Dingin, seluruh tubuhnya terasa dingin itu yang dirasakan Sera. Di Bawah alam sadarnya Sera bisa merasakan jika tubuhnya sakit, Sera ingin membuka matanya tetapi terasa sangat berat.
Disekitarnya begitu dingin membuat Sera kedinginan, dia ada dimana? Sera ingin bangun, ia tak tahan dengan rasa dingin ini yang membuat tubuhnya terasa kaku.
"Demamnya cukup tinggi bisa menyebabkan koma, tapi aku rasa dia begitu kuat jadi tidak masalah."
"Lukanya sebentar lagi mengering."
"Seharusnya kau bisa mengendalikan dirimu, dia terlihat seperti gadis yang baik."
"Dia kekasihmu?"
"Jika terjadi sesuatu segera hubungi aku."Suara-suara itu terdengar sangat jauh, Sera ingin membuka matanya tetapi sulit. Sampai ia merasa ada sesuatu yang menariknya ke dalam sebuah kegelapan membuat Sera tak bisa apa-apa lagi.
Stevan menatap datar Sera yang terlihat gelisah di bawah alam sadarnya, keringat menghiasi pelipis wanita itu.
Tatapan Stevan benar-benar sulit diartikan saat menatap Sera. Rasa ingin menyiksa Sera semakin besar, tetapi sisi lain dirinya berkata lain yang bertentangan.
Stevan berjalan keluar kamar, raut wajahnya terlihat datar seperti menahan amarah atau menyesal?
"Urus dia." Kata Stevan kepada kepala pelayan rumahnya.
"Ba-baik Tuan." Jawab kepala pelayan itu dengan rasa takut sampai tangannya bergetar.
**
Pagi hari dengan matahari yang menyorot lembut menerpa seorang perempuan yang terlihat masih tertidur pulas diatas ranjang yang bersprai hitam.
Sera mengerjapkan matanya pelan karena terasa berat, matanya menyipit karena silau oleh sorot matahari yang mengenainya.
Sera menatap seorang wanita paruh baya yang sedang mengobati pergelangan kakinya.Pergerakan kecil Sera membuat wanita paruh baya itu tersadar jika Sera sudah terbangun.
"Nona? Nona butuh sesuatu?" Tanya kepala pelayan itu menatap Sera cemas.
Sera memegang tenggorokannya yang terasa kering membuat kepala pelayan itu tahu jika Sera haus.
Bibi Mety membantu Sera untuk duduk bersandar di kepala ranjang dengan bantal yang menjadi penyangganya. Memberikan segelas air untuk Sera dan membantunya minum.
"Terima kasih." Ucap Sera pelan dengan suaranya yang serak membuat bibi Mety tersenyum tulus.
"Apakah nona baik-baik saja? Semalam nona demam tinggi membuat bibi khawatir." Kata bibi Mety membuat Sera tersenyum haru. Merasa bahagia karena ada orang yang mencemaskan nya.
Sera menganggukkan kepalanya pelan, mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sudah membuatnya seperti ini. Kemana Stevan? Pikir Sera.
"Nona ingin sesuatu?" Tanya bibi Mety karena melihat Sera yang sepertinya sedang berpikir.
"Bisa bantu Sera mandi?" Tanya Sera pada bibi Mety dengan suaranya yang kecil.
Bibi Mety mengangguk lalu membantu Sera untuk bangun, Sera terlihat begitu lemah ditambah luka ditubuh Sera membuat bibi Mety merasa iba.
Sungguh malang nasib anak ini yang harus terikat dengan tuannya yang menyeramkan itu. Pikir bibi Mety.
Setelah selesai mandi dengan menahan rasa perih di tubuhnya, Sera duduk di kursi yang ada di balkon kamar ini. Merasakan matahari pagi yang menerpa dirinya, sarapan dengan tak berselera karena lidahnya terasa hambar mungkin karena demamnya semalam.
Sera masih memikirkan dimana Stevan? Sera cemas apakah Stevan merasa bersalah padanya atau masih marah padanya? Ini salahnya, seharusnya ia tidak sembarangan masuk ke dalam ruangan pribadi Stevan.
Apakah Stevan membencinya? Karena Sera mengetahui sisi lain dari diri Stevan yang cukup menyeramkan?
Entah kenapa Sera merasakan jika Stevan sebenarnya cukup mampu mengontrol diri, tetapi entah kenapa saat itu Stevan lepas kendali padanya.
Sera merasa bersalah, karena dengan lancang ia mengetahui rahasia gelap Stevan tentang jati dirinya.
Sera merindukan pria yang sudah menyiksanya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEV! [21+] END
RomanceWARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR) Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkencan, menikah, lalu mempunyai anak, membangun rumah tangga dengan suaminya kelak. Namun sangat disayang...