013

424 93 3
                                    

Semenjak siuman dari pingsanmu. Kamu hanya termenung sembari menggeser layar kalender yang ada di ponselmu. Mendengar kabar bahwa kamu hamil membuatmu sedikit bingung.

Baiamana bisa kamu tidak merasakan tanda-tanda apapun? Bahkan seperti mual di pagi hari atau ngidam seperti ibu hamil lainnya. Bahkan kamu mengira tidak menstruasi selama 2 bulan karena faktor stress.

Terdengar helaan nafas panjang dari mulutmu. Kamu menaruh kembali ponselmu di atas meja sembari menunggu bibi Nam kembali.

Sesekali kamu menyentuh jidatmu, barangkali kamu hanya Sakit dan Bibi Nam hanya berbicara melantur tadi. Kamu yang merasa bosan di dalam kamar berjalan turun dari kasur dan duduk di dekat jendela.

Membuka jendela tersebut untuk menikmati udara dingin dari hujan yang masih terus turun. Kamu sangat menyukai suasana hujan yang sudah mulai tenang tidak ada gemuruh petir seperti tadi.

"Aduh non! Jangan duduk disitu nanti kedinginan," cegah bibi Nam.

Wanita paruh baya yang baru saja kembali dari urusan administrasi obat langsung mencegahmu dan dengan cepat menutup jendela kamarmu.

" kenapa? Ini menyegarkan," ucapmu membuka kembali jendela kamarmu.

" nanti non bisa sakit," omelnya. Dia langsung menuntunmu kembali ke ranjang dan membantumu menaikkan kakimu ke atas kasur.

"Bi, aku cuma demam. Bukan sakit keras, jangan berlebihan."

Kamu yang merasa bibi Nam terlalu berlebihan merawatmu merasa tidak enak karena sudah merepotkan wanita tersebut. Bibi Nam tak memperdulikan ucapanmu dan malah menutupi separuh tubuhmu dengan selimut tebal.

Tangan wanita tersebut menggenggam tanganmu yang membuatmu menoleh ke arahnya kebingungan.

"Kalian sudah sangat dewasa sekarang," ujarnya tiba-tiba.

Kamu langsung terkejut saat tiba-tiba bibi Nam menangis di hadapanmu. Tanganmu dengan cepat mengusap air maya yang turun dari mata bibi Nam agar tidak membasahi wajahnya.

"Bibi."

Bibi Nam langsung tertawa kecil melihatmu yang terlihat khawatir kepadanya. Bibi Nam yang masih terharu hanya bisa tersenyum sembari mengusap genggaman tanganmu.

"Ingat satu hal non. Kalian akan menjadi orang tua sekarang. Semua permasalahan pasti ada ujungnya. Turunkan ego dan gengsi kalian. Ucapan maaf memang tidak mudah di ucapkan tapi sangat berpengaruh besar bagi kehidupan."

Bibi nam mengambil nafasnya dan membuangnya secara perlahan sambil berkata," non jaga baik-baik anak itu ya. Bagaimanapun juga, dia keturunan pertama keluarga kalian"

Cklek

Pintu kamar terbuka menampakan winwin yang baru saja datang dengan sekantong obat di tangannya.bibi Nam langsung menoleh ke arahnya dan berdiri dari duduknya.

" bibi pulang dulu ya, mau ambil baju untuk besok,"pamit bibi Nam.

"Bibi," panggilmu menahan bibi Nam untuk tidak pergi.

" ingat kata-kata bibi," ucap Bibi Nam sebelum benar-benar pulang ke rumah.

Setelah bibi Nam keluar dari kamar inapmu hanya tersisa kalian berdua. Winwin yang masih berdiri di dekat pintu dan dirimu yang sibuk menurunkan ranjangmu menjadi posisi ternyaman.

"(Y/n) gu-"

Ucapan Winwin terpotong saat dirimu mengangkat tangan ke arahnya untuk mengisyaratkan dia tidak berbicara denganmu untuk saat ini.

"Besok aja, gue ngantuk,"ujarmu.

Kamu langsung menarik selimutmu dan memejamkan matamu denga cepat agar bisa tertidur nyenyak. Winwin tidak marah dengan sikapmu saat ini karena memang dia yang salah karena meninggalkanmu di kampus tadi.

ᴏᴜʀ ʟɪꜰᴇ ᴅɪꜱᴛᴀɴᴄᴇ [ᵂⁱⁿʷⁱⁿ ˣ ʸᵒᵘ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang