nggak mau pulang ke sini lagi."
Seketika Dimas Bimantara menutup mulutnya dan menatap sang anak. Begitupula dengan Eliza. Mereka berdua shock mendengar kata-kata sang putri.
"Raja?" Desis sang Mama pelan.
"Iya, Ma. Aku ketemu dia. Aku nggak mau pulang, tapi dia maksa aku pulang. Kata dia ada seseorang yang diciptakan Tuhan untuk menemani aku. Walau aku nggak tau siapa dia sekarang."
"Mateo?" Desis Eliza pelan.
"I don't know, Ma."
"Nggak mungkin Joe, kan, Ngi?"
"Aku juga nggak tau, Ma. Raja nggak mau ngasih tau siapa dia. Katanya itu rahasia kehidupan."
"Andai itu Joe, apa yang akan kamu lakukan?" Kini Dimas Bimantara mulai turut andil dalam pembicaraan ibu dan anak ini.
"Andai itu Joe, Pa?" Tanya Angi mengulangi pertanyaan sang Papa.
"Iya, apa yang akan kamu lakukan?"
Angi menghela nafasnya. Memang sejak ia masih kecil, orangtuanya selalu memancingnya untuk berfikir bahkan terkadang tantang hal-hal seperti ini yang belum terlintas di kepalanya.
"Karena Joe seorang agnostik, maka kalo benar itu dia. Dia harus seiman dulu."
"Okay, lalu tentang pekerjaannya?" Dimas Bimantara terus bertanya kepada sang putri.
"Aku nggak akan suruh atau paksa dia meninggalkan usaha casino dan rumah bordilnya."
Satu detik....
Dia detik....
Tiga detik....
Dimas Bimantara dan Eliza Raharja diam hingga akhirnya mereka berdua kompak untuk menyuarakan satu kata, "what?!"
"Iya, Pa. Kita realistis saja. Berapa banyak orang yang hidup dan menjadi karyawan Joe di rumah bordil dan Casino? Andai Joe meninggalkan semua itu dengan menutup atau menjual, belum tentu semua akan berjalan sama seperti saat ini. Andai Joe punya 1000 karyawan dan mereka semua telah menikah serta memiliki satu anak, bukankah sama artinya Joe sudah menghidupi 3000 orang, Pa?"
"Lalu apakah kamu mau di beri makan dengan uang haram?"
"Papa, Mama, Tuhan itu maha melihat semua yang kita lakukan di dunia ini. Nggak perlu Mama sama Papa menjelekan Joe sampai seperti ini. Manusia itu abu-abu. Begitupula Joe, Angi yakin, dia tetap ada sisi baiknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich Liebe Dich (END)
ChickLitJohannes Hamann Seorang pria yang nemiliki usaha rumah bordil dan kasino. Ia tidak percaya pada kata-kata yang bernama cinta serta ketulusan. Pelangi Cinta Bimantara Seorang wanita yang masih mencintai kekasihnya bahkan ketika sang kekasih telah men...