7. Milan

73K 1.9K 39
                                        

Sera menatap Stevan terkejut. Milan? Salah satu kota di negara Italia? Itu sangat jauh. Pikir Sera cemas.

"Ngebantah? Gue pecat lo." Ancam Stevan terdengar arogan membuat Sera takut dengan ancaman Stevan.

Stevan memang memiliki perjalanan bisnis ke Milan, dan Sera baru mengetahuinya hari ini. Stevan sengaja membawa Sera dengan alasan Sera sekretarisnya padahal semua urusannya sudah ditangani oleh Ben tangan kanannya. Stevan hanya berpikir, mungkin sekalian honeymoon? Pikir Stevan.

"Berapa hari kak?" Tanya Sera takut menatap Stevan yang sedang menatap ipad di tangannya. Habis bercinta pun Stevan masih sempat-sempatnya bekerja membuat Sera heran.

"Satu minggu." Jawab Stevan tanpa mengalihkan pandangannya.

Sera mengerucutkan bibirnya, lama sekali. Pikir Sera kesal.

Sera kembali merebahkan tubuhnya, memunggungi Stevan lalu menaikkan selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Rasa sakit akibat perbuatan Stevan sudah bisa diterima oleh tubuhnya membuat Sera merasa terbiasa. Sera memejamkan matanya merasakan jantungnya yang selalu berdegup cepat jika berdekatan dengan Stevan.

Sera menegang merasakan selimutnya diturunkan, dan kecupan di punggung serta bahunya kembali terasa. Sera yakin Stevan menginginkannya lagi, Sera harap Stevan tak terlalu lama karena besok mereka akan berangkat ke Milan dan Sera pasti akan kelelahan.

**

Angin berhembus kencang tepatnya di bandara landasan pribadi di kota Milan negara Italia. Seorang perempuan yang baru turun dari pesawat itu terlihat sedikit berantakan, karena ulah seorang pria yang memakai kacamata hitam bertengger manis di hidung runcingnya.

Seorang pria paruh baya dengan postur tubuh dan wajah khas orang barat itu menghampiri Stevan menyambutnya dengan ramah.

"Benvenuti dall'italiano Mr Stevan (Selamat datang di Italia tuan Stevan)." Sapa seorang pria paruh baya itu ramah.

"Grazie Jack (Terima kasih Jack)." Balas Stevan tersenyum ramah pada pria paruh baya bernama Jack itu.

Sera mengerucutkan bibirnya kesal, Stevan kenapa ramah sekali pada orang lain? Sedangkan pada dirinya begitu berbeda, Stevan menjadi angkuh, arogan, dingin dan kasar membuat Sera selalu merasa sakit hati.

"chi è questa bella signora Mr Stevan? è la tua futura moglie? (Siapa wanita cantik ini tuan Stevan? Apakah calon istrimu?)" Tanya Jack sembari menatap Sera ramah.

Stevan tersenyum smirk ia merengkuh pinggang Sera posesif "Sì, è la futura madre dei miei figli. (Ya, dia adalah calon ibu dari anak-anak saya)" Balas Stevan membuat Jack menatapnya takjub sekaligus tak percaya.

Sera menggigit bibir bawahnya gugup kenapa pria paruh baya itu menatapnya begitu takjub. Sebenarnya apa yang mereka bicarakan? Membuat Sera merasa sangat penasaran.

"Buona giornata. (Semoga harimu menyenangkan)" Kata Jack menatap Stevan berbinar. Ia sangat bahagia mendengar kabar berita ini dari Stevan yang sudah mempunyai calon istri.

Stevan mengangguk tersenyum, lalu pergi dari sana dengan Sera yang masih setia ia rengkuh posesif sampai mendekati mobil mereka.

Sera menatap keluar jendela mobil, sungguh ini pertama kalinya ia pergi ke kota Milan wilayah paling maju di negara Italia. Sera hanya mengetahui satu tempat di kota Milan ini yaitu Piazza del Duomo, tempat yang paling ingin Sera kunjungi jika berada di Milan.

Stevan menatap ipad di tangannya yang memperlihatkan grafik saham perusahaan Stevan yang berada di
Italia.

"Tuan, tuan Sergio sudah mengetahui jika tuan mengunjungi Italia." Kata Ben yang duduk di kursi sebelah kemudi membuat Stevan menghentikan kegiatannya.

CRAZY STEV! [21+] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang