Sera terlihat sangat bahagia bahkan binar bahagia di matanya terlihat. Ia sangat senang saat Stevan membawanya kembali ke negara Italia.
Mereka sudah sampai di kota Milan pukul dua siang. Entah kenapa Sera sangat bahagia karena bisa kembali kesini.
Sera turun dari pesawat pribadi dengan Stevan. Tak lupa dengan rangkulan posesif Stevan di pinggangnya yang tak pernah absen.
Outfit Sera hari ini terlihat sangat branded karena Stevan selalu membelikannya barang-barang terbaru dari brand ternama.
Stevan sudah terlihat biasa lagi karena Sera sudah selesai datang bulan. Selama Sera datang bulan Stevan selalu terlihat badmood walaupun ini bukan pertama kalinya.
Sera bertemu lagi dengan pria paruh baya yang saat itu menyambut kedatangan mereka. Sera hanya tersenyum saat pria itu menatapnya ramah.
Stevan membawa Sera ke mobil yang sudah menunggu mereka. Memasuki mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh anak buahnya.
"Kak Stev kita berapa lama disini?" Tanya Sera menatap Stevan.
"Dua bulan." Jawab Stevan dengan santainya membuat Sera menatapnya tak percaya.
Lama sekali. Pikir Sera karena ia tak membawa baju yang banyak.
Lalu seketika pikiran Sera tertuju pada pernikahan Stevan yang akan dilaksanakan bulan ini. Jangan bilang Stevan ingin Sera menyaksikan pernikahannya dengan Caroline?
Sera menggigit bibir bawahnya pelan, memikirkan itu membuat hatinya berdenyut sakit.
Sera masih belum tahu apakah Stevan sungguh menerima menikah dengan Caroline atau tidak. Sera membuang pandangannya ke luar jendela, berharap air matanya tak meluruh.
Mobil yang ditumpangi mereka memasuki kawasan mansion orang tua Stevan membuat Sera seketika menatap Stevan.
"Kak Stev?" Stevan kenapa membawanya ke rumah orang tuanya? Bagaimana jika ayah Stevan membencinya karena masih berdekatan dengan Stevan, padahal Stevan akan segera menikah.
Stevan tak menjawab, ia segera keluar dari mobil."Keluar." Perintah Stevan saat Sera hanya terdiam.
Raut bahagia Sera hilang digantikan rasa cemas. Sera turun dari mobil dengan perlahan, ia sungguh takut ayah Stevan membencinya.
Stevan menarik Sera agar merapat padanya, merangkul pinggang Sera posesif sembari memasuki mansion ayahnya.
Sera mencengkram tali tasnya gugup, Sera tak habis pikir kenapa Stevan membawanya kemari.
Stevan membawa Sera ke ruangan khusus ayahnya, tak memperdulikan Sera yang terlihat gusar.
"Akhirnya anak durhaka ku datang." Kata Sergio yang duduk di kursi kebesarannya menatap Stevan begitu tajam.
Sera menunduk, ia tak berani menatap ayah Stevan. Tatapan pria itu begitu menyeramkan seperti Stevan saat sedang marah.
Stevan tersenyum smirk menatap Sergio yang menatapnya penuh arti.
"Kau membuat Caroline masuk rumah sakit karena perempuan itu?" Tanya Sergio terdengar sinis.
Sera seketika menegang, Caroline masuk rumah sakit ulah Stevan? Apakah Stevan menyiksa Caroline? Karena Caroline membuat tangannya terluka? Pikir Sera syok.
Stevan tak menjawab, ia mendorong Sera pada kepala pelayan mansion ini agar membawa Sera keluar dari ruangan Sergio.
"Mari nona." Kata kepala pelayan itu ramah membawa Sera keluar yang terlihat kaku.
Setelah melihat pintu ruangannya tertutup, Sergio menatap anaknya sangar.
"BAJINGAN!" Bentak Sergio marah menatap Stevan yang terlihat acuh.
"Ayah yang mendidik Stevan." Balas Stevan dengan santainya.
Nafas Sergio memburu ia tak habis pikir lagi dengan Stevan."Kau tahu? Ayah Caroline murka saat mengetahui anaknya masuk rumah sakit karena disiksa olehmu." Kata Sergio dengan kesal.
"Karena jalang itu melukai wanitaku." Kata Stevan penuh penekanan.
Sergio menghembuskan nafasnya pasrah, ia menyerah mengatur Stevan. Stevan begitu keras kepala seperti dirinya. "Pernikahan kalian dibatalkan dan ayah Caroline akan menuntutmu." Kata Sergio terdengar penuh peringatan.
"Aku akan menutup mulutnya dengan uang dan wanita cantik." Kekeh Stevan terdengar kejam membuat Sergio tak mampu berpikir lagi.
"Kau mencintainya?" Tanya Sergio terlihat serius.
Stevan terdiam sesaat "Aku membutuhkannya." Jawab Stevan membuat Sergio mendengus.
"Kapan kau menikahinya?" Tanya Sergio karena tak mau jika Stevan terlalu lama mempermainkan wanita.
Stevan terdiam, dia belum pernah berpikir kesitu. Stevan menikmati hidupnya dengan Sera seperti ini. Belum ada pikiran melangkah lebih jauh, mungkin jika ada orang yang bertanya apakah Stevan butuh keturunan? Tentu saja Stevan akan menjawab iya. Tetapi, bukankah memiliki keturunan tak harus menikah?
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEV! [21+] END
RomanceWARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR) Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkencan, menikah, lalu mempunyai anak, membangun rumah tangga dengan suaminya kelak. Namun sangat disayang...