27

5.1K 931 45
                                    

Joe keluar dari mobil dan menatap rumah modern minimalis yang ada di depannya. Segera saja ia mencoba menghubungi Angi, namun tidak diangkat walau sudah beberapa kali ia mencoba meneleponnya. Karena itu akhirnya Joe memilih untuk masuk ke area pekarangan rumah dan berjalan menuju ke pintu utama. Kini Joe langsung memencet bel rumah tersebut dan Joe harus menelan ludahnya ketika melihat Kimaya yang justru membukakan pintunya. Sungguh, wanita ini terlalu seksi. Bahkan penampilannya mirip dengan para pekerja rumah bordil miliknya. Joe yakin hubungan Risnawan dengan Kimaya bukan hubungan biasa. Pasti ada sesuatu diantara mereka berdua. Laki-laki normal mana bisa mempertahankan imannya jika setiap hari berada di dekat wanita seperti Kimaya. Apalagi ini Risnawan yang Joe tau telah bercerai dari istrinya.

Tanpa basa basi Joe langsung menanyakan keberadaan Angi. Namun Kimaya justru menyuruhnya untuk langsung masuk dan menuju ke kamar Angi. Sudah cukup dua kali dirinya berada dalam keadaan yang membuatnya mendapatkan penilaian negatif dari orangtua Angi, karena itu Joe menolak free pass dari Kimaya tersebut.

Tidak lama kemudian, Risnawan keluar dari ruang kerjanya dan Joe bersyukur kepada Tuhan karena kini ia memiliki teman bicara.

"Sudah coba hubungi Angi?"

Joe hanya menganggukkan kepalanya. "Sudah, tapi tidak diangkat."

Risnawan hanya menghela nafas dan meminta Kimaya untuk memanggilkan Angi. Beberapa saat Joe menunggu Kimaya, namun ternyata saat Kimaya turun ia hanya mengatakan jika Angi tidak membuka pintu kamarnya. Risnawan yang tau bagaimana rapuhnya Angi dulu ketika Raja meninggal langsung terlihat panik. Ia segera mencari kunci duplikat di laci kamarnya dan menaiki tangga menuju lantai dua, tempat di mana kamar Angi berada. Joe hanya bisa mengikuti Risnawan karena Risnawan yang mengajaknya untuk naik ke atas.

Kini saat tiba di depan kamar Angi, Risnawan segera membuka pintu tersebut dan kini Risnawan baru bisa bernafas lega ketika mendapati Angi sedang tidur dengan posisi memeluk guling. Melihat Angi tertidur, Joe hanya bisa tersenyum. Angi yang tidur dengan memeluk guling begitu erat bahkan kakinya ia naikkan di atas guling sungguh jauh dari kesan feminim.

"Joe, silahkan kamu bangunkan sendiri."

Seketika Joe menggelengkan kepalanya. Jangan sampai, jangan sampai Angi berfikir yang tidak-tidak tentangnya.

"Tolong temani saya."

Risnawan dan Kimaya mengernyitkan keningnya.

"What?" Desis Kimaya pelan.

Joe hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia tidak ingin menceritakan alasannya kepada Risnawan dan Kimaya karena menurutnya itu adalah salah satu aib di hidupnya yang tidak akan pernah mau ia ungkit atau ceritakan kembali kepada orang lain.

"Tolong tunggu di sini. Saya tidak mau Angi berfikir yang tidak-tidak tentang saya."

Walau di dalam otak Kimaya ia telah menyimpan seribu pertanyaan tentang penuturan Joe, namun ia urung mengeluarkan rasa ingin taunya itu karena Risnawan telah menganggukkan kepalanya.  Setelah memastikan bahwa Kimaya serta Risnawan tidak akan meninggalkannya di sini, Joe segera berjalan mendekati Angi. Pelan-pelan Joe membangunkan Angi hingga akhirnya Angi membuka matanya.

Oh shitt!!

Angi bukanlah wanita pertama yang ia lihat dalam keadaan yang seharusnya terlarang untuk dilihat, namun pada kenyataannya kini Joe melihat Angi membuka mata dengan bonus aliran sungai yang mengering di dekat bibirnya. Kini Joe hanya bisa tertawa kecil ketika melihat hasil prakarya Angi yang telah tertuang di atas guling.

"Ngi, bangun," kata Joe di sela-sela tawanya.

Angi mengucek matanya dan ia segera bangkit untuk duduk di atas ranjang. Joe berfikir Angi akan menganggapnya masuk ke wilayahnya tanpa ijin, sehingga ia sudah menyiapkan diri andai Angi akan melemparnya dengan bantal, guling bahkan mungkin lampu tidur yang ada di dekat ranjang.

Ich Liebe Dich (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang