Selamat malam,
Buat kalian yang tadi sudah mendukung mamak di Karyakarsa (Best Friend With Benefits Part 39-42) karena tidak ada satupun yang mendapatkan potongan dari Voucher Karyakarsa, Insyaallah besok mamak Update Part 43 di bawah Part 42 ya, secara gratis 😊🙏Untuk yang mengikuti on going Seducing Mr. Julien di Fizzo tetap ikuti kelanjutannya, ya... Kita lagi mulai "hot-hot"-nya sekarang dan lagi masuk konflik✌️😁
Akhir kata Mamak ucapkan selamat membaca kelanjutan kisah Angi dan Joe. Silahkan comment ketika menemukan typo. Terimakasih 😊🙏
***
Joe menatap Angi yang sedang menyetir sambil tertawa cekikikan dengan pandangan kesal. Bahkan Angi sejak tadi berkali kali membuka mulut di depannya. Untuk pertama kalinya Joe sangat tidak menikmati ketika Angi berada dekat dengannya.
"Mouth wash kamu sebaiknya diganti aja?"
"Warum?" Tanya Angi tanpa merasa berdosa. (*Kenapa)
Joe hanya menggelengkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Angi. Tidak sadarkah Angi jiwa napasnya bau naga?
"Joe, kamu tau nggak. Mouth wash aku ini memiliki beberapa manfaat. Mulai dari mengenyangkan perut, plus masih bisa jadi parfum kamar mandi yang khas."
Setelah mengatakan itu Angi langsung tertawa cekikikan. Joe tidak pernah tau jika Angi ternyata tidak sekalem, seanggun dan selugu dugaannya selama ini. Benar kata orang jika darah lebih kental daripada air, karena terbukti jika Angi memiliki kelakuan 11-12 dengan sepupunya, Adam.
Tidak lama kemudian mereka tiba di sebuah puskesmas. Saat tiba di sana, ternyata pendaftaran sudah ditutup karena mereka datang lebih dari pukul 12 siang. Ketika Joe memaparkan raut wajah kecewa, namun tidak dengan Angi yang justru tersenyum bahagia karena rencananya berhasil. Ia sengaja berangkat siang agar ia tidak harus bertemu dengan jarum suntik.
"Joe, kapan-kapan lagi aja kita ke sini. Sekarang kita pulang lagi."
Joe yang mendengar perkataan Angi kini tersenyum kecil. Ia tau jika Angi sedang berusaha menghindar dari kewajibannya untuk melakukan vaksin TT. Sebuah ide brilian muncul di benaknya. Jika Angi berpikir bahwa ia bisa mengerjai dirinya tanpa menerima pembalasan tentunya salah besar.
"Iya, kita ke sini kapan-kapan tapi sekarang kita ke rumah sakit dulu."
Deg....
Jantung Angi seakan menabrak tulang rusuknya ketika mendengar ajakan Joe ini.
"Mau ngapain?"
"Suntik TT. 'Kan itu tujuan kita."
Mampus....
Angi mengumpat di dalam hatinya ketika mendengar penuturan Joe ini.Angi hanya nyengir mendengar ini semua. Otaknya terus berusaha mencari alasan yang bisa ia berikan kepada Joe, namun dirinya mau tidak mau harus mengalah tatkala Joe sudah mendorong punggung belakangnya pelan untuk keluar dari halaman puskesmas dan menuju ke tempat parkiran mobil.
"Let's go." Kata Joe sambil membuka pintu mobil penumpang depan.
Melihat apa yang Joe lakukan, Angi hanya bisa menghela napasnya. Ia berharap bahwa setelah melakukan suntik TT ini, dirinya tidak akan meriang seperti saat ia pertama kali menerima vaksin covid. Kala itu dirinya bahkan demam dan meriang selama tiga hari.
Angi mulai melangkahkan kakinya menuju ke sisi pengemudi. Semoga saja badannya bisa menerima vaksin tersebut. Sepanjang perjalanan, Joe terus memperhatikan Angi yang diam dan wajahnya laksana prajurit yang baru saja kalah dalam peperangan. Memikirkan itu semua, Joe justru tertawa cekikikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich Liebe Dich (END)
ChickLitJohannes Hamann Seorang pria yang nemiliki usaha rumah bordil dan kasino. Ia tidak percaya pada kata-kata yang bernama cinta serta ketulusan. Pelangi Cinta Bimantara Seorang wanita yang masih mencintai kekasihnya bahkan ketika sang kekasih telah men...