Sekitar satu jam Joe mengamati Angi yang tertidur dengan pulas, akhirnya rasa kantuk menyerangnya. Mengingat tidur di kursi tidak terlalu nyaman untuk tubuhnya yang tinggi besar, maka ia berjalan ke sisi ranjang yang kosong dan segera merebahkan dirinya di sana. Ia memposisikan tubuhnya untuk miring menghadap ke Angi. Ia belai rambut wanita yang menolaknya untuk tinggal bersama tanpa ikatan itu. Mungkin Angi bukan wanita seksi dan bisa membuat gairah Joe langsung bangkit ketika di dekatnya, namun berada di dekat Angi seperti ini mampu membuat Joe merasakan kedamaian dunia yang ia cari selama ini. Perasaan tentram dan nyaman seolah Angi adalah rumah bagi jiwanya yang kosong dan tidak memiliki arah tujuan ini.
"Warum kannst du mich zu so einem Mann machen?*" Gumam Joe sambil membelai rambut hitam panjang Angi. Joe harus menutup matanya berkali kali karena wangi shampo yang Angi gunakan, namun tangannya tidak bisa berhenti membelai rambut Angi yang halus. (*kenapa kamu bisa membuatku menjadi pria seperti ini?)
Lama Joe menatap Angi yang tertidur hingga kantuk membuatnya mengikuti Angi untuk menapaki alam mimpi.
🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah jendela kamar membangunkan Angi dari tidur panjangnya. Matanya mengerjap beberapa kali dan tangannya ia gunakan untuk menghalau sinar matahari yang menyilaukan matanya. Setelah merasakan kesadarannya mulai terkumpul ia mengamati kamar tidur mewah dengan dominasi warna hitam ini. Angi membelalakkan matanya ketika menyadari ini bukan kamarnya.
Segera ia menoleh ke samping dan menemukan Joe sedang tidur dengan pulasnya di sampingnya. Ia berusaha untuk tidak berteriak dan menundukkan kepalanya berharap bahwa ia masih memakai pakaian yang lengkap. Angi menghela nafasnya ketika melihat ia masih menggunakan pakaian lengkap seperti semalam.
Satu satunya yang tidak ia mengerti dan butuh penjelasan dari Joe adalah bagaimana ia bisa sampai ke tempat ini dan lebih apesnya lagi mereka tidur seranjang berdua. Angi bangun dari posisi tidurnya dan langsung memukul lengan Joe dengan sekuat tenaganya.
"Weck Joe auf!*," bentak Angi tanpa ragu kepada Joe. (*Bangun Joe!)
Joe yang kaget langsung bangun dari tidurnya. Pagi ini yang ia lihat untuk pertama kali ketika membuka matanya adalah wajah Angi yang sudah siap perang.
"What happened?" Tanya Joe dengan nada kebingungan.
"Wie kann ich hier sein?*" Kata Angi dengan berapi-api. (*bagaimana bisa aku ada di sini?)
Joe hanya menghela nafasnya dan kini ia berusaha untuk bangkit dari ranjang. Joe segera menjauhi Angi dan berjalan menuju ke sofa yang ada di dalam kamarnya. Kemudian ia duduk di sana dengan santainya.
"Du wurdest mir gerade von Nick verkauft*," Kata Joe sambil menatap Angi yang sudah beranjak dari ranjang dan segera mencari tasnya. (*kamu baru saja di jual oleh Nick kepadaku.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich Liebe Dich (END)
ChickLitJohannes Hamann Seorang pria yang nemiliki usaha rumah bordil dan kasino. Ia tidak percaya pada kata-kata yang bernama cinta serta ketulusan. Pelangi Cinta Bimantara Seorang wanita yang masih mencintai kekasihnya bahkan ketika sang kekasih telah men...