WARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR)
Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkencan, menikah, lalu mempunyai anak, membangun rumah tangga dengan suaminya kelak. Namun sangat disayang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HELP ME!
Sera menjerit kesakitan saat tubuhnya diseret Stevan, dan diikat di sebuah tiang seperti di ruangan merah. Tetapi bedanya bukan dengan borgol, Stevan menggunakan sebuah tali dan mengikat pergelangan tangan dan kaki Sera dengan kencang.
Sera menangis menahan perih di pergelangan tangan dan kakinya, matanya ditutup oleh kain membuat Sera tak bisa melihat Stevan.
Bajunya dirobek paksa membuat Sera benar-benar telanjang bulat. Rasa dingin ruangan ini membuat Sera merasa jika sebentar lagi ia akan membeku.
Tatapan Stevan begitu berbeda, menatap tubuh telanjang Sera yang begitu molek walaupun ada berbagai bekas luka di tubuhnya karena ulah dirinya.
Stevan membuka kemeja dirinya, mengambil sebuah pisau kecil di dalam lemari kaca miliknya yang belum terpakai. Menatap Sera yang tak hentinya menangis.
"Kenapa?" Tanya Stevan dengan suara beratnya yang merendah tepat didepan wajah Sera.
Air mata Sera membasahi pipinya sendiri, tubuhnya bergetar ketakutan.
"Le-lepass hiksss sakitttt...." Lirih Sera terbata dengan bibirnya yang bergetar.
Stevan tersenyum smirk, merengkuh tubuh Sera penuh kasih dan seketika Sera menjerit kesakitan memenuhi ruangan ini.
Sera merasakan sayatan di bahunya memanjang ke arah punggung, tubuhnya semakin bergetar merasakan sakit yang begitu dalam.
"Aaaaahhhh ssstoppppp....." Sera meraung kesakitan dengan tangisannya yang semakin menjadi.
Stevan menatap darah yang keluar di tubuh Sera, tanpa rasa jijik menjilati bahu Sera yang berdarah karena sayatannya. Sayatannya tak cukup dalam tetapi membuat Sera kesakitan.
Suara jeritan kesakitan Sera menjadi pengiring bagaimana Stevan sangat menikmati permainannya, mengusap punggung Sera tepat diatas luka sayatannya.
Stevan kembali menyayat bahu kiri Sera memanjang ke arah punggung, menikmati bagaimana darah keluar di bahu Sera lalu melumatnya tanpa rasa jijik.
Stevan menjatuhkan pisaunya, lidahnya terus melumat bahu Sera. Menyusuri kulit atas Sera sampai ke lehernya. Stevan menggeram, hasratnya sudah benar di level puncak.
Menggigit dan menghisap kuat leher Sera tak mempedulikan suara Sera yang serak karena terus menjerit. Stevan kini benar-benar diluar kendali, ia tidak mengontrol hasrat menyetubuhi Sera dengan berlumuran darah.
Stevan membuka ikatan di kaki Sera tanpa membuka ikatan tangan Sera yang menggantung. Mengeluarkan miliknya yang sudah sangat mengeras lalu memangku Sera dengan tangannya yang masih tergantung.
"Aaaaassrrrgghhhhsss...." Sera menjerit kesakitan merasakan benda keras menerobos masuk ke dalam organ intimnya.
Jeritan kesakitan Sera terdengar begitu pilu dan menyedihkan, tak lain dengan Stevan yang menggeram penuh kepuasan merasakan kenikmatan ini yang sudah sangat ia tunggu-tunggu.
Menggigit dan menghisap leher dan bahu Sera penuh nafsu, dan tak lupa memompa organ intim Sera dari bawah dengan brutal sampai menimbulkan suara penyatuan yang keras.
Tubuh Sera melemah, bahkan suaranya yang sudah parau itu terdengar kecil. Sera merasa dirinya benar-benar sekarat.
Dua jam lebih menyetubuhi Sera dengan posisi seperti itu, tak membuat Stevan kelelahan karena ia menjadi ketagihan. Tak memperdulikan Sera yang mungkin sebentar lagi pingsan atau mati?
Rasa hangat terasa memenuhi tubuhnya karena Stevan terus menyemburkan benihnya ke dalam tubuh Sera, entah sudah keberapa kali membuat Sera frustasi karena melawan pun tak bisa.
Nafas Stevan memburu, tubuhnya dan tubuh Sera berkeringat karena kegiatan panas mereka. Stevan menyeringai puas mencium mesra pipi Sera, hanya Sera yang benar-benar membuatnya sangat puas dan menginginkan lagi dan lagi.
Stevan melepas penyatuannya, menurunkan tubuh Sera dari pangkuannya. Tubuh Sera yang terlihat lemas itu membuat tali di pergelangan Sera semakin kuat karena Sera tak mampu menahan tubuhnya sendiri.
Stevan menatap Sera tak terbaca, berjalan ke arah lemari besi berwarna hitam, mengambil alat-alat khusus untuk mentato tubuh manusia.
"Diam." Perintah Stevan terdengar dingin pada Sera yang memberontak.
Tanpa membius atau menyuntikkan obat penahan rasa sakit, Stevan sudah mulai mentato tubuh Sera tepat dibawah bahu Sera.
Sera tak lagi menjerit, suaranya benar-benar terasa habis. Tenggorokannya terasa kering dan perih, luka sayatan Stevan menyiksa tubuhnya ditambah Stevan seperti sedang mentato tubuhnya.
Hanya air mata yang mewakilkan rasa kesakitan Sera ditubuhnya, entah sampai kapan Stevan akan terus menyiksanya. Stevan menyeringai puas melihat hasil karyanya pada tubuh Sera. Ia tak sabar menantikan tatto itu terlihat indah nanti jika sudah mengering.
"You are mine." Kata Stevan menatap Sera tak terbaca yang sudah tak sadarkan diri.
Tersenyum smirk, tanpa merasa bersalah sedikitpun. Inilah Stevan yang sebenarnya terlihat friendly pada teman-temannya. Namun, Stevan memiliki kelainan seksual yang mengerikan. Ditambah didikan keras ayahnya pada Stevan membuat Stevan memiliki sisi psychopath di dalam dirinya. Entah sudah berapa wanita yang menjadi korban kekejaman Stevan. Tetapi, hanya Sera yang tak begitu kejam walaupun Stevan menyayat kulit cantik Sera.