8. Hanya Pemuas Nafsu

90K 2K 14
                                    

Sera mengerang tertahan merasakan tusukan benda keras yang menggedor dinding rahimnya, menatap sayu Stevan yang sedang berada di atas tubuhnya. Menghujamnya begitu cepat dan brutal, tubuh mereka sudah basah dengan keringat, dipagi hari ini entah kenapa nafsu Stevan begitu menggebu saat menatap Sera yang tertidur dengan keadaan telanjang.

"Kakk.." Nafas Sera tersengal, dadanya kembang kempis. Cengkeraman dirambutnya yang kuat tak membuat Sera menjerit kesakitan lagi karena ia sudah terbiasa.

Nafas Stevan memburu menatap Sera berkabut yang terbaring pasrah dibawah tindihannya. Gila, Stevan menjadi gila karena ia seakan candu akan seks seperti sahabat-sahabatnya.

Tubuh Sera bergetar kembali merasakan cairan hangat meluruh dari tubuhnya tetapi tertahan oleh milik Stevan yang masih keluar masuk pusat intinya. Sera sudah lemas sekali, semalam Stevan sudah menggempurnya ditambah pagi ini entah kenapa nafsu Stevan begitu tinggi.

Stevan menggeram merasakan miliknya membesar membuat ia semakin mempercepat pompaannya membuat Sera mendesah keras tak tertahan. Stevan menegang, menusukkan kejantanannya begitu dalam sampai pangkal menyemburkan semua benihnya ke dalam tubuh Sera.

Sera memejamkan matanya lelah, menahan bobot tubuh Stevan membuatnya tambah lelah, merasakan semburan hangat yang lagi-lagi memenuhi organ intimnya. Kewanitaannya terasa ngilu dan super sensitif membuat Sera meringis.

Sera mengelus rambut belakang Stevan yang sedang menelusupkan kepalanya di lehernya, nafas Stevan terasa panas menerpa lehernya tetapi entah kenapa membuat Sera nyaman. Bau khas percintaan menyeruak di pagi hari ini di kamar suite yang mempunyai ranjang besar.

Sera menoleh menatap keluar jendela, cahaya matahari yang menembus jendela membuat Sera tersenyum karena merasa indah.

Suara dering ponsel milik Stevan terdengar membuat Stevan mendengus.

"Ambil." Perintah Stevan membuat Sera dengan susah payah mengambil ponsel Stevan di atas nakas lalu menyerahkannya pada empunya.

Stevan menjawab panggilan itu, raut wajahnya yang marah membuat Sera merasa heran. Siapa yang menelepon Stevan pagi-pagi begini dan membuatnya marah? Sera tak mengerti apa yang dibicarakan Stevan karena Stevan berbicara dalam bahasa Italia dengan fasih.

Stevan menutup panggilannya kesal, lalu beranjak dari atas tubuh Sera berjalan ke arah kamar mandi tanpa sepatah katapun membuat Sera menatapnya bingung.

Sera beranjak dari ranjang dengan selimut yang melilit tubuhnya, berjalan ke arah kamar mandi di kamar sebelah dengan langkahnya yang pelan karena merasa kakinya seperti jelly karena ulah Stevan pagi ini.

Setelah selesai mandi Sera kembali lagi ke kamar dengan kimono putih membalut tubuhnya. Sera menatap Stevan yang sedang mengancingkan kemejanya sendiri, lalu tatapannya terjatuh pada pakaian yang sepertinya untuk dirinya tergeletak di pinggiran ranjang.

"Kak ini buat aku?" Tanya Sera pelan sembari menatap pakaian ditangannya yang terlihat sexy.

"Hmm." Jawab Stevan sembari memakai jas kantor berwarna hitam.
Sera menghembuskan nafasnya pelan ia masih bingung dimana kopernya? Sera menatap dalaman wanita yang berwarna merah menyala membuat pipi Sera memerah.

"Pakai." Perintah Stevan menatap Sera tajam yang masih terbengong.
Sera menganggukkan kepalanya cepat

"I-iya." Jawabnya terbata.

"Pakai disini." Kata Stevan saat Sera akan pergi dari sana menuju kamar mandi.

Sera mengerjapkan matanya menatap Stevan tak percaya, apakah Stevan akan melihatnya berganti baju? Pikir Sera cemas.

"Sera." Geram Stevan karena Sera hanya terdiam.

Sera tersentak kecil lalu dengan ragu membuka ikat tali kimono nya dengan rasa malu yang menggunung karena Stevan memperhatikannya begitu intens.

Walaupun Stevan sudah melihat seluruh tubuhnya tetapi tetap saja Sera merasa malu jika diperhatikan seperti itu. Sera memakai dalamannya dengan cepat karena takut Stevan kembali menyerangnya, lalu memakai pakaian yang sudah disiapkan Stevan tadi.

