Mohon maaf ya, mamak ijin nggak update dulu karena dari pagi bangun tidur tole batuk dan muntah lagi. Jika nantinya ada update di karyakarsa ataupun dari Fizzo itu karena sudah di jadwalkan tayang sebelum pagi ini.
***
Sejak semalam Angi terus mencari Joe bersama supir Papanya. Ia membagi tugas bersama Shara dan Adam. Tidak ada hasil dalam pencariannya kali ini. Bahkan setelah ia melaksanakan kewajibannya untuk mengucap puji syukur kepada Tuhan, Angi baru bisa menutup matanya. Layaknya musafir, Angi tertidur di masjid. Sang supir yang melihat itu semua memilih menunggu Angi di mobil. Menurutnya memberikan waktu kepada anak majikannya untuk mengistirahatkan badan serta pikirannya tidak ada salahnya. Karena lelah juga menyapanya akhirnya supir Papa Angi tersebut mencoba untuk tidur agar ia kembali fresh saat menyetir lagi nantinya. Entah berapa lama it tertidur di mobil dengan pintu kaca terbuka, tiba-tiba ia terbangun ketika mendengar Handphone milik Angi berdering. Bagaimanapun ia tidak bisa asal mengangkatnya karena bukan kapasitasnya untuk membuka tas Angi dan mengambil handphonenya.
Segera saja ia turun dari mobil dan baru ia sadari jika kini sudah terang benderang. Ia turun sambil membawa tas Angi. Saat ia berjalan telepon itu sudah dimatikan oleh si penelepon. Pelan-pelan sang supir membangunkan Angi yang tampak wajahnya masih lelah.
"Mbak, ini dari tadi handphonenya bunyi terus," Kata si supir.
Angi segera bangun dari karpet masjid yang baru saja ia tiduri dan mengucapkan terimakasih kepada sang supir.
"Makasih ya, Pak."
"Iya, Mbak. Saya tunggu di luar."
Angi hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kini setelah sang supir meninggalkannya, ia membuka tasnya dan menemukan lima panggilan tidak terjawab dari Shara. Entah kenapa Angi menjadi ketakutan sendiri. Segera saja Ia menghubungi Shara balik.
Tuttt....
Tutt.....
Tuttt ...
Telepon itu masih tidak di angkat oleh Shara yang membuat Angi beralih mencoba menghubungi Adam. Untung saja pada deringan ke dua telepon itu sudah di angkat sepupu gilanya itu.
"Assalamualaikum, Nyet."
"Waalaikum salam, Ngi. Ngi, Lo buruan ke sini. Joe sudah ketemu, hidup tapi gue nggak tau gimana keadaannya."
"Lo di mana sekarang?"
"Di dalam ambulance."
Ya Tuhan,
Kenapa jawaban cepat Adam tidak memberikan suatu informasi yang berharga di kala dirinya sedang kacau seperti ini."Maksud gue daerahnya."
"Duh, gue nggak hafal. Nanti gue share lokasi rumah sakitnya. Ini barusan masuk ke halaman rumah sakit."
"Okay. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Setelah Adam menutup teleponnya, Angi segera bangkit berdiri lalu ia bergegas menuju ke mobil sang Papa. Saat ia tiba di depan mobil, Adam sudah mengirimkan lokasinya berada saat ini. Angi segera menyebutkan lokasi itu kepada sang supir dan mereka segera meluncur ke sana.
Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Adam dan Shara sedang menunggu tindakan medis yang berikan kepada Joe di rumah sakit dengan perasaan harap-harap cemas. Apalagi yang menjadi penanggung jawab saat ini adalah Adam.
"Nyet, si Joe bakalan baik-baik aja kan?" Bisik Shara di dekat telinga Adam.
"Banyak-banyak berdoa aja," jawab Adam tidak kalah berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich Liebe Dich (END)
ChickLitJohannes Hamann Seorang pria yang nemiliki usaha rumah bordil dan kasino. Ia tidak percaya pada kata-kata yang bernama cinta serta ketulusan. Pelangi Cinta Bimantara Seorang wanita yang masih mencintai kekasihnya bahkan ketika sang kekasih telah men...