34

4.8K 919 82
                                    

Selamat malam...
Mohon maaf mamak baru update hari ini karena masih bapil dan kurang enak badan.

Terimakasih sudah sabar menunggu. Akhir kata mamak ucapkan selamat membaca teman teman😊🙏

***

Joee menatap berkas-berkas yang harus ia cek dan tanda tangani dengan tatapan malas. Sungguh, ia tidak tahan untuk segera meluncur ke tempat Angi berada saat ini. Tidak pernah Joe duga dalam hidupnya bahwa ia akan menjadi seorang budak cinta alias bucin kepada seorang wanita. Lebih apesnya lagi, wanita itu adalah Angi. Angi yang cuek, tidak peduli padanya bahkan sering mengabaikannya. Andai saja Angi adalah wanita yang silau dengan berbagai hadiah mahal, tentu saja Joe tidak akan ambil pusing seperti ini.

Lekas saja Joe menelepon Allan untuk datang ke ruang kerjanya. Ia meminta Allan untuk menyiapkan pekerjaan seminggu ke depan besok pagi karena ia ingin cuti panjang. Ia ingin melihat Angi dan mempelajari apa itu puasa. Allan yang menerima perintah dari Joe hanya bisa membelalakkan matanya. Baginya ini salah satu permintaan gila Joe, sayangnya ia tidak kuasa menolak karena wajah Joe yang terlihat sedang tidak ingin didebat. Segera saja Allan keluar dari ruangan Joe dan mendistribusikan pesan Joe kepada para kepala divisi di perusahaan.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Angi sedang duduk bersama kedua orangtuanya di ruang keluarga sambil menonton tayangan Netflix. Angi yang masih fokus kepada apa yang ia lihat tidak memperhatikan kedua orangtuanya yang sejak tadi memperhatikan cincin bunga Daisy di jari manis Angi. Saat film selesai dan Angi akan kembali ke kamarnya, akhirnya Dimas Bimantara memanggilnya.

"Angi," panggil Dimas kepada sang putri.

"Ya, Pa? Ada apa?"

Dimas lalu kembali memperhatikan jari manis Angi. "Cincin kamu bagus. Beli di Dubai?" Pertanyaan konyol namun Dimas sudah penasaran dengan jawaban Angi.

Kini Angi tidak jadi beranjak dari sofa dan justru duduk menghadap ke Dimas dan Eliza.

"Ini?" Tanya Angi sambil mengangkat kedua tangannya.

"Iya. Setau Papa sama Mama, kamu nggak punya cincin kaya gitu."

"Nggak beli kok, Pa. Ini aku di kasih sama orang."

"Siapa?" Tanya Eliza.

Angi tampak berfikir, apa yang harus ia jawab. Apakah ia harus menjawab jika ini adalah cincin dari Joe tetapi hasil hibah dari Kimaya? Tentunya Joe akan memiliki nilai negatif kembali di depan orangtuanya.

"Dari Joe," jawab Angi singkat.

Dimas dan Eliza tampak tersenyum bahagia. Akhirnya doa-doa yang mereka panjatkan kepada Tuhan selama ini sudah di ijabah. Entah siapa pun yang akan di jadikan suami oleh Angi kelak, setidaknya ada harapan jika Angi akan menikah dan memiliki anak.

Eliza segera bangkit dari sofa yang ia duduki dan menuju ke sofa disebelahnya tempat Angi duduk. langsung saja ia memeluk sang putri dengan erat. "Selamat ya, Sayang. Akhirnya kamu punya pasangan lagi. Btw, kapan Joe datang ke sini melamar kamu di depan keluarga?"

Alamak....
Angi belum pernah membicarakan hal ini dengan Joe. Jangankan membicarakan tentang lamaran di depan keluarga, membicarakan tentang diri mereka berdua agar saling mengenal saja tidak pernah mereka lakukan layaknya pasangan pada umumnya.

Angi hanya tersenyum, "aku belum ada pembicaraan ke arah sana, Ma sama Joe," jawab Angi setelah sang Mama mengurai pelukannya.

"Lho kok gitu. Memangnya kenapa?"

"Kerjaan Joe masih banyak, Ma."

Kini Dimas Bimantara kembali menatap sang putri. "Angi, apa Joe sudah jadi membuka bisnis angkringan di Jerman?"

Ich Liebe Dich (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang