71

10.9K 1K 87
                                    

Joe menatap Angi yang memilih menyelimuti tubuhnya dengan menggunakan handuk pantai saat mereka sedang berjemur di pantai Kuta. Bagi Joe ini sesuatu yang aneh karena toh kebanyakan orang pergi ke tempat ini untuk berjemur agar mendapatkan kulit yang eksotis, kenapa Angi justru menyelimuti tubuhnya dengan handuk.

"Ngi, bukalah handuknya. Kita lagi berjemur."

"Ibarat jemuran aku udah kering kerontang, Joe. Tinggal diangkat aja."

Joe hanya tertawa cekikikan mendengar komentar Angi ini.

"Iya, tapi kenapa kamu selimutan handuk terus?"

"Ya gimana, lulusan negri Talokan mana kuat sama panas dan lama-lama di darat."

Joe menghela napas dan mengambil handuk yang menutupi tubuh Angi. Sambil membukanya, Joe berujar, "bilang aja kamu takut kulit kamu jadi hitam. Padahal asal kamu tau aja, Ngi, kulit kamu ini eksotis parah."

Kini saat Joe mengambil handuk yang menyelimuti tubuhnya, Angi merasa malu. Bukan malu karena ia menggunakan bikini tapi ia malu karena sisa-sisa kebejatan Joe kepada dirinya sejak kemarin bisa terlihat dengan jelas. Beberapa kissmark menghiasi tubuh bagian depannya.

"Joe, aku malu."

"Ini kamu bikin tanda banyak banget."

Joe hanya nyengir dan memeluk Angi.

"Tanda ini bikin cowok-cowok yang mau deketin kamu tau kalo kamu sudah nggak available."

Angi hanya menoleh ke sisi Kanan dan ia bisa melihat wajah Joe yang sudah dekat dengan wajahnya. Angi tatap wajah Joe dan ia tersenyum kecil.

"Makasih ya, Joe tapi aku rasa mereka lihat muka kamu aja udah ngeri duluan. Sekarang aku mau balik ke villanya Mas Ervin." Angi berusaha mengurai pelukan Joe pada tubuhnya lalu ia bangkit berdiri dan mengambil handuk kembali untuk menyelimuti tubuhnya.

Melihat Angi yang sudah berjalan meninggalkannya, Joe segera bangkit berdiri dan membereskan semua barang-barang mereka. Sepertinya semacho machonya laki-laki akan tiba waktunya ia membawa tas wanita, dan kini hal ini tengah terjadi kepada Joe. Lucunya entah kenapa ia tidak merasa malu atau risih ketika membawa semua barang-barang Angi ini.

Setelah mereka berganti pakaian, Joe mengajak Angi menuju ke parkiran motor.

"Joe, aku aja yang di depan."

"Warum?" Tanya Joe dengan kening berkerut.

"Kamu naik motor kaya emak-emak, Joe. Aku ngeri. Udah aku aja yang di depan."

Entah kenapa hati Joe tersentil ketika mendengar perkataan Angi ini.

"No. Aku yang di depan. Imam itu di depan, makmum di belakang."

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik....

Angi hanya diam dengan mulut sedikit ternganga. Bagaimana bisa Joe mengatakan hal seperti ini kepadanya.

"Let's go, Ngi. Kita cari kebaya merah."

Angi mengernyitkan keningnya.

"For what?"

"Mau saingan sama yang lagi viral."

Buugg....

Angi menepuk lengan Joe yang membuat Joe tertawa. Kini dengan terpaksa Angi menaiki motor yang mereka sewa dan harus puas menjadi penumpang.

Sepanjang jalan, Angi tidak henti-hentinya berdoa karena Melihat bagaimana Joe berkendara. Mungkin karena di Jerman mereka jarang mengendarai motor dan lebih sering menggunakan mobil atau bahkan transportasi umum yang membuat Joe menjadi kikuk seperti ini. Sungguh, andai saja keluarganya melihat bagaiman Joe berkendara, tentunya mereka tidak akan melepas Angi begitu saja hanya dengan Joe berdua saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ich Liebe Dich (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang