65

6.3K 1K 35
                                    

Joe mencium Angi dengan begitu teratur dan pelan-pelan ia mencoba menginvasi Angi di daerah-daerah sensitif hingga Angi tak kuasa menahan gairahnya. Joe terus mencium Angi di bibir namun tangannya tak henti-hentinya meremas dan memilin kedua gunung kembar Angi yang berukuran medium ini secara bergantian.

Saat Angi sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Joe, Joe tau jika Angi sudah larut dalam aktivitas foreplay mereka. Tanpa perlu bertanya kepada Angi terlebih dahulu, Joe segera mengangkat pinggang Angi ke atas hingga akhirnya ciuman panas mereka terlepas.

"Are you ready?" Tanya Joe kepada Angi saat Angi sudah melingkarkan kedua kakinya di pinggang Joe dan kedua tangan Angi semakin erat memeluk leher Joe.

Sambil menatap suaminya dalam-dalam, Angi menganggukkan kepalanya dengan keyakinan penuh. Anggukan kepala Angi itu membuat Joe menghela napas panjang.

Astaga....
Angi mempercayainya di saat dirinya sendiri tidak bisa mempercayai apa yang mungkin mampu ia lakukan terhadap tubuh Angi, mungkin saja ia akan menyakiti Angi tanpa ia sadari setelah ini. Angi yang masih polos dan hijau tentang urusan silaturahmi di atas ranjang ini mempercayakan semuanya kepada dirinya? Bukannya merasa bangga, yang ada justru Joe merasa malu bercampur takut dibuatnya.

"Angi, aku nggak yakin kalo aku tidak akan menyakiti kamu setelah ini."

Angi hanya tersenyum dan langsung memajukan kepalanya hingga bibirnya mendarat di atas bibir Joe. Angi mencium bibir Joe dengan begitu lembut. Joe menutup matanya dan seakan dirinya sedang menyerap keyakinan serta kekuatan dari ciuman yang Angi berikan saat ini. Ciuman yang lembut itu berhasil menyalurkan keyakinan dalam diri Joe jika ia akan mampu membimbing Angi untuk melewati tahap demi tahap penyatuan diri mereka berdua.

Joe membuka matanya ketika ia sudah mendapatkan kekuatan serta keyakinan bahwa Angi akan baik-baik saja saat melewati saat-saat paling istimewa bagi pasangan yang baru saja mengarungi berumah tangga.

Joe mulai melangkahkan kakinya menuju ke ranjang yang berukuran king ini dan ia mulai menidurkan Angi di atas ranjang. Saat Angi sudah melepaskan ciumannya dan lingkaran kakinya pada pinggang Joe, Joe mulai menegakkan tubuhnya di hadapan Angi.

Damn it!

Angi hanya mampu menelan salivanya tatkala dirinya menatap lekat-lekat tubuh Joe malam ini. Tubuh Joe tampak menggoda bagi dirinya sebagai seorang wanita normal hingga Angi mengangkat tangannya namun sayangnya tangannya tak mampu menggapai tubuh Joe.

Joe yang menyadari jika Angi ingin menyentuh tubuh bagian depannya segera membungkukkan tubuhnya dan pelan-pelan saat Angi menyentuh dadanya, ia turunkan pakaian yang Angi kenakan hingga tanpa Angi sadari jika dirinya kini telah naked di atas ranjang.

Saat Angi menyadari jika dirinya sudah naked sedangkan Joe masih tertutup sebuah handuk di pinggangnya membuat Angi malu sendiri. Apalagi kini Joe sudah kembali menegakkan tubuhnya di hadapannya. Angi langsung menundukkan pandangannya dan justru menutup bagian intinya dengan kedua tangannya.

Joe yang melihat Angi berperilaku seperti ini justru membuat libidonya pamit undur diri dari dalam dirinya.

"Warum?"

"Aku malu, Joe. Tidak ada yang istimewa dari tubuhku."

Oh my God...
Kenapa Angi menjadi insecure seperti ini di detik-detik mereka akan menyatukan seluruh partikel-partikel atom yang ada di dalam diri mereka masing-masing hingga mereka akan meledak bersama setelahnya.

Joe mengernyitkan keningnya dan kini ia lebih memilih membuka handuk yang melilit tubuhnya. Angi hanya mengangkat kedua alisnya ketika ia mendapati junior milik Joe yang sudah bangun malam ini seolah menantang dirinya.

Ich Liebe Dich (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang