Sebelum melanjutkan membaca kisah Angi dan Joe, mamak ingin tanya. Kira-kira kalo mamak nulis di Fizzo ada yang mau baca nggak?
Terimakasih bagi yang sudah mau menjawab🙏😊
***
Ceklek......
Angi membuka pintu depan rumah orangtuanya dan ternyata sepi. Tidak ada orangtuanya di rumah. Sesuatu yang sudah biasa ia jumpai sejak lahir ke dunia. Memang orangtuanya sayang kepadanya, namun tetap saja mereka akan mengutamakan bisnis. Angi tidak pernah keberatan atas hal ini karena ia tahu begitu banyak orang yang harus Mama serta Papanya ayomi di perusahaan. Justru jika perusahaan itu pailit, tentunya akan ada ratusan bahkan ribuan orang tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
"Mbak Angi sudah pulang?" Tanya asisten rumah tangga orangtuanya yang bernama Sarni.
"Sudah Mbak Sar. Mama sama Papa masih di kantor?"
"Iya kalo jam segini."
"Ya sudah, kalo begitu aku ke kamar dulu, ya."
"Nggih, Mbak."
Setelah itu Angi naik ke atas meninggalkan Sarni di ruang tengah. Ketika Angi membuka pintu kamarnya, tidak ada yang berubah sama sekali. Semua masih sama dan tertata dengan baik disana. Ia segera berjalan menuju ke kamar mandi dan mandi. Angi berharap kucuran air dari atas kepalanya hingga jatuh ke ujung jari kakinya akan membuat setiap ketakutan di dalam dirinya hilang.
Di bawah guyuran air shower, Angi memejamkan matanya dan berharap bahwa semua kenangan indah maupun buruk tentang Raja akan hilang. Kini ia sudah menerima cincin dari Joe, yang pertanda juga bahwa dirinya harus membuka hatinya. Walau belum seluruh hatinya namun setidaknya Angi telah membuka sebagian pintunya.
Hampir setengah jam Angi berada di dalam kamar mandi, akhirnya ia keluar dengan menggunakan kimono mandinya. Langkah demi langkah kaki Angi ia arahkan menuju ruang belajarnya dulu yang ada di pojokan kamar. Ia tarik kursi kerja yang beroda empat itu dan duduk di sana. Beberapa saat Angi diam dan memandang sebuah foto yang ada di sebuah bingkai, hingga akhirnya ia mengangkatnya.
Sebuah foto dirinya dan Raja tepat sehari sebelum Raja meninggal. Lama Angi memandangi foto itu hingga tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipi. Semakin lama semakin jebol tanggul air mata Angi. Entah kenapa ia selalu saja seperti ini ketika mengingat Raja. Raja cinta pertamanya, laki-laki yang berhasil menarik perhatiannya bahkan satu satunya laki-laki yang pernah Angi cita-citakan untuk menemani dirinya di atas kursi pelaminan. Namun semua harus di hancurkan begitu saja dikala cinta itu sedang membara.
Di saat dirinya sedang merenungi kisah hidupnya yang tragis, tiba-tiba handphone-nya berdering. Segera saja Angi menuju ke tasnya yang berada di sofa dekat jendela. Saat ia berhasil mengeluarkan Handphonenya, tampak Nama Joe ada di sana. Segera saja Angi mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich Liebe Dich (END)
ChickLitJohannes Hamann Seorang pria yang nemiliki usaha rumah bordil dan kasino. Ia tidak percaya pada kata-kata yang bernama cinta serta ketulusan. Pelangi Cinta Bimantara Seorang wanita yang masih mencintai kekasihnya bahkan ketika sang kekasih telah men...