Sera menghembuskan nafasnya pelan, kenapa pakaiannya begitu ketat dan terbuka membuat Sera tak nyaman.

Stevan mengerang dalam hati, Sera begitu sexy dan cantik membuatnya ingin kembali menyerang Sera pagi ini, tetapi harus ia tahan terlebih dahulu karena pagi ini ia harus ke perusahaan mengurus permasalahan yang ada lalu menemui rekan bisnisnya.

"Gue tunggu di luar." Kata Stevan datar lalu pergi dari sana.
Sera mengangguk, ia harus merapikan rambutnya serta memberi wajahnya sedikit make up agar tak terlihat pucat.

**

Sera kira mereka akan bertemu rekan bisnis di kantor atau sebuah restaurant tetapi ini, tempat apa ini? Pikir Sera heran saat Stevan terus membawanya menyusuri koridor dengan pencahayaan yang temaram.
Sera menahan nafasnya sesaat, saat pintu besi dibuka oleh dua penjaga disana mempersilahkan Stevan dan dirinya masuk.

Sebuah Casino?

Sera menelan ludahnya saat mengedarkan pandangannya melihat banyak orang yang tak malu bercumbu disini, tetapi yang Sera heran wanita disini hampir sama berpakaian sepertinya formal tetapi sangat begitu sexy.

"Kak.." Lirih Sera menatap Stevan yang terlihat datar.

"Mr. Stevan." Sapa seorang lelaki khas barat itu menghampiri Stevan dengan seorang wanita sexy disebelahnya.

Stevan tersenyum ramah membalas sapaan rekan bisnisnya ini tak memperdulikan Sera yang sudah merasa sangat diabaikan.

Sera pasrah saat dibawa Stevan duduk disalah satu sofa disana, Stevan terlihat asyik berbincang dengan rekan bisnisnya itu sedangkan Sera sudah merasa sangat bosan karena merasa diabaikan ditambah ia tak mengerti apa yang mereka bicarakan membuat Sera sakit kepala.

Satu jam telah berlalu, raut wajah Sera sudah benar-benar kusut karena diabaikan Stevan selama itu. Sera bergerak saja susah karena Stevan merangkul pinggangnya erat.

Sera ingin bertanya sebenarnya apa tujuan Stevan membawanya ke Casino ini?

"Kak." Panggil Sera saat rekan bisnis Stevan sudah pergi dari sana.

"Hmm." Jawab Stevan sembari menyesap sampanye nya.

Sera menggigit bibir bawahnya pelan "Ini tempat..”

"Lo gak lihat?" Sinis Stevan kesal memotong perkataan Sera.

Sera mengerutkan dahinya heran, lihat apa? Pikirnya.

"Apa?" Tanya Sera polos membuat Stevan menatapnya jengah.

"Mereka bos perusahaan dengan karyawan wanitanya lagi party disini." Jawab Stevan membuat Sera paham kenapa orang-orang itu bercumbu dengan bebas disini, jadi itu adalah skandal?

"Terus?" Tanya Sera polos membuat Stevan tersenyum smirk menatapnya penuh arti.

"Terus apa? Lo mau kaya mereka?" Tanya Stevan sinis menarik Sera agar duduk dipangkuannya.

"Kakk..." Pekik Sera terkejut karena Stevan tiba-tiba menarik tubuhnya, Sera mencoba menurunkan rok nya yang benar-benar tersingkap hampir memperlihatkan semua bagian pahanya.

Stevan menyeringai kecil, tangannya menarik dagu Sera agar menatapnya. Menyelami mata Sera yang begitu jernih.

"Kenapa? Lo gak mau ngelakuin kaya mereka?" Tanya Stevan sinis membuat Sera membeku menatap Stevan dengan matanya yang memanas.

Tatapan Stevan padanya yang begitu rendah entah kenapa membuat Sera sakit hati.

"Lo sama perempuan itu sama Sera." Kata Stevan dengan suara rendahnya mengelus paha mulus Sera yang terlihat.

"Sama-sama pemuas nafsu, bedanya mereka dibayar sedangkan lo secara gak langsung udah gua beli." Lanjut Stevan dengan kejinya berkata seperti itu pada Sera.

Air mata Sera menetes, matanya menatap Stevan nanar. Hatinya berdenyut sakit membuat Sera ingin menampar Stevan tetapi perkataan Stevan memang nyata.

Stevan menatap Sera datar yang meneteskan air mata dihadapannya. Stevan sengaja berkata seperti itu agar Sera sadar dengan posisinya saat ini dan juga ia sedang mengelabui seseorang.

CRAZY STEV! [21+] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